11. Masa Lalu

53 11 3
                                    


~Seindah apapun caramu untuk datang, kau tetap berwujud luka yang bahkan belum sempat hilang~

Yang Nofel fikirkan, tidak rugi dia tinggal di pusat kota yang tiap jamnya banyak berlalu lalang kendaraan mulai dari subuh sampai subuh lagi membuat kupingnya bebal dengan suara-suara bising itu. Karena disini, tidak jauh dari rumahnya ada wifi gratis, taman pintar yang dibuatkan oleh pemerintah setempat di kotanya. Setidaknya Nofel bersyukur untuk itu.

“Apalagi ya yang baru?” guman Nofel. Menghabiskan masa libur di taman pintar itu memang hobinya, mendownload drakor terbaru, film-film motivasi dan juga melihat perkembangan terbaru dunia.

Karena ini siang bolong, tidak banyak orang yang sedang berada di taman pintar. Hanya dia dan beberapa anak bawah umur yang tampak sedang asyik bermain game online di tab mereka masing-masing.

“Fel...”

“Fel...”

“Nofella”

“Ehh ya” mata Nofel menangkap sosok seorang cowok yang ia yakini barusaja menepuk pundaknya.

Mata Nofel membulat tidak percaya akan apa yang sedang di lihatnya. Senyum yang sama sekali tidak berubah semenjak satu tahun yang lalu.

“Boleh duduk?”

“Ah, i-iya. Silahkan!”

Cowok itu duduk disamping Nofel. Kemeja polos dan celana jeans selutut yang dipadukan dengan sepatu sport model terbaru menampakkan sosok-nya yang sama sekali tidak berubah, modis dan penuh gaya.

“Kita terakhir ketemu disini kan ya Fel?”

Pertanyaan cowok barusan berhasil merubah atmosfer disekitar Nofel. Tanpa cowok itu ketahui kehadirannya akan membuat luka lama yang berusaha Nofel obati sendiri akhirnya akan kembali lagi.

“Hmm...” tidak tahu kenapa rasanya mulut Nofel susah sekali berkata pada cowok yang sedang berada dihadapannya sekarang ini, tiap kata seperti tertahan di tenggorokannya.

“Mungkin ini udah terlambat banget Fel, tapi aku gak mau jadi pengecut seumur hidup...”

“Fal, udah! Gue gak mau bahas masalah itu lagi,” potong Nofel cepat. “Semuanya udah berlalu, gak usah diungkit lagi.”

“Fel, gue cuman gak mau kita berakhir kayak gini. Gue ngerasa brengsek tiap kali liat lo, liat Ara. Apalagi liat diri gue sendiri. Gue udah nyakitin kalian, juga ngerusak persahabatan kalian.”

Nofel sedikit mendesah. Sebelah ujung bibirnya tertarik, tidak tahan dengan kalimat yang di ucapkan cowok itu.

“Berakhir apa sih Fal? Kita bahkan gak pernah memulainya.”

Satu hal yang diminta Nofel saat ini, cowok yang ada dihadapannya pergi sekarang juga.

“Gimana cara kita memulai, kalau saat itu lo terus bohongin perasaan lo?”

Kalimat itu langsung menohok hati Nofel. Yang dikatakan cowok itu benar. Tapi dia seharusnya tau, kalau situasi saat itu tidak sesederhana yang bisa dia ucap saat ini.

“Sorry Fal gue harus pergi” Nofel beranjak dari tempat duduknya, mengemasi laptop dan tas bawaannya.

“Pergi gak akan nyelesein masalah Fel. Lo bahkan tau kita berada di tempat yang sama.”

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang