Seven

2.2K 134 8
                                    

Manila, 10 tahun yang lalu.

Nad remaja yang berjerawat berjalan riang menghampiri seseorang yang tengah berdiri di sebuah mulut gang. Itu adalah Nilam, gadis tomboy penyuka musik dari SMP sebelah. Beberapa tindikan yang terlihat menyakitkan tertanam dengan pas di hidung juga alisnya.

"Lama," gerutu Nilam menarik Nad untuk berdiri agak menepi. Di jam sibuk, memang banyak yang berjalan tergesa melewati jalan sempit itu.

"Traktir aku limun ya? Juga sea food goreng," tawa Nad mengambil secarik kertas dari dalam saku roknya kemudian ia sodorkan ke arah Nilam.

Terlihat, Nilam mencembik, mengambil kertas itu lalu di masukkan ke sisi kecil saku jaket.
Ia mengangkat gitar yang tersampir rapi dalam tasnya dengan hati-hati.
"Ayo, limunnya saja dulu, oke?"

---

Pagi yang sama selama 5 tahun terakhir. Nad yang bangun kesiangan belum sempat sarapan ketika Nilam berteriak dari depan pagar rumahnya.

"Tunggu!" teriak Nad berlari keluar dengan menggigit sandwich utuh di mulutnya. Jika sudah begitu Nilam yang perkasa selalu pura-pura mengayuh sepeda ke sisi gang. Tujuannya, agar Nad bingung karena mengira ditinggalkan.

"Akh, dasar jahil!" rutuk Nad begitu menemukan persembunyiaan sahabatnya. Ia langsung berdiri di pedal belakang sepeda Nilam sambil sesekali menyuapi potongan sandwichnya bergantian.

Mereka berakhir tertawa bersama di sepanjang jalan menuju sekolah.

Nilam si tomboy berbanding terbalik dengan tampilan cupu Nad. Jika saja dulu Nilam tidak melindunginya dari bullian anak nakal di ujung pasar, mungkin persahabatan mereka hanya sekedar angan-angan.

Mereka terlalu berbeda. Nilam anak SMP yang bersekolah di tempat yang mayoritas anak lelaki. Sedang Nad, masuk ke SMP yang mayoritas siswi.

Namun, Sejauh itu, hubungan mereka baik-baik saja. Hingga pada suatu hari, Nilam membisikkan sesuatu di telinga Nad jika ia menyukai seorang pria untuk pertama kalinya.

"Namanya James, hobi kami sama dan saat bicara dengannya aku merasa sangat nyaman. Apa kau mau membantuku Nad? Buatkan aku puisi seperti kemarin. "

"Puisi? Kau bilang itu untuk tugas sekolah,"ucap Nad mengeryit tak suka. Ia paling benci kebohongan.
"Akh, ayolah Nad. Jangan marah," rajuk Nilam dengan pipi kemerahan.

Bagi Nad, Nilam waktu itu sungguh berbeda. Wajah yang hanya bisa tertawa seperti pria dan bahkan bersendawa, entah sejak kapan begitu mudahnya berubah.

Nad penasaran seperti apa James si penakluk hati sahabatnya.

Saat festival musik semester dua, itu adalah pertama kali Nad melihat James. Pria bertubuh kurus dan tinggi itu berdiri di atas panggung dengan puluhan sorakan dari banyak gadis.

Blasteran, keren dan pintar. Siapa yang berani bilang tidak padanya? Bahkan Nad langsung terbius akan pesona James. Ia sempat melupakan perasaan Nilam yang juga menyukai pria yang sama.

Setiap menulis puisi yang diinginkan Nilam, Nad seakan menulis perasaannya sendiri. Idiot dan sangat manis.

----

Waktu terus berlalu. Nad yang berjerawat dan Nilam yang berdandan terlalu heboh sering menghabiskan waktu di tempat persembunyian saat sepulang sekolah.

Mereka mengintip James remaja yang sedang bermain gitar tuanya di belakang gedung kesenian.

"Alisnya tebal."

"Bibirnya tipis."

"Wajahnya manis seperti coklat."

"Hidungnya mancung."

The Other Story of Jadine ( Di balik Layar Pembuatan OTWOL)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang