Nine

2.1K 141 7
                                    

Nad terbangun dengan posisi tengkurap. Tangannya bergerak, meraba seseorang yang seharusnya tidur disampingnya semalam.

"Hai, apa tidurmu nyenyak sayang?" tanya Ny. Betris tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar Nad.

Nad tak langsung menjawab. Gadis itu sejenak menggeliat, menatap jarum digital yang berada di atas meja kecil sudut ruangan.

Masih ada dua jam lagi untuk berangkat ke lokasi syuting.
"Ina, aku harus kembali bekerja," keluh Nad memanggil sang ibu dengan manja.

"Pergilah, tadi Siby menghubungi ibu, kalau sebentar lagi dia akan menjemputmu," senyum Ny. Betris duduk di ujung tempat tidur sambil menahan tubuh putrinya agar tidak kembali berbaring.

Ayah Nad sudah meninggal. Nad beruntung mempunyai ibu yang selalu mendukungnya di situasi ekonomi tersulit. Dulu, betapa banyak hal yang harus ibunya korbankan untuk meraih cita-cita Nad menjadi seorang penyanyi. Alih-alih bekerja di bidang musik, yang ada sekarang Nad malah berkarir di dunia akting.

"Nad, jangan membawa masalalu dalam pekerjaanmu,"bisik Ny. Betris menyusuri rambut panjang Nad dengan rasa sayang dan Nad hanya bergumam menikmati sentuhan ibunya.

Ny. Betris tak menyangka, putrinya yang selalu di pandang sebelah mata karena penampilannya, kini bisa menjadi seorang artis yang cukup dikenal. Meskipun, ia tahu betul, Nad sangat tertekan karena James yang menjadi lawan mainnya pernah melukai hati Nilam. Sahabat yang sangat berarti bagi Nad.

----

Setelah lama bermalas -malasan di pangkuan sang ibu, Nad kemudian beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri.

Tak lama keluar dengan rambut yang masih basah, Nad sudah mendapati Siby duduk di meja dapur, melahap  sepiring longsilog tanpa longanisa (sosis pendek khas Filipina).

"Mana Ebay? Dia seharusnya ada di sini setelah lama membuatku repot memakai make up sendiri," gerutu Nad duduk di samping Siby lalu mulai memotong telur mata sapinya dengan pisau.

"Hei, santai... sejak syuting drama ini aku lihat kau suka marah-marah," gurau Siby mengangsurkan segelas susu rendah lemak ke dekat piring Nad.

Nad memutar bola matanya kesal. Ia benar-benar tidak mau mengulang alasan yang selalu sama saat Siby menggerutui sikap gusarnya.

"Hai Nad, maaf aku dari kamar kecil tadi," sapa Ebay muncul dari sisi belakang ruang dapur. Di sana, memang ada kamar kecil untuk tamu.

Nad hanya mengangguk lalu menyuruh wanita itu bergabung sebelum menghabiskan susunya.

"Hari ini, lokasi syuting kita di rumah susun blok C, lima kilometer dari bandara Manila."

Perkataan Siby, membuat Nad membungkam. Sedetik yang lalu, gadis itu tersedak lalu di detik berikutnya ia merasakan kepalanya mendadak pusing.

Wajar jika Nad syok karena dulu ia pernah tinggal di lingkungan kumuh itu.

------

"Kenapa dia belum datang ya? Aduh, aku sudah terlalu merindukannya," ucap Roland meledek James yang sebenarnya sedang menghafal dialog.

James mendesah kesal, cara apapun sudah ia lakukan untuk menghentikan tingkah menyebalkan Roland, tapi sayangnya kakaknya itu terlalu keras kepala. Hampir 10 menit sekali, Roland ber-monolog seolah menggantikan suara hatinya.

"Aku mohon, hentikan. Apa kau tidak kasihan? Setelah aku diganggu puluhan orang yang pernah mengenalku di sini, kau bahkan tak membiarkanku menghapal dialog,"keluh James menghapus keringatnya. Sejak tiba di lokasi, entah berapa kali ia harus membalas teguran teman lama yang menyempatkan datang untuk melihat proses syuting.

The Other Story of Jadine ( Di balik Layar Pembuatan OTWOL)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang