14. Kecelakaan

64 8 2
                                    

Nofel membolak-balik bukunya jengah, sudah hampir satu jam ia mencoba menghafal rumus trigonometri yang ada dalam buku itu tapi tidak satu rumus pun menyangkut dalam otaknya.

“Sin-cos-tg-sec-cosec-cotg. Aaaaa.... Pelajaran apa sih ini? Gue mau jadi fotografer ama pelukis terkenal bukan mau nyaingin Einstein...” ucapnya frustasi.

Dengan langkah gontai Nofel beranjak dari meja belajar, menyambar ponsel yang tergeletak di nakas dan langsung merebahkan diri di kasur empuk miliknya.

Bahkan di ponsel pun Nofel tidak dapat menemukan tanda-tanda kehidupan. BBM atau Line yang biasa ramai karna grup chat para sahabat alaynya tampak sedang absen bergosip ria. Catat saja, mereka besok ulangan.

Dengan sedikit frustasi Nofel beranjak dari kamarnya, dia benar-benar butuh udara segar.

“Bun, yah...!” panggil Nofel setelah sampai di ruang keluarga.
Tampak ayah dan bundanya sedang menonton TV sambil sesekali tertawa melihat adegan yang keluar dari benda persegi panjang itu.

“Bun...” panggil Nofel lagi mirip seperti rengekan.

“Eehh Fell, kenapa sayang?” balas bundanya setelah mengetahui kehadiran putri satu-satunya itu.

“Aku keluar sebentar ya bun...” mohonnya dengan tampang memelas.  Kening bundanya berkerut mendengar permintaan Nofel. Sedikit heran, karna biasanya putrinya itu tidak pernah keluar malam kecuali diajak Ages.

“Sendiri?” tanya bundanya sedikit cemas.

Nofel mengangguk memberikan jawaban.

“Mau kemana emang malem-malem gini?”

Nofel memutar kedua bola matanya, berhadapan dengan bundanya sama dengan berhadapan dengan guru sejarah. Harus dijawab sedetail mungkin.

“Gak jauh kok, paling cuman deket taman pintar atau cafe sebelah. Capek bun, butuh udara seger” jawab Nofel rinci.

“Yaudah, izin dulu sama ayah!” titah bundanya.

“Yah...” panggil Nofel lebih memelas, berharap ayahnya tidak banyak komentar.

“Gapapa, asal jangan pulang lewat dari jam sembilan dan bawa hp” balas ayahnya seakan tau apa isi kepala anaknya itu.

Senyum Nofel merekah mendengar penuturan ayahnya yang singkat, padat dan menyenangkan.
“Siap laksanakan boss...!”

°°°

Suasana malam di kotanya tampak seperti biasa, taman pintar yang di penuhi orang-orang, makanan yang berjejer di tepi jalan, dan laju kendaraan bising khas jalanan pasar malam hari.

Nofel memilih duduk di salah satu bangku kosong yang tersedia di taman pintar, sedikit canggung karna dia sendiri dan kebanyakan disana adalah para pasangan-pasangan muda.

“Kayak gak ada tempat lain aja deh buat mereka pacaran” bisik Nofel pada dirinya sendiri.

Belum lima belas menit Nofel berada disana rasa bosan sudah melandanya, dengan membawa hasil downloadtan lagu-lagu terbaru Charlie Puth, Nofel beranjak dari taman pintar yang berada dekat pasar itu dan berniat langsung pulang kerumah.

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang