Twenty Nine

1.8K 146 28
                                    

Yang pertama kali Nad lihat saat ia membuka mata adalah sosok James yang tertidur begitu pulas di sofa kamarnya.

Gadis berpiyama itu berlahan turun dari pembaringan. Mendekati sosok yang sedang mendengkur halus tanpa pertahanan.

"Berhenti mengulur waktu, kalau kau ingin menciumku, ayo sekarang saja."

Jahil, menyebalkan dan narsis. Kepala Nad yang semula berat seperti terangkat separuh melihat kenyataan manis jika James bukanlah halusinasi. Apalagi, ia tidak perlu membujuk James yang marah karena ulahnya membela Nilam kemarin. Untuk pertama kalinya, ia bersyukur bisa sakit disaat yang tepat.

Senyum Nad mengulas tipis, lalu ia mencubit gemas pipi James hingga kekasihnya itu pura-pura merengek kesakitan.

"Maafkan aku James," bisik Nad menatap James penuh harap.

James terdiam sejenak, memikirkan sesuatu,"Akan aku pertimbangkan. Tergantung kau akan menurutiku atau tidak," gumam James tersenyum jahil. Meski memberengut, Nad pada akhirnya mengangguk.

Sempat tidak sadar karena sakit, itulah kenapa Nad tidak tahu apa yang terjadi setelah dokter memeriksanya malam tadi.

Nad terkejut karena ibunya mengizinkan seorang pria menemaninya sepanjang malam, ya---meski di dalam kamar yang pintunya tidak tertutup.

---
Sarapan pagi ini, kursi di sebelah Nad yang biasa di duduki sang ibu, terisi oleh James.

Pria itu berkali-kali melempar senda gurau dengan Ny. Betris yang duduk tepat di hadapan mereka berdua. Nad hanya sesekali menatap keakraban keduanya heran. Daripada dengannya, Chermisty ibu dan anak sangat mengena antara James juga ibunya.

"Wow, ini kejutan!" pekik Siby tiba-tiba muncul dari pintu ruang tengah. Ebay yang mengikutinya dari belakang juga menampilkan wajah luarbiasa terkejut.

Nad berusaha tak menggubris ledekan Siby yang secara terang-terangan sedang mencemooh dirinya yang sempat membenci James setengah mati. Gadis itu lebih banyak diam, menahan dongkol sambil meneguk susu rendah lemaknya hingga tandas.

"Habiskan, kau masih sakit. Makan sepiring nasi saat sarapan tidak akan membuatmu gemuk," kata James mendorong sepiring Sinangag ke ujung jemari Nad.

"Tidak. Aku butuh dua jam hanya untuk mengeluarkan lemak dari sepiring nasi di pagi hari." tolak Nad melirik semua orang yang secara bersamaan menatap interaksi mereka berdua. Ia langsung kikuk apalagi, ibunya membenarkan perkataan James jika dietnya adalah salah satu pemicu typus yang sempat ia derita semalam.

Bisa dibayangkan wajah Siby yang menahan tawanya habis-habis-habisan. Wanita itu tahu benar Nad menelan ludahnya sendiri sekarang. Perasaan cinta memang tidak bisa ditutupi lama-lama dengan kebencian.

----

"Apa ibumu khawatir tentang kejadian yang menimpamu kemarin?" tanya James menekan lembut jemari tangan Nad dalam genggamannya.

Nad menoleh, lalu mengangguk kecil," Dia menangis tapi tidak bisa melarangku bekerja karena aku sudah terikat kontrak."

Menghela nafasnya, James menepuk punggung tangan Nad," kalau begitu jangan jauh-jauh dariku."

"Tentu saja! Dia tidak akan menjauh! Jadwal kalian akan disamakan mulai nanti sore. Rapat Love team menghasilkan keputusan seperti itu."
Siby mencondongkan tubuhnya ke kursi belakang mobil, ia mencibir kecil, menatap kemesraan aneh yang terjalin begitu cepat.

Nad dengan cuek pura-pura tertidur di bahu James saat Siby mulai mengoceh tentang masalah pertengkaran yang sering terjadi di masa lalu mereka.

Siby yakin, gara-gara ia mengumpati Nad, akhirnya kejadian juga.

The Other Story of Jadine ( Di balik Layar Pembuatan OTWOL)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang