Twenty Five

1.9K 147 18
                                    

Apa yang ditemukan Siby dan Roland saat membuka kunci kamar bukanlah hal yang luar biasa.

Nad tidur di kasur dan James terlelap begitu saja di sofa.

"Sepertinya sia-sia saja kita mengisolasi mereka," keluh Siby menatap tumpukan salinan surat perjanjian kerja sama. Helaian kertas itu berhamburan entah kemana.

"James, bangun!" pekik Roland menepuk punggung adiknya keras. Ia sangat marah sekarang. Ia dan Siby sudah mengorbankan waktu berharga agar semua berjalan sesuai rencana. Kini bahkan hasil sekecil kutupun tak ada.

"James! Kau dengar aku? Kita akan syuting hari ini."

James sedikit menggeliat, tapi tak juga beranjak dari tidurnya.

"Ada apa?"
Nad menyuara, mengusapi wajah kusutnya kesal. Gara-gara kejadian semalam, ia susah tidur. Sekalinya terlelap hari tiba- tiba sudah siang.

"Kalian harus cepat bersiap. Kita syuting hari ini!"seru Siby frustasi. Nad tersenyum kecut, betapa arogantnya Siby setelah apa yang telah ia perbuat kemarin.

"Aku tidak mau," decih Nad mencembik sinis.

Siby melotot tak percaya.
“Nad? Tapi kau bisa dimarahi Byrn,“gumam Siby mendekat dengan wajah yang sedikit memelas. Bisa gawat untuknya jika Nad benar-benar tidak mau bekerja

Roland yang sedari tadi menepuk keras mulai melunakkan suaranya. Ia takut juga kalau-kalau James ikut menolak pergi ke lokasi syuting seperti Nad.

"Hmmm, ya aku akan segera bangun," gumam James mengambil lipatan selimut yang membelit pinggangnya.

Nad pura-pura berpaling ke arah lain saat pandangannya bertemu dengan James. Ia malu sekaligus bingung memberikan reaksi apa pada pria itu. Ia tidak mungkin marah-marah setelah apa yang telah terjadi di antara mereka.

"Roland, besok kosongkan waktu makan siang. Aku ada janji makan siang dengan seseorang. "

Roland mengiyakan lalu pandangannya tertuju pada sebuah benda yang menempel di sudut atas ruangan itu.

"James, Nad, mungkin aku dan Siby lupa mengatakannya. Ada cctv yang menyala di ruangan ini. Kalian tidak berbuat mesum kan?"

James terkejut, begitu pula Nad. Keduanya terlihat panik.

"Iya--maksudku tidak! Kenapa kalian tidak memberitahu masalah sebesar itu? Ini pelanggaran privasi!" teriak Nad kesal.

"Oh ya ampun Roland, sejak kapan kau punya hobi menonton kegiatan pribadiku?" pekik James tak kalah sebal. Ia kini berdiri menunjuk kakak tersayangnya itu.

"Tunggu! Kalian tidak berbuat sesuatu kan?" tanya Siby ikut berdiri sambil melempar pandangan curiga. Roland ikut tegang menanti jawaban.

"Tidak!"teriak James

"Iya---maksudku tidak!" seru Nad bingung. Ia tidak terbiasa berbohong.

Siby dan Roland saling pandang, lalu sejurus kemudian terkikik secara bersamaan.

"Seharusnya kita tidak menyalakan cctv itu," tukas Roland melirik Siby penuh kejahilan.

"Benar," sahut Siby menahan geli.

Entah apa yang Nad maupun James gumamkan. Yang jelas kedua Manajer itu patut diwaspadai mulai sekarang.

-----

"James...,"
Nad menyenggol sikut James agar perhatian pria itu sedikit teralih padanya. Sejak tadi, mereka belum bicara lagi.

"Ya, Honey," senyum James menyentuh pengelangan tangan Nad. Meski itu tempat umum, toh mereka memang dikenal sebagai pasangan. Nad mengernyit, belum terbiasa dengan panggilan seperti itu. Ia tidak nyaman karena Elena juga memanggil James dengan sebutan yang sama.

The Other Story of Jadine ( Di balik Layar Pembuatan OTWOL)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang