Two

2.8K 184 13
                                    

Nadine tak menyangka, sekembalinya dia dari minimart, James berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Entah takdir apa yang membuat keduanya bisa memesan kamar yang bersebelahan.

"Minggir, kau menghalangi pintu,"kata Nad menatap tajam pada siluet sedih di wajah pria tinggi itu.
"Nad, kau salah paham, tadi...,"
"Pergi, aku tidak akan mengatakan apapun pada Managermu, itu bukan urusanku," decih Nad ketus. Ia yakin betul, James si playboy murahan akan dimarahi oleh kakak sekaligus manajernya sendiri jika ketahuan membuat onar.

Melihat pandangan marah Nadine, James berakhir mundur, menyingkir dari pintu. Tatapannya menyiratkan hal yang susah diartikan.

Benar juga. Ini bukan urusannya. Kenapa aku harus bingung? Bukankah sejak awal dia tidak menyukaiku? Batin James memilih menutup mulutnya rapat-rapat. Mustahil mengatakan hal konyol yang selalu ia lakukan untuk membohongi gadis lain. Entah kenapa James yakin, dalam diri Nad ada kebencian aneh untuknya.

"Oh ya, satu lagi. Jangan pernah mengajakku bicara selain di depan kamera. Kau tahu kan? Seorang artis hebat hanya butuh Chermisty di dalam drama, tidak di luar. "

Brak!
Setelah mengatakan itu, Nadine membanting pintu di depan James keras-keras.
Tingkahnya bahkan lebih buruk dari seorang pacar yang dirundung cemburu. Anehnya, James menyukai emosi itu.

-----

Karena kejadian sialan tadi malam, Nad jadi urung keluar untuk menikmati udara segar. pagi harinya, Gadis itu lebih memilih yoga di dalam kamar meski tidak bisa konsentrasi.

Rrrrrr..Rrrrr....
Sebuah panggilan dari Filipina membuyarkan seluruh konsentrasi yang ia bangun susah payah.

"Nad? Apa yang kau lakukan saat liburan?"
Suara Siby, Manager Nad terdengar dari seberang. Berisik dan sangat payah karena bercampur dengan suara klakson Tuk-tuk dan Bajaj. Mungkin wanita itu sedang berada di jalan atau pasar.

"Diam kau By. Aku sedang dalam kondisi mood yang buruk. Kenapa kau menelponku? Apa kau tahu? Hotel yang kau pesan untukku bersebelahan dengan si brengsek James, huh!" kata Nad menekan lebih banyak amarah yang mulai menumpuk parah dalam kepalanya.

Berusaha meredam emosi, Nad meneguk orange jus dari lemari pendingin banyak-banyak.

"Nad? Kau tahu? Sikapmu sudah berlebihan. Ada apa denganmu? Setahuku, kau tidak mengenal James, apa dulu kau mantan kekasihnya?" kata Siby menerka hal yang paling mungkin terjadi antara keduanya. Tak ada gadis yang membenci James kecuali jika ia pernah dicampakkan.

"Siby! Kenapa kau bicara hal yang tidak masuk akal!" pekik Nad meremas bungkus jusnya hingga hancur.
Jangan kagum, itu hanya kardus dengan sedikit alumunium foil kok.

"Nad! Sudah cukup! Aku menelponmu karena ingin kau konsentrasi dengan aktingmu kali ini. Jangan lupa, bersikaplah seprofesional mungkin. Kudengar dari Bryn, besok adegan ciumanmu, kau tahu benar, jika kau tidak bisa beradegan dengan baik, itu akan merugikan dirimu sendiri karena harus mengulang adegan itu terus. Bayangkan, Nad! Kau bisa saja puluhan kali berciuman dengan James hanya untuk membuat adegan bagus, dan...," ucapan Siby terputus, sadar jika Nadine tak merespon sama sekali nasehatnya,"Nad! Kau mendengarku?"

Tentu saja tidak. Sejak tadi Nad sudah meninggalkan ponselnya di atas tempat tidur untuk menyambung Yoganya yang terganggu.

"Shit! Kusumpahi kau jatuh cinta setengah mati dengan James!"pekik Siby memutuskan sambungan dengan teriakan sebal. Ia tahu, percuma saja kembali menghubungi Nadine. Jelas gadis itu sudah mensilent suara ponselnya seperti biasa.

Tanpa setahu Siby, Nad gelisah. Percuma menenangkan pikiran jika ia terfokus pada setumpuk skrip yang akan ia jalani besok di lokasi syuting.

-------

The Other Story of Jadine ( Di balik Layar Pembuatan OTWOL)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang