5. Manusia Menyebalkan

109 10 0
                                    

Pertanyaan terus ditembakkan pada Nofel seperti peluru yang memiliki pasokan 1000 buah per sekali tembakan, okey! Ini sedikit lebay.

Tapi Nofel benar-benar merasa sangat risih mendengar semua celotehan dan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabat kepolers-nya.

“Kenapa lo bisa ditolongin sama Dana?”

“Emang lo sakit apa?”

“Gimana caranya buat bisa ditolongin Dana?”

“Aaaahhh.. Dana cool banget ngebelain lo tadi”

“Besok gue sakit juga dehh”
“Aaah, gue iriiiii.....”

Kurang lebih seperti itulah macam-macam kalimat yang keluar dari sahabatnya. Terutama dari Shalsa yang terkenal sangat cerewet dan serba kepo. Nuri yang sebenarnya termasuk dalam golongan anak pendiam atau semacam bodo amat dikelas, juga tampak sangat antusias melemparkan pertanyaan pada Nofel.

“Oke-oke, gue bakal ngejelasinnya. Tapi nanti! Gue ada urusan dulu. Jadi...” belum selesai Nofel mengakhiri kalimatnya, Salsa dengan cepat memotong ucapan Nofel.

“Sama Dana?” terka Salsa sambil melayangkan sapu yang dari tadi ada dalam genggamannya ke depan wajah Nofel.

Nofel sontak kaget dan langsung menangkis sapu tersebut sebelum ijuk-ijuk benda itu mengelus wajah Nofel.

“Iihh... Shalsa. Kotor ogeb!” geram Nofel sambil mengipas-ngipas udara di depan wajahnya.

“Gue cuman mau ke perpus ngembaliin buku, nanti keburu tutup perpusnya” Nofel memberi jeda perkataannya. “Nih, kalian lanjutin piketnya, 5 menit lagi gue balik” singkat Nofel lalu melepas sapu yang dia pegang.

“Fel, tunggu! Ini kelasnya belum ada yang di bersihin” teriak Salsa pada Nofel. Tapi orang yang diteriaki tidak merespon, terus melangkah tanpa beban keluar kelas.

“Ihh, tuh anak ya. Kelakuannya...” sewot Salsa.

“Udahlah! Dari tadi ngoceh mulu. Gimana mau bersih nih kelas” akhirnya Nuri angkat bicara.

Salsa tidak lagi menjawab, dia tau kalau sahabatnya yang satu itu sudah berkata demikian berarti waktu untuk basa-basi sudah habis.

°°°
Kaki Nofel terus menjajahi tempat-tempat yang biasa dilalui para murid sekolah ketika akan pulang. Matanya juga dengan seksama mengamati tempat atau lorong-lorong yang mungkin masih diisi murid untuk sekedar istirahat setelah hampir seharian digunakan untuk menyerap ilmu yang diberikan para guru sebelum mereka pulang kerumah.

Nofel, dia berbohong tentang alasannya meninggalkan kelas dalam keadaan kotor pada Salsa dan Nuri. Bukan perpustakaan tujuannya, tetapi Aldefa Dana Wiratmaja, cowok yang bagaikan pahlawan untuknya di pagi hari, lalu menjelma menjadi penindas di siang hari dan bermetamorfosa menjadi seorang pengacara pada tiga puluh menit setelahnya.

Walau sudah mendengar jelas dari Salsa dan Nuri tentang apa yang dikatakan Dana pada Pak Naldi tentang ketidak hadirannya didalam pelajaran kejuruan. Nofel tetap perlu tahu apa yang difikirkan cowok itu. Bisa-bisanya dia menjadi sok malaikat dengan mengatakan bahwa dirinya membantu dan mengurus Nofel di UKS saat Nofel pingsan. Boro-boro membantu, mengerjai iya.

Dengan nafas yang tidak teratur akibat berlarian menyusuri gedung sekolah, Nofel sejenak mengistirahatkan tubuhnya pada tembok-tembok yang di desain berbentuk kursi panjang yang menempel pada dinding-dinding luar kelas. Target yang dia cari masih belum ditemukan. Ini masih sepuluh menit setelah bel pulang berbunyi, apa orang yang dia cari benar-benar sudah pulang?

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang