Dating Without Love 8

13.8K 58 0
                                    

"Boleh aku duduk disini? "Tanya pria bertubuh tinggi kira-kira 175 cm kulit putih bersih dengan rambut hitam sedikit ikal. Bentuk rahang wajahnya sedikit bulat lebar, mata nya sipit. Ia tampak begitu supel.

"Ya, silahkan. "

Aku memperhatikannya sekali lagi, penasaran. Dia chinese, Korean atau Japanese? Tanyaku dalam batin. Bahasa Indonesianya sangat bagus. Mungkin dia mix, aku mencoba menerka-nerka sendiri.
Lalu kembali fokus pada layar slide dihadapanku dan memperhatikan seseorang sedang berbicara menjelaskan tentang bisnisnya.
Sebuah bisnis aromateraphy yang diciptakan oleh sepasang suami istri berasal dari Jepang yang begitu menarik minatku untuk mempelajarinya. Pembicaranya tak lain adalah direktur sekaligus CEO dari harmony school aromateraphy itu sendiri. Ia mengundang ku secara direct personal untuk menghadiri event nya yang pertama kali ia adakan di Jakarta.
Ini sebuah kehormatan untuk ku.
Saat ini aku berada di antara orang-orang Jepang dan lainnya terlihat hanya segelintir orang pribumi sepertiku yang hadir.

Aku tidak tahu apa yang pria tadi lakukan, dia duduk disampingku dan sibuk dengan kamera dan buku catatannya.
Sepertinya ia tidak datang untuk mempelajari event ini, lalu untuk apa? Apa yang ia lakukan disini?

Satu jam kemudian event workshop ini akhirnya selesai, aku melihat pria tadi menghampiri pembicara yang tak lain orang yang berpengaruh penting dalam bisnis tersebut.

Mereka berbincang-bincang dan seperti sedang melakukan sebuah wawancara.
Apa benar dia sedang mewawancarai CEO itu?
Apa dia seorang journalist, dimana? Aku mulai penasaran.

Tak ingin berlama-lama di ruangan ini, aku meninggalkan ruangan dan beralih ke foodcourt yang tak jauh dari ruang seminar. Aku lapar dan sepertinya memang sudah seharusnya aku mengisi perutku. Lalu memesan makanan mencari tempat duduk yang sepi dan nyaman.

Aku mengambil ponselku dan masih sama tak ada pesan dari Kenta. Uh,apa aku harus selalu menunggu weekend untuk berkomunikasi dengannya? Menunggu dia menghubungiku dan memintaku untuk datang ke apartmentnya.
Atau lebih baik aku coba menghubungi dia duluan? Lagi-lagi pikiranku selalu menolak untuk melakukan hal itu. Prinsip ku satu, laki-laki yang harus berjuang untuk ku lebih dulu dengan begitu aku bisa tahu seberapa besar tekad mereka benar-benar menginginkanku. Tapi Kenta? Sial, aku harus berhubungan dengan orang Jepang yang sudah terkenal dengan sikap dinginnya. Meskipun tidak semua tetapi Kenta masuk dalam kategori cowok cool tersebut. Menurutku bukan hanya cool dia lebih dari itu.

"Sendirian saja? "Tanya pria yang duduk di meja sebelahku, namun sofa tempat duduk kami tak ada jarak sedikitpun. Ia tersambung memanjang keseluruh sudut ruangan.

Aku terperangah menoleh kearahnya dan menyingkirkan ponselku.

"Ah.. Iya. "Jawabku spontan sambil melanjutkan suapanku.

"Kamu yang tadi ikut workshop aromateraphy? "Tanya pria itu. Tangannya sibuk dengan kamera. Mungkin ia sedang berusaha memperhatikan hasil tangkapan gambarnya.

"Iya. Kamu juga? "

"Tidak, aku meliput acara tadi dan barusan mewawancarai CEO nya. Kebetulan kantor ku ada di sebrang gedung ini. "

"Oh, bagus. Kantorku ada di gedung ini di lantai atas." Jawabku berbasa-basi.

"Siapa namamu?"

"Naomi Hannara. "

"Wataru. "

"Wataru...? "Tanya ku bingung. Nama yang sedikit terdengar aneh ditelingaku. Nama asal negara mana, aku berusaha memutar otak. "Japanese? "Tanyaku lagi memastikan.

"Ya, saya Japanese. "

"Oh, ok. Bahasa Indonesia kamu bagus. Sangat lancar. "

"Ya, saya sudah tiga tahun tinggal disini. "

Dating Without Love ( Novel Dewasa 21+ ) Republish 31 Dec'21- 25 January 2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang