27

5K 223 0
                                    

You can't buy happiness but you can buy ice cream and that's kind of the same thing.

Allena POV

"Gue pernah ketemu lo pas di Bandung" ucap Vano.

"Bandung?" Tanyaku.

"Iya di Bandung, lo inget yang lo nangis sambil lari di sekitar kafe Pelangi?" Ucapnya.

Aku mengingat ingat dan mengangguk.

"Lo nabrak orang kan?" Tanyanya lagi.

Aku nampak berpikir mengingat semuanya secara detail. Dari mulai mendapat pesan dari orang misterius lalu Ria & Daniel tengah bermesraan di kafe dan aku berlari keluar kafe.

"Oh lo yang ngingetin gue soal jangan nangis sambil lari?!" pekikku.

"Nah itu lo inget"

"Gue kira lo temen gue, pantes gue gak inget kan cuma ketemu sekali doang dan itupun hanya sekilas" jelasku.

"Oh jadi kode buat sering ketemu apa gimana nih?" godanya.

"Apaansih"

"Lo mau tau sesuatu gak?" Tanyanya.

"Apa?"

"Pipi lo merah haha" ucapnya sambil tertawa dan memegangi perutnya.

Aku langsung membelakanginya dan menutupi pipiku dengan kedua tanganku.

"Gak lucu" gerutuku.

"Haha dasar"

Aku berbicara banyak dengannya entah kenapa aku merasa nyaman? Dengannya. Bukan nyaman dalam hal lain namun seperti asyik dan seru berbincang dengannya.

Kulihat dia melirik jam tangannya.

"Eh sorry nih gue ada janji sama orang sekarang" ucapnya sambil beranjak.

"Yaudah gak apa apa, bareng aja gue juga mau pulang kok" ucapku.

Kami berjalan beriringan dan aku pun berpisah dengannya ketika aku hendak menyebrang dan memberhentikan taksi.

Namun, ketika aku hendak menyebrang ada yang aneh perasaanku tak enak.

Aku mencoba membuang pikiran tersebut mulai melangkah.

"ALLE AWAS!!!" ucap seseorang yang mendorongku dan aku merasa tersungkur ke trotoar dan semuanya gelap.

***

Author POV

Semua orang yang sedang berada di ruang tunggu nampak khawatir dan semuanya menangis.

Alle masih belum sadar sejak kejadian 2 jam yang lalu.

Sedangkan seseorang yang menolongnya sedang berada di ruang ICU, dia dinyatakan koma karena keadaannya sangat kritis.

"Kak bangun kak" ucap Luna berlinangan air mata.

Nampak Alle menggerakan jarinya dan mulai membuka matanya perlahan.

"Astaga kak tunggu sebentar kak" ucap Luna sambil memencet tombol pemanggil dokter.

Dokter dan suster pun berdatangan menghampiri Alle dan mulai memeriksanya.

"Dia sudah membaik, mungkin dalam waktu dekat ini ia bisa cepat pulang" ucap sang dokter.

Luna, Rey, Gita dan orang tua Alle mengucap syukur dan tersenyum tenang.

Alle nampak menyusuri ruangan dan mencari cari seseorang.

"Daniel mana?" Ucap Alle serak.

Semuanya diam memandangi Alle dengan tatapan iba.

"Kenapa kalian diam?" Tanya Alle lagi.

Masih belum ada yang membuka suara satu pun.

"Ehm...anu Le-" ucap Rey.

"Anu apa?"

"Bisakah aku berbicara berdua dengan Alle?" Ucap Rey memandangi orang yg berada di ruang itu. Dan mereka semua mengangguk dan berjalan keluar.

Setelah merasa aman dan hanya tinggal berdua Rey mencoba merangkai kata yang sebisa mungkin tidak membuat Alle shock.

"Daniel kenapa Rey? Bukannya dia sama lo pas tadi?" Tanya Alle.

"Gue gak tau pasti Le, tapi Daniel yang nyelametin lo dan-"

"Dan apa?"

"Dia koma"

Alle diam seribu bahasa. Hanya dua kata namun menusuk hatinya. Pandangannya pun kosong.

"Anterin gue ke ruangannya" ucap Alle datar dan dingin.

"Tapikan lo baru sadar Le"

"Gue mau liat Daniel"

"Oke tapi gue ambilin kursi roda dulu" Alle hanya mengangguk.

***

Terlihat tante Maria-bunda Daniel sedang menangis dan suaminya menenangkannya.

Aku menghampiri tante Maria dan ketika dia melihatku dia langsung memelukku.

Aku menangis sejadi jadinya di pelukan tante Maria.

Lalu seorang dokter dengan baju khusus keluar dari ruangan ICU dan kami langsung menghampirinya.

"Dok gimana keadaan anak saya?" Ucap bunda.

"Kondisinya memburuk dan kemungkinan dia selamat sangat kecil, hanya keajaiban yang dapat menolongnya" ucap sang dokter.

"Dok saya mohon tolong selamatkan anak saya"

"Saya hanya bisa berusaha semampu saya bu, ada baiknya ibu berdoa kepada sang kuasa"

"Apakah saya boleh melihatnya?" Ucapku.

"Hanya 1 orang yang boleh melihatnya dan harus memakai pakaian khusus" ucap sang dokter lalu pergi meninggalkan kami.

"Kamu duluan saja yang masuk" ucap bunda Maria.

"Tap-"

"Tak apa" ucapnya tersenyum tulus.

Aku pun mengangguk dan memakai pakaian khusus yang sudah disediakan dan masuk keruangan Daniel.

Disana terlihat Daniel tengah berbaring di brankar dan wajahnya pucat. Banyak alat alat yang menempel di tubuhnya. Aku meraih jarinya dan menggenggamnya.

***

Gimana? Author agak bingung si sebenernya sama ini cerita wkwk. Bentar lagi ending yeayyy. Semoga suka ya.

Jangan lupa vote & comment

Salam author🐼

ALLENA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang