BAB 20

22 3 0
                                    

"Oh iya gue lupa. Sekarang tanggal 20. Hari keberangkatan Dito."

Salma melihat kalender di kamarnya yang sudah ia bulatkan dengan spidol merah di tanggal 20. Pertanda itu adalah hari penting bagi dirinya. Kemudian melihat jam dinding. Jam itu menunjukkan pukul 7.45 pagi. Salma ingat kalau Dito akan berangkat pukul 8.00. Ia langsung mengambil hp nya yang tergeletak di meja belajar untuk menghubungi Dito.

"Angkat dong teleponnya... " Gerutu Salma.

Tut.. Tut.. Tut..

Sambungan terputus. Dito tidak menjawab telepon Salma. Ia mencoba untuk menelepon Dito sekali lagi. "Ayo dong Dito. Jawab telepon gue." Tidak lama kemudian, terdengar suara cowok berbicara. Suara itu seperti orang baru bangun tidur.
"Hallo?" ucap cowok itu dari balik telepon.

"Hallo? Ini Dito kan?" tanya Salma memastikan.

"Hmm iya. Kenapa Sal?"

"Dit, lo udah mau berangkat ya? Hati - hati ya Dit. Kalau udah sampai disana, jaga kesehatan. Jangan lupa makan dan ibadahnya. Jangan macem - macem disana. Okey Dit? Hehe."

"Hehehe." Dito terkekeh pelan.

"Ih kok malah ketawa sih? Bukannya terimakasih kek atau apa gitu. Huh."

"Iyalah gue ketawa. Lagian heboh banget pagi - pagi."

"Ih kan lo mau pergi sekarang."

"Hahaha. Gue perginya jam 8 malem kok. Gue lupa bilang ke lo hehe. Gue aja baru bangun gara - gara ada telepon dari lo."

"Hah? Serius lo?!"

"Iya. Ngapain gue bohong."

"Ih Dito ngeselin banget. Tau gitu gue gak usah repot - repot buat telepon lo sekarang. Ah bete gue sama lo." Salma tersipu malu saat tahu kalau Dito berangkatnya malam hari.

"Ciee. Hahaha. Siapa suruh telepon gue." ledek Dito.

"Auah bete gue. Yaudah. Anggep aja kalimat tadi buat nanti malem. Jadi gue gak udah ucapin hati - hati lagi ke lo." Salma menjawab dengan nada sinis.

"Iya deh iya. Btw, makasih ya udah bangunin gue pagi - pagi. Hehe." rayu Dito.

"Terpaksa. Udah ah bete sama lo. Bye."

"Bye - bye ma gurl." rayu Dito lagi.

Salma langsung menutup telepon nya. Omongan Dito yang terakhir. Oh tidak. Muka Salma memerah mendengarnya. Jantungnya seperti meledak - ledak. Oh my god.

"Ma gurl? Ah gak mungkin lah. Bercanda doang pasti nih. Hehehe."

"Ah udah lah gak usah terlalu dibawa hati. Dito cuma bercanda Sal. Duh."

"Hmm. Dit, bilang my gurl nya jangan bercanda bisa gak? Hahaha."

Ya. Salma tahu kalau Dito memang sering kali bercanda seperti itu ke Salma. Tapi terkadang Salma menganggap itu serius. Kadang pula ia sadar kalau itu hanya candaan saja. Hal itulah yang membuat Salma selalu salah paham dengan sikap Dito dan membuat dirinya jadi ada perasaan kepada cowok itu.

***

"Salma bangun. Ada telepon nih di hp kamu." Ibunya membangunkan Salma berkali - kali dari tidur siangnya.

"Duh. Ibu angkat aja bu. Salma ngantuk." ucapnya yang masih memejamkan mata.

"Heh bangun dulu. Ini dari Chandra. Siapa tahu penting." Ibunya terus menarik lengan Salma agar ia bangun.

Mendengar nama Chandra, Salma langsung bangun daru tidurnya. "Hah? Mana sini bu." ia langsung merebut hp dari tangan ibunya.

Kemudian ibunya langsung meninggalkan kamar Salma. "Dasar anak muda." ucap ibunya.
"Hmm.. Ya kenapa Chand?"

The Rainbow is OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang