Om... Sedot... Om
Sore itu aku janjian sama laki-laki yang usianya lebih dewasa dariku, aku memanggilnya Om Gio.
Setelah hampir 15 menit menunggu akhirnya Om Gio tiba juga dengan motor beat warna merahnya, aku langsung menghampirinya. Om Gio tersungging tapi kurang ramah. Senyumannya nampak masam.
Karena sikapnya yang kurang bersahabat aku jadi canggung untuk memulai percakapan, aku diam hingga akhirnya Om Gio menyuruhku untuk naik ke atas motornya. Aku membonceng, sesuai dengan rencana, kita pergi ke kolam renang yang terdekat dari rumahku. Motor pun melaju.
Sepanjang jalan kami tak ada obrolan apapun, kami saling membisu hingga kami tiba di tempat tujuan . Om Gio memparkir motornya sementara aku terpaku di depan pintu gerbang kolam renang . Om Gio berjalan menuju loket kemudian memanggilku. Aku mendekatinya.
Dia memintaku buat membayar tiket masuknya. Aku pun mengeluarkan uang dan membayar dua tiket, lalu tanpa banyak bicara kita segera masuk ke area kolam renangnya. Suasananya sudah ramai, Aku duduk di bangku yang berada di pinggiran kolam dan tersipu.
Om Gio berjalan menuju ruang ganti, dia mendongak ke arahku dan memberikan kode agar aku mengikutinya. Aku terdiam sebelum akhirnya berjalan mengikutinya. Aku melangkah ke ruang ganti, nampak sepi cuma ada Om Gio yg sudah membuka pakaiannya, telanjang dada.
Aku terpaku sejenak melihat Om Gio tanpa malu-malu bugil di hadapanku, meskipun umur Om Gio udah parobaya namun badannya masih keren. Dadanya bidang, perutnya agak buncit dan kontolnya cukup mengesankan. Jembutnya lebat, batangnya menjuntai panjang, kepala kontolnya mengkilap bagai helm tentara dan biji pelernya yang hitam nampak menggantung kokoh seperti buah kesemek. Jujur aku sangat terkesima dengan bentuk dan ukuran kontolnya, walaupun aku tidak suka dengan sikapnya yang dingin dan angkuh itu.
Om Gio menghampiri aku dan menarik tanganku lalu menyeretku ke dalam bilik. Om Gio mengunci bilik itu dan menyuruhku jongkok. Aku nurut saja, kemudian dia menyodorkan kontolnya ke arah mulutku. Aku sangat kaget dan masih enggan untuk menyentuh kontolnya.
Tiba-tiba Om Gio mencambakku dan memaksakan kontolnya masuk ke dalam mulutku, aku mengelak namun degan gigih Om Gio mengarahkan kontolnya yabg sudah ngaceng itu ke mukaku. Dia mencambakku lagi dan memaksaku membuka mulutku, terpaksa aku mangap dan jlepp!
Kontol berurat dan berjembut gondrong itu masuk ke dalam rongga kerongkonganku, aku terpaksa mengulum kontol Om Gio hingga Om Gio merem melek, lalu pantatnya goyang maju mundur mengentoti mulutku yang sudah penuh dengan kontolnya yang gede panjang ini. Oughhh.... Aku terus mengulum dan menyedot kontolnya hingga dari lubang kencingnya keluar cairan kenikmatan, croot... Crooot... Crooot!
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sang Perantau
Short StoryCatatan ringan seorang pria yang hidup di Jakarta.