One

3.8K 190 9
                                    

Nad melotot frustasi menatap skrip drama yang baru saja ia terima dari Bryn, sutradara yang menangani serial dramanya kali ini.

Bukan karena buruk atau jalan ceritanya yang bertele-tele, tapi terlalu banyak adegan romantis. Meski Nad selalu bekerja secara profesional, baginya hal ini terlalu berat ia lakukan.

Itu karena James Reid adalah pemeran utama sekaligus lawan mainnya di serial. Membayangkannya saja Nad sudah pusing. Ia yakin aktingnya akan berakhir buruk. Jika saja bukan karena agensi yang menaunginya sedang tidak dililit hutang, mungkin Nad tidak akan sudi bermain di serial yang sama dengan James.

Ya, jika sepuluh tahun lalu James tidak melakukan sebuah kesalahan besar, sudah pasti Nad akan menggilainya seperti gadis-gadis di penjuru Filipina.

----

"Nad?" Suara bass milik James lagi-lagi terdengar memanggilnya. Tak lama, pria berkaus tanpa lengan itu muncul dari balik tumpukan kabel keperluan syuting.
Diam-diam Nad mendengus, membuang mukanya kearah lain. Entah untuk berapa kali dalam sehari ini, James mendekatinya dalam rangka membangun 'Chermisty'.

"Oh, hai James. Apa kau sudah hapal dialogmu?" tanya Nad berusaha seramah mungkin. James menggeleng, memposisikan kursi kosong di depan Nad agar mereka berdua bisa berhadapan.

Nad tidak suka jika James sudah mulai menatapnya. Bukan karena ia muak atau benci. Semua yang ada pada diri pemuda itu mengingatkannya pada setiap kejadian pahit di masa lalu.

"Aku haus, sepertinya jus dietku sudah datang, kita bicara nanti saja ya?"
Nad buru-buru beranjak dari duduknya. Tanpa menoleh, tanpa menghiraukan James yang menatapnya tak percaya. Benar! James bahkan tidak tahu bagaimana caranya agar ia tidak terlihat bodoh kala itu.

Apa gadis itu Idiot? Aku mendekatinya bukan karena aku menyukainya, tapi ini semata -mata agar serial drama ini sukses! Batin James mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat. Sebentar lagi, giliran mereka untuk pengambilan adegan. James tak pernah berakting tanpa latihan.

"Ada apa James?" tanya Bryn memposisikan kamera di area terbaik untuk adegan mereka.
"Bisa kau katakan padaku? Kenapa Nad si aneh tidak mau membangun Chermisty di luar kamera denganku?" kata James mencengkeram tangannya sendiri.
Bryn mengendikkan bahunya bingung. "Mungkin dia takut menjadi sasaranmu. Yang aku lihat kau selalu membawa lawan mainmu ke atas ranjang."

James mendesah sebal saat Bryn malah menertawai kebiasaannya. Baginya, Nadine tidak menarik bahkan menggairahkan, jadi kenapa ia harus membawanya ke tempat tidur?

"Sudah, biar aku yang bicara, sebentar lagi take. Kau siap-siap, aku akan mencari Nad sebentar," kata Bryn menatap wajah sebal James khawatir. Ia takut jika mood James memengaruhi kualitas akting.

-----
"Kamera, roll.. action! " pekik Bryn menyuara dari speaker kecil.
Jelas, sutradara bertubuh gempal itu memberi perintah agar adegan dimulai.

Nad mengatur nafasnya pelan, dalam otaknya sudah tergambar segala hal yang harus ia lakukan.

"Hei, apa kau selalu telanjang seperti itu?" teriak Nadine menatap kesal kearah James yang menjadi Clark Medina.
James tertawa sinis,"Leah, ini rumahku, jadi terima aturan yang kubuat."
Nadine bergerak pelan, mengikuti kamera yang menyorotnya kearah lemari pendingin. Ia tersedak dan butuh minuman sekarang.
"Akh, ya ampun mahal sekali!" gerutu Nad mengambil sekotak jus kecil yang dibandrol 5$ oleh James.
"Kau tidak perlu meminumnya jika tidak mau," kata James masih beradegan makan di atas meja dekat wastafel.

Nad memasang wajah sekesal yang ia bisa dan bingo! Bryn tersenyum puas melihat akting Nad dari monitor kamera.

Adegan berakhir ketika tokoh Clark dan Leah berencana mendatangi kantor Imigrasi untuk mengurus pernikahan palsu mereka.

Cukup memuaskan karena hanya dua kali cut.

"Apa kau lelah Nad? Kau bisa pulang ke homestay dekat jembatan San Francisco yang sengaja disewa oleh para staf," kata Bryn menghampiri Nadine yang sedang sibuk mengemasi sesuatu ke dalam tas. Besok ia libur dan ingin berkeliling ke sejumlah tempat di Amerika.

Syuting yang direncanakan akan menghabiskan sebulan di sana mengharuskan Nad harus ekstra pintar membagi waktu antara kerja, istirahat dan jalan-jalan.

"Tidak, aku ada janji dengan seorang teman di Hotel dekat sini," senyum Nad melirik jam di pergelangan tangan. Sudah waktunya pulang setelah dua hari ia tertidur di lokasi syuting.

"Akh, baiklah, sampai jumpa. Semoga kau bisa istirahat cukup untuk syuting hari senin."
Nadine mengangguk, mengangkat tas punggungnya lalu pergi menuju pintu keluar.

---
Jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Nad terbangun dari atas ranjang hotel. Jujur, ia tidak sedang bersama siapapun. Manajer juga make up artis yang mengikutinya kemana-mana mengambil cuti tiga hari untuk mengunjungi kerabat mereka yang terkena gempa bumi di Filipina.

Masih mengantuk, Nad berjalan menuju lemari es kecil di sudut kamar. Tak ada minuman diet yang ia cari. Pasti Nad lupa mengambil stoknya di box khusus saat di lokasi syuting.

Dengan terpaksa, ia merapikan rambut lalu mengambil jaketnya yang tergantung. Mungkin ia bisa membeli sedikit snack di Minimarket seberang jalan.

Di balik pintu keluar kamar, samar-samar Nad mendengar tiga orang bertengkar. Meski awalnya takut, begitu mendengar salah satu dari mereka bicara dengan bahasa Tagalog, Nad tertarik.

"Dasar jadi kau tidur dengannya bukan karena suka? Tapi iseng!" teriak seorang pria berkulit pucat mencengkeram keras leher lawannya yang berdiri membelakangi seorang gadis berpakaian setengah terbuka.

"Bukan salahku, pacarmu saja yang mengikutiku seperti penguntit. Dan asal kau tahu, aku tidak tidur dengannya. Apa kau mau ke kantor polisi? Pemeriksaan sperma!"
Bohong. Mana mungkin ia berani ke kantor polisi, tapi ancaman kosong itu berhasil.

Pria pucat itu mengerang, kalah kalimat dan ia juga tidak berani menghajar karena bisa dipenjara.

"James?" ucap Nad, sosok itu tiba-tiba bersuara setelah lama berdiri terpaku melihat kejadian itu. Wajahnya begitu syok dan kosong. Ia pikir kelakuan James tidak separah itu.

Tidur dengan kekasih orang? Sangat murahan! Ya, dasar pria murahan! Batin gadis itu mencengkeram kenop pintu kamarnya.
Mendadak wajah James memucat.
"Nad! Tidak seperti yang terlihat Nad!" teriak James meriaki Nadine yang langsung berlalu dari sana dengan pandangan jijik.

"Pergi kau," teriak James menuding wajah pria di hadapannya begitu emosi," dan kau juga, pergi! Dasar jalang dan bedebah! "
Ditariknya tubuh si gadis kearah pacarnya kesal.
Lalu, Blam. James menutup pintu kamarnya sangat keras hingga ada sedikit getaran di sekitar tembok.

Sementara Nad, menyusuri trotoar kota New York dengan emosi yang sangat pekat di matanya.

James? Kau tidak berubah. Jika rasa sakit Nilam saja tidak berarti bagimu, lalu dengan apa aku harus membuatmu menderita?

-----Salam Jadine lovers----

The Other Story of Jadine ( Di balik Layar Pembuatan OTWOL)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang