3. Terlambat

140 14 2
                                    

Pukul 08:15, motor matic merah muda Nofel baru terparkir di parkir kendaraan khusus murid di sekolah. Ia menepuk-nepuk seragamnya yang terasa lembab.Gerimis masih terasa saat Nofel mulai melangkah menuju gedung sekolahnya. Ya, alasannya terlambat adalah hujan.

Sekolah tampak sepi, mungkin karna belum banyak murid yang datang atau mungkin juga jam pelajaran sudah dimulai.

Gerbang masih terbuka, artinya murid masih boleh masuk tanpa ada yang mesti di pertanggungjawabkan, itu menurut Nofel.

Nofel langsung bergegas menuju gerbang, benar saja, tidak ada Pak Mul si penjaga gerbang sekolah.
Langkah terasa ringan, ketika datang terlambat tanpa di cegat satpam.

“Aman...” ucap Nofel sambil mengelus dada. Bersyukur, karena sepertinya para guru disiplin yang tak pernah pandang keadaan untuk memberi hukuman juga terlambat datang ke sekolah.

Di tengah perjalanan, teriakan seorang guru terdengar sangat menggelegar di lapangan upacara. Nofel yang sedang berjalan menuju kelasnya langsung terhenti melihat tiga orang guru, satu guru berbicara menggunakan mikrofon, dan dua guru lainnya sedang berjalan diantara beberapa murid di lapangan.

“Itu mereka lagi ngapain?” tanya Nofel pada dirinya sendiri. Karena memang hanya dia yang ada disana.
Nofel tidak melanjutkan langkahnya, berdiri mematung di tempatnya berada sambil memasang kuping lebar-lebar untuk mendengar teriakan guru yang ada disana.

Tidak ada alasan untuk bisa melanggar peraturan, aturan tetaplah aturan. Tidak ada kata terlambat untuk sekedar berangkat kesekolah. Walau ada hujan ataupun badai sekalipun. Mengerti!!!...

Demi apapun Nofel ingin langsung kabur dari tempatnya berdiri sekarang. Aktivitas yang terjadi di lapangan tak lain adalah para guru disiplin yang sedang menghukum murid yang datang terlambat.

“Mampus!!!” ucap Nofel panik sambil berbalik berniat lari dari tempat yang akan membuatnya terhukum itu.

“Aw...” erang Nofel memegang pelipisnya. Kepalanya berdenyut akibat menabrak sesuatu yang ada di belakangnya.

Nofel membuka matanya, dan ternyata yang ditabrak adalah Dana, si murid baru.

“Jalan liat-liat dong?” ketus Dana sambil menyentuh dagunya yang baru saja beradu dengan pelipis Nofel.

“Bodo!” ucap Nofel lalu berlari meninggalkan Dana yang masih berada di tempatnya.

Hukuman akan keterlambatannya menjadi faktor utama ketakutan Nofel sekarang.

Nofel balik menuju gerbang masuk gedung sekolah, berharap Pak Mul masih belum ada disana.

“Aduh, kalo kayak gini gimana gue bisa masuk?” eluh Nofel yang tengah duduk di bangku yang tersedia di dekat post satpam. Beruntung tak ada Pak Mul disana.

“Woi!” tegur seseorang.

Nofel mendongak, melihat orang yang menegurnya.

“Ngapain lo kesini?” tanya Nofel heran melihat Dana yang berada di hadapannya.

“Lo ngapain kesini?” jawab Dana balik bertanya.

Nofel memutar kedua bola matanya, percuma berbicara dengan orang yang sedang berada di hadapannya itu. Ia lalu mengambil tas yang tadi di taruh di dekat kakinya. Bangkit dan mulai berjalan ke arah luar sekolah.

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang