12. Perkara Besar

52 8 0
                                    

Upacara pagi Senin berjalan seperti biasa. Tertib di setiap barisan, memang tidak salah kepala sekolah mengerahkan beberapa guru disiplin untuk turun langsung kelapangan menertibkan para murid. Hasilnya memang memuaskan.

“Siap-siap kuping” batin Nofel.
Karena waktu spesial pembina upacara untuk meracau kepada semua murid telah tiba.

Saat-saat paling memuakkan sewaktu upacara, pembina sibuk mengomentari murid dan murid sibuk mengacuhkan ucapan pembina. Hasilnya nol, seharusnya pembina tahu kalau amanat seperti itu memang kurang mendapat empati para murid.

“PERMISI BU!”

Terdengar ucapan keras yang langsung menghentikan suara guru yang sedang memberi amanat.
Semua mata langsung tertuju pada sumber suara itu. Tampak tiga orang lelaki, dua orang memakai seragam security dan yang satu lagi memakai seragam SMK Angkasa.

Dan yang memakai seragam itu adalah murid yang kini sedang menjadi trending topic disekolah, Dana.

Dua security itu membopong tubuh lunglai murid yang sedang bersamanya, tampak beberapa lebam di wajah dan luka berdarah di satu sudut bibir dan juga pelipis.

“Ada apa ini pak Ham?” tanya guru pembina turun dari mimbar panik melihat keadaan sang murid.
Semua murid kini berdesakan mencari tempat paling depan untuk melihat apa yang tengah terjadi.

“Saya menemukan murid ini tergeletak dijalan habis diserang oleh sekelompok murid sekolahan lain di gerbang belakang Bu. Dari embel-embel seragam sekelompok murid itu saya memastikan itu adalah seragam dari SMK Bitra” jelas salah seorang security dan diangguki oleh security lain.

“Yasudah! Bawa murid ini ke UKS. Pastikan dia mendapat pertolongan pertama dan segera hubungi dokter!”

“Baik Buk!”

Suasan upacara yang awalnya tertib berubah riuh mendengar kabar yang barusaja mereka terima. Ini adalah kasus lama yang kembali terulang di SMK Angkasa.

“Fel, gue gak salah liat kan? Itu Dana kan?” sergah Ferin yang entah dari kapan berdiri disamping Nofel.
Nofel masih mematung, mencoba mencerna kejadian yang baru saja dia tonton.

“Fel... Astaga!”

“Ehh... Apa? Gue gak denger!”

“Perhatian untuk semua murid, upacara akan kembali di lanjutkan. Silahkan kembali ke tempat semula.”

Pernyataan itu langsung membuat semua murid mengeluh keras, bahkan sampai ada yang menentang. Tapi sudah dipastikan semua itu akan percuma. Guru adalah yang paling benar.

Upaca kembali berjalan, hanya untuk menyelesaikan lagu wajib nasional dan do'a. Walau begitu sudah dipastikan tidak ada lagi murid yang sungguh-sungguh menjalaninya. Para guru disiplin pun tak bisa lagi berbuat apa-apa. Semua sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

°°°

“Fel cepetan Fel...!” ajak ketiga sahabat Nofel yang sedari tadi tidak hentinya berjuang menarik lengannya.

Nofel masih mematung di kursinya, menimang ajakan para sahabatnya. Sejujurnya dia juga ingin melihat dan mengetahui kondisi murid yang memang dari awal sempat merecoki kesehariannya di sekolah.

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang