26. Sebuah pengakuan

67 6 3
                                    

Sekolah masih sepi, terlalu pagi untuk sudah berada di kawasan sekolah sepagi ini, tapi tidak untuk Nofel. Tidak ada alasan khusus yang membuat Nofel datang lebih awal dia memang hanya sudah berada di sekolah.

“Nofel?”

Nofel sontak menoleh ke belakang melihat siapa yang memanggilnya namanya.

“Eh Ry” balas Nofel setelah melihat orang yang memanggilnya.

“Kayaknya kita datang kepagian ya?” tanya Ary berjalan di samping Nofel sambil memperhatikan gedung sekolah mereka.

“Iya kayaknya” balas Nofel sambil tertawa pada Ary.

“Kamu udah ngasih lukisan ke kantor guru Fel?”

“Hmm, udah kemaren sama temen-temen yang lain, kamu gimana?” jawab Nofel semangat.

“Aku juga udah ngasih lukisanku kok!”

“Bagus deh!” jawab Nofel sambil mengangguk.

“Hm, Fel? Boleh gak kita kapan-kapan, jalan?”

“Huh?” respon Nofel cengo tidak mengerti maksud Ary.

“Ya, ehm. Jalan biasa doang. Makan, nonton, atau liat apaan kek!” balas Ary terbata.

Nofel menoleh pada Ary, sedikit terkejut dengan permintaan Ary. Walau sudah lebih dari satu tahun di kelas yang sama, Nofel dan Ary bukanlah orang yang saling dekat. Perkataan  yang Dana lontarkan kemaren padanya tentang Ary juga kembali terbayang di ingatan Nofel.

“Kalau gak bisa gapapa kok!” lanjut Ary karna tidak mendapat respon dari Nofel.

“Bisa kok” balas Nofel.

“Beneran?”

“Iya! Kapan-kapan kan?” jawab Nofel sambil tertawa.

“Ya!” balas Ary ikut tertawa.

Ary benar-benar bahagia sekarang. Mengingat ini adalah kali pertamanya ia bisa merencanakan sesuatu bersama dengan Nofel. Memang bukan hal spesial, tapi bagi Ary ini adalah sesuatu yang sangat istimewa. Membayangkannya saja sudah membuat Ary bersemangat. Tentu karena Nofel adalah orang yang disukainya.

“Kamu udah sarapan belum Fel?” tanya Ary kemudian.

“Udah tadi, kenapa? Kamu belum sarapan?”

“Belum”

“Ya udah, sarapan dulu aja! Ini juga masih lama kan masuknya?”

“Iya sih, kamu mau sarapan, lagi?”

“Enggak deh, masih kenyang kok” balas Nofel tersenyum.

Ary hanya bisa membalas Nofel dengan senyum kikuk sambil memegang kepala bagian belakangnya. Merasakan suatu perasaan yang bergejolak di dalam hatinya. Ia benar-benar sadar bahwa memang hatinya masih mengagumi sosok yang sama semenjak satu tahun yang lalu.

°°°

Nofel sedikit berlari menuju kantor BK. Sekarang adalah jam istirahat. Tadi sewaktu Nofel, Salsa, Ferin, Nuri dan Rafa menuju kantin ada adik kelasnya menghampiri mereka dan mengatakan kalau Nofel harus segera pergi ke ruangan BK. Ini berkaitan dengan hukuman Nofel yang bertugas mengawasi Dana. Nofel berharap bahwa hukuman itu segera di cabut darinya.

Sampai di depan pintu BK, ketika Nofel akan melangkah memasuki ruangan tersebut ia merasa tangannya telah di tarik oleh seseorang ke arah samping.

“Lo beneran mau ke BK?”

Nofel masih sedikit kaget karena tarikan tangan yang tiba-tiba dilakukan oleh cowok yang sekarang ada di hadapannya itu.

“Dana? Lo juga di suruh kesini?” tanya Nofel tanpa menjawab pertanyaan Dana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang