Sometimes reality like a dream and dream like a reality.
Author POV
Daniel sudah di pindahkan ke ruang rawat dan semuanya sudah berkumpul di hadapan Daniel. Namun yang Daniel lihat hanya kegelapan.
"Bun, yah, tolong nyalain lampunya, disini gelap" ucap Daniel.
"Okta hiks...hiks..." ucao sang bunda.
"Bun yah" ucap Daniel mencari keberadaan bunda dan ayahnya.
"Kamu yang sabar ya" ucap sang bunda.
"Bun disini gelap bun" racau Daniel.
"Apa aku buta bun?" Tanya Daniel.
"Kamu yang sabar ya, kita pasti cariin donor mata buat kamu" ucap ayah.
Daniel diam dan mencoba tenang. Dia ingat bahwa dia mengalami kecelakaan. Dan bagaimana keadaan Alle?
"Bun, gimana keadaan Alle?" Tanya Daniel lagi.
"Niel gue disini" ucap Alle sambil memegang erat lengan Daniel.
Daniel pun meraba Alle dengan tangan satunya.
"Le, gue gak bisa liat Le" ucap Daniel lirih.
"Lo yang sabar Niel, gue bantu cariin donor kok nanti" ucap Alle menenangkan.
***
Allena POV
Aku sedang berkumpul dengan Gita, Vano, Luna dan Rey di kantin rumah sakit. Kami semua sepakat untuk bolos sekolah hari ini.
Aku tidak tega melihat Daniel tak bisa melihat seperti itu. Namun resiko mendonorkan mata itu sangat bahaya. Bahkan si pendonor harus rela meninggal.
Sekarang ini sangat susah mencari donor mata. Aku sudah bulatkan tekadku.
Karena rasa terimakasih aku kepada Daniel aku akan mendonorkan mataku. Tak apa jika aku harus meninggalkan dunia asalkan Daniel bahagia dan bisa melihat lagi.
"Ehm..guys, gimana kalau gue yang donorin mata buat Daniel" ucapku pelan.
Semuanya terkejut bahkan Rey yang sedang minum pun tersedak.
"Lo gila Le!" Ucap Gita.
"Resiko pendonor mata itu berat Le" ucap Vano.
"Kita pasti bisa kok kak nemuin pendonor mata secepat mungkin" ucap Luna.
"Jangan gila Le, gue tau lo cinta dia tapi kalo lo donorin mata lo, lo gak bakal bisa liat dia lagi selamanya" ucap Rey.
"Tapi kapan kalian dapetin pendonor itu? Hah? Gue gak bisa liat Daniel kaya gini" ucapku lemas.
"Le, pikirin baik baik keputusan lo" ucap Rey dan pergi meninggalkan kami semua.
Dan perlahan semuanya pergi meninggalkanku.
Aku pun pergi menghampiri orang tuaku untuk meminta persetujuan dari mereka.
"Mah pah?" Ucapku.
"Apa sayang?" Ucap mama.
"Bisa kita ngobrol bertiga?" Ucapku.
"Oke"
Setelah merasa aman aku pun berbicara.
"Mah pah gimana kalo aku aja yang donorin mata aku buat Daniel" ucapku perlahan.
"Apa?!!!!" Ucap mama shock.
"Mah pah gak seharusnya Daniel buta kaya gini, harusnya aku yang ada di posisi dia tapi karena dia yang nolongin aku jadi dia yang kaya gini" ucapku.
"Mama belum siap Le kehilangan kamu"
"Papa juga sayang"
"Tapi mah pah kali ini aja turutin aku" ucapku memohon.
"Hiks...hikss pah" ucap mama memeluk papa.
"Kami ikhlas nak" ucap papa setuju dan aku pun menghambur ke pelukan mereka dan menangis sejadi jadinya.
***
Aku pun pergi ke taman rumah sakit, disana aku melihat Rey sendirian. Aku pun menghampirinya.
"Rey" panggilku. Rey menoleh ke arahku sedetik kemudian dia memalingkan lagi wajahnya.
"Gue udah ikhlas Le kalo itu yang terbaik buat lo" ucap Rey tiba tiba dan langsung memeluk Alle.
Alle pun membalas pelukan itu.
"Gue sayang lo Le" ucap Rey.
"Makasih Rey"
"Udah dong jangan nangis ayo kita abisin waktu bareng bareng" ucap Rey melepaskan pelukannya dan menghapus air mataku.
"Kita temuin yang lain yuk" ucapku. Dan Rey tersenyum.
Setelah mendapat persetujuan dari semuanya aku pun ingin mengunjungi Ria sendirian.
Ternyata Ria sudah berada di ruang rawat. Namun kondisinya masih lemah dan terkadang sering pingsan.
Namun tiba tiba Ria kejang kejang, aku pun panik dan memanggil dokter.
Dokter pun berhamburan masuk ke dalam ruangan Ria.
Dan esok adalah hari dimana aku akan mendonorkan mataku pada Daniel.
***
Hay guysss hehe gimana? Kasian ya nanti Daniel bisa liat dunia tapi Daniel gak bisa liat Alle.
Semoga suka ya.
Jangan lupa vote & comment
Salam author🐼
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLENA [COMPLETED]
Teen Fiction"Dia adalah awan yang berada di dekat sang mentari sangat jauh"-Allena Zahra Aulia. "Aku hanyalah awan yang hanya dapat melindungimu dari sinar mentari"-Daniel Oktafian.