"Kita mau kemana sih?" tanya Salma yang memecah keheningan diantara keduanya. Daritadi mereka tidak berbicara sama sekali. Dito hanya fokus dengan motor yang dikendarainya. Sedangkan Salma terus memperhatikan arah jalan yang dilewatinya dengan kebingungan.
"Nanti juga tau." Kepala Dito ikut menengok ke kanan agar suaranya terdengar oleh Salma.
Hampir satu jam di jalan, Dito akhirnya membelokkan motornya ke sebuah mall. Ia lalu memarkirkan motornya dan menyuruh Salma turun. "Turun. Udah sampe."
"Ngapain kita kesini?" Salma menatap Dito kebingungan.
"Mau ngepel." jawab Dito meledek. Mereka tidak benar - benar untuk mengepel mall kesini.
Kini mereka sedang berjalan masuk ke dalam mall. Salma yang berjalan tepat disamping Dito harus rela mendongak saat berbicara kepada cowok itu.
"Gue serius ih. Katanya lo mau ngomong? Ngomong aja sih."
"Eh cari makan dulu yuk. Gue laper." Dito lalu berjalan satu langkah didepan Salma.
Salma tidak langsung menyusul langkah Dito. Ia menatap cowok itu. Ada yang berbeda dengannya. Dito membawa tas sekolah dipundaknya. Padahal hari ini libur. Salma memandang curiga tas itu.
"Tumben bawa tas. Biasanya tangan kosong." kata Salma dalam hati.
"Eh, cepet. Malah bengong lagi." Dito menileh ke belakang memandang Salma.
"I-iya."
Mereka lalu naik ke eskalator menuju ke lantai dua yang berisi banyak tempat makanan.
"Mau makan apa?" tanya Dito.
"Gak tau. Terserah deh."
"Jangan terserah ah. Cepet pulih mau apa? Tuh banyak tinggal pilih." Dito menunjuk ke semua gerai makanan.
"Hm apa ya.. Lo maunya apa?" pandangan Salma meyapu seluruh gerai tersebut. Ia masih bingung untuk memilih. Ia hanya takut salah pilih tempat dan menu tersebut tidak enak atau kemahalan.
Salma lalu berjalan mengelilingi lantai dua untuk melihat gerai makanan. Diikuti Dito disampingnya yang ikut serta melihat - lihat gerai tersebut. Tidak puas dengan pemandangan di lantai dua, arah kaki Salm berjalan menuju eskalator untuk naik ke lantai tiga. Ia tidak menemukan tempat yang pas di lantai dua.
"Sal, kita udah muterin dua lantai loh."
"Ehehe. Gue bingung soalnya." Salma masih terus berkeliling sambil matanya menyapu tempat sekitar.
"Pilih aja terserah. Masalah uang nanti gue bayarin."
"Iya. Iya."
"Atau mau ini?" Dito menunjuk ke arah restoran steak. "Eh jangan deh. Kemahalan. Hehe."
"Hahaha gaya sih lo." Salma terkekeh.
"Sal gue capek muter - muter terus daritadi." keluh Dito sambil menghentikan langkahnya.
Salma menoleh ikut berhenti, lalu menatap Dito. "Lebay banget sih jadi cowok. Gue aja biasa aja."
"Kaki gue sakit pake sepatu ginian. Lecet deh nih bentar lagi." Dito menunjuk ke sepatunya. Salma mengiykuti arah jari telunjuk Dito. Ternyata Dito tidak terbiasa memakai sepatu bermodel slip on.
"Yailah. Siapa suruh pake sepatu gituan kalo sakit."
"Bawel lo. Udah buruan ah elah."
"Ishhh. Yaudah kesitu aja deh." Salma menunjuk ke restoran yang menyediakan menu makanan korea.
***
Sebenarnya Salma sudah pernah makan di restoran ini. Tapi entah kenapa kali ini ia bertingkah seperti orang yang baru pertama kali datang. Dito yang berada disampingnya membuat Salma selalu gugup disetiap gerak - geriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainbow is Over
Teen Fiction"Jika ingin bermain, maka keduanya harus bahagia. Tapi, jika salah satunya tidak merasakan bahagia, bagaimana bisa dikatakan bermain?" Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, seorang gadis remaja si kutu buku bertemu dengan seorang pria yang ta...