13. BadBoy

50 9 1
                                    

Ini sudah seminggu sejak kejadian Dana yang membuat gempar sekolah. Dalam seminggu ini ia selalu uring-uringan. Semenjak keluar dari ruang BP perubahan sikap Dana benar-benar makin menjengkelkan.

Dengan punggung yang disandarkan di tembok dan kaki yang di julurkan pada kursi kosong di sebelahnya, Dana tampak sangat menikmati tidur di sela-sela pergantian jam. Posisi duduknya sekarang adalah pojok kanan kelas, beranjak dari tempat duduk yang sebelumnya bersama dengan Nasya.

“Aw” Dana mengaduh saat dirasakannya sebuah benda tumpul mengenai kepalanya.

“Berani-beraninya kamu tidur di jam pelajaran saya.”

Dana sedikit mengucek matanya, menstabilkan kesadarannya dari mimpi indah yang baru saja di ganggu oleh seseorang.

“Eh pak, selamat siang!” ucapnya setelah mendapati pak Sukri selaku guru kejuruan telah berada di hadapannya.

“Ini sudah sore” balas guru itu geram.

“Oh, udah sore ya pak? Ya udah, selamat sore pak!” ucapnya sopan sambil menundukkan kepala.

Bukan jawaban atas kata sapaannya yang diterima Dana tapi malah pelototan ganas.

“Apa saya sekarang tampak sedang ingin berbasa-basi dengan kamu?” ucap guru itu.

“Loh pak! Saya cuman mau jadi murid yang baik. Saya cuman mau ngasih perhatian sama bapak!”

“Saya tidak perlu perhatian dari kamu, dan jika memang kamu ingin memperhatikan saya, perhatikan saja pelajaran saya!” ucap guru itu tegas.

“Siap pak!” jawab Dana tak kalah tegas sambil hormat bendera.

“Kakimu!” kali ini guru itu melirik kearah kaki Dana yang terjulur padanya.

“Oh, maaf Pak. Kaki saya pegel abis disuruh lari-lari keliling lapangan, makanya saya lurusin. Karna kata guru saya dulu jangan lipet-lipet kaki kalau abis lari, nanti jadi varises, yang urat-nya keluar keluar itu loh pak. Kan serem, ihh!!” jawab Dana belagak parno seraya menepuk-nepuk kakinya. “Eh, tapi karna saya perhatian sama bapak yaudah deh kakinya saya turunin aja” lanjutnya menurunkan kaki sambil tersenyum lebar.

Pak Arif tidak ingin lagi berdebat dengan murid bermulut bijak itu, dia kembali berjalan kedepan kelas meninggalkan murid yang masih sangat hangat-hangatnya menjadi bahan perbincangan para guru dikantor.

Dana menghembuskan nafasnya malas, dan kembali pada aktivitas semulanya.

“DANA...!” teriak guru itu lagi membuat Dana terperanjat di kursinya.

“Oh. I-iya, siap pak!”

“Taik!!!” lanjutnya dalam hati.

°°°

Jam pelajaran terakhir di kelas DKV-2 telah berakhir. Semua murid mulai berhamburan keluar kelas tak sabar ingin segera beranjak dari sebuah gedung bernama sekolah. Karna bagaimanapun menurut sebagian bahkan hampir seluruh murid sekolah itu egois, bisa-bisanya dia menyita hampir seluruh waktu yang diberikan tuhan untuk hidup hanya untuk terbungkus dalam ruang kecil bernama kelas.

“Kita jadikan ya ke kost Nuri?” tanya Nofel di sela-sela perjalanannya dan para sahabat di koridor sekolah.

“Jadi lah, capek tau gue ngerjain tugas kalian sendiri” jawab Nuri sewot.

Cause DanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang