1.Murid baru

280 14 0
                                    

~Satu hal yang paling aku benci di dunia ini, Pergi setelah sehati.~

"Aargghhh."

Tempat sampah yang awalnya kokoh berdiri di taman siswa SMK Angkasa jatuh terguling disebabkan tendangan dari salah satu murid sekolah itu.

Ya, siapa lagi kalau bukan Nofella Oktavia atau salah seorang siswi yang lebih akrab dipanggil Nofel. Suasana hatinya yang sedang sangat buruk membuatnya melakukan hal yang sebelumnya sangat jarang ia lakukan.

"Kenapa sih Vivy pake pindah sekolah segala. Gue duduk sama siapa dong?!" erang Nofel sambil menginjak-injak sampah yang keluar dari tempat sampah yang barusan ia tendang.

Ia terus melakukan itu tanpa mengetahui keberadaan seorang guru yang sudah dari awal melihat kelakuannya.

"Hey kamu!" teriak guru tersebut menunjuk Nofel sambil memelototkan kedua matanya. Guru itu lalu berjalan kearah Nofel dengan muka merah menyala siap mengeluarkan kata-kata pedas pada murid sekolahannya itu.

"Aduh, mati gue! Bu Mute."
Wajah Nofel langsung berubah pucat saat guru bersanggul besar itu makin mendekat kearahnya.

"Kabur gak ya? Kabur gak ya?" gumam Nofel sambil menginggit bibir bawahnya. Bu Mute sekarang sudah berjarak sekitar sepuluh langkah dari tempatnya berada.

"Kabur aja deh!"

Nofel langsung mengambil langkah seribu kaki untuk segera lari dari tempat itu.

"Heiii, jangan kabur kamu!!!" teriak Bu Mute pada murid sekolahannya. Tapi murid yang diteriaki tidak memperdulikan perintahnya dan terus berlari.

"Siapa ya dia? Saya tidak pakai kacamata lagi. Wajahnya jadi tidak terlihat jelas"

Teng...... Teng.... Teng...

Bel pertama telah berbunyi. Sedangkan Nofel masih berjalan santai menuju kelasnya. Insiden yang terjadi di taman bersama dengan Bu Mute, Wakil Kesiswaan di sekolahnya menambah satu lagi poin yang membuat Nofel malas untuk mengikuti kegiatan di sekolah.

Koridor sekolah sudah tampak mulai sepi. Hanya ada beberapa murid kelas XI yang masih tampak keluyuran dan bercengkrama bertukar cerita tentang pengalaman setelah melakukan Prakerin, yaitu semacam pekerjaan diluar sekolah yang diwajibkan untuk siswa sekolah kejuruan yang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.

Karena hari ini tercatat sebagai hari pertama untuk kembali lagi kesekolah bagi kelas XI, tidak banyak murid yang hadir dengan alasan masih ada urusan di tempat magang mereka.
Dan ada juga yang benar-benar semangat untuk kembali lagi kesekolah. Untuk Nofel sendiri, sudah dapat dipastikan bahwa dia masuk dalam kategori murid yang malas kembali kesekolah.

Langkah atau lebih tepatnya seretan kaki Nofel menuju kelasnya terhenti ketika ia merasakan tangan seseorang dengan agak kasar menepuk pundaknya. Nofel sontak kaget. Otaknya langsung berkontribusi dengan indra penglihatannya untuk mengirim sosok bayangan Bu Mute yang sudah siap dengan segala bentuk hukuman.

1 detik!
2 detik!
3 detik!

Tidak ada suara ataupun pergerakan dari arah belakang. Kejadian ini tampak seperti di slow-motion oleh pikiran Nofel sendiri.

Nofel tidak bisa memungkiri bahwa kakinya sekarang sedang gemetar hebat akibat akan berhadapan dengan salah satu guru ganas di sekolahanya itu.

Tanpa pikir panjang Nofel langsung memutar badannya meraih tangan yang menepuk pundaknya dan memejamkan mata belum siap untuk melihat tampang garang dari gurunya.

"Maafin saya buk! Maafin saya buk!" ucap Nofel sambil menunduk dan meletakkan tangan yang dia anggap sebagai guru yang tadi memergoki ulahnya di taman ke depan keningnya.

"Gak lagi-lagi deh buk saya kayak gitu, janji"

Tanpa ada sahutan atas permintaan maafnya. Nofel lalu memberanikan diri membuka mata dan menatap langsung untuk meminta maaf kepada guru itu.

"Loh.. Kok.. " ucap Nofel heran mendapati seseorang yang sedang berada dihadapannya bukan Bu Mute yang dia fikirkan.

"Lo kenapa?" tanya cowok yang ada dihadapan Nofel tak kalah heran.

"Lo siapa?"


Yang ditanya lalu melengos sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Nofel tak ambil pusing, lega setelah mendapati dirinya tak berjumpa dengan sang pemberi hukuman.

"Bener ya, cewek disini pada aneh" gumam cowok itu tapi dapat terdengar jelas di telinga Nofel.

Nofel yang sudah ambil ancang untuk balik kanan terhenti dan berbalik mendengar ucapan cowok yang tidak dia kenal itu.

"What?" ucap Nofel lirih. Karena yang akan di ceramahi sudah berlalu jauh darinya.

°°°

Tidak ada yang lebih sial dibanding hari pertama sekolah dan langsung disambut oleh guru killer dengan mata pelajaran yang sangat menguras otak, Matematika.Ditambah lagi dengan ketiadaan teman semeja tempat untuk berbagi cerita atau sekedar objek yang dapat dijadikan sebagai pelarian ketika rasa malas untuk belajar meggorogoti pikiran. Dan itulah yang sedang dialami Nofel sekarang.

Took..Tok..

"Permisi buk."

Aktivitas murid XI DKV 2 terhenti saat mendengar suara dari luar kelas mereka. Beberapa murid mencoba untuk melihat kearah luar tepatnya di dekat pintu kelas untuk melihat siapa yang telah berjasa menghentikan penderitaan mereka dari kegiatan membuat latihan walaupun hanya sementara.

Setelah meminta izin kepada guru yang sedang mengajar dikelas, tampak seorang guru melangkah bersama dengan seorang murid laki-laki yang mengikuti langkah guru tersebut.

Sosok murid yang dapat dikategorikan sebagai murid abal. Ya, jika dilihat dari penampilannya.

Walau decakan dan suara kagum para kaum hawa di dalam kelas, menjelaskan bahwa sosok yang sedang berada di hadapan mereka adalah sosok seorang cowok idola.

Tampan, tinggi dan berkulit putih bersih. Dan tak lain dia adalah orang yang kira-kira 30 menit yang lalu pergi sebelum ingin Nofel ceramahi.

Nofel yang duduk di deretan meja paling belakang tampak sangat pucat dan gemetar, bukan karna kemunculan sosok cowok itu. Tapi karena guru yang mengantarnya adalah Bu Mute. Guru yang sedang sangat dihindari oleh Nofel saat ini.

Sepuluh menit kehadiran Bu Mute didalam kelas, sudah seperti sepuluh jam bagi Nofel untuk menahan rasa takutnya. Sesi perkenalan dilewatkan begitu saja oleh Nofel karna sibuk berdoa dan menutupi wajahnya dengan buku agar Bu Mute tidak melihatnya.

Dan inilah akhirnya, murid pindahan itu menjadi partner duduknya Nofel. Setelah tadi banyak komplein dan debat dari murid lain yang sempat terdengar oleh Nofel.

Tak ada percakapan antara Nofel dan murid baru itu. Tak sibuk berkenalan atau saling tegur sapa sebagai teman satu meja. Keduanya langsung tenggelam mengurus urusan masing-masing.

°°°

BAHAGIA, itulah luapan dari hampir seluruh murid-murid SMK Angkasa menerima kabar bahwa jam pelajaran hari ini hanya sampai jam sepuluh, dikarenakan guru akan mengadakan rapat tentang Ujian Nasional kelas XII. Hal itu pula yang membuat Nofel antusias untuk segera pulang kerumah menghabiskan waktu bersama laptop dan film-film terbarunya.

Satu hal yang Nofel ketahui tentang partner duduknya yang baru. Dia bernama Aldefa Dana Wiratmaja.

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang