Pagi ini, aku sangat bersemangat karena aku akan memasuki tempat kerja yang baru. Semua yang aku butuhkan sudah aku siapkan dengan baik. Laptop, buku catatan, pulpen, makanan kecil, permen, sabun pencuci muka, handphone dan sebagainya telah bersinggah di dalam tas. Semua sudah beres. Tinggal membawanya saja.
Usai mandi, aku sarapan. Secangkir kopi mocca dan juga sebungkus nasi ulam yang kubeli di warung terdekat.
Setelah menghabiskan makan pagiku, aku berdandan ala kadarnya. Mengenakan pakaian rapi. Kemeja dan celana panjang. Tak luput sepatu. Semprot parfum ke sekujur tubuh. Berkaca dan tersenyum. Aku siap menghadapi dunia kerja baruku.
Tak lama kemudian, aku pun berangkat ke tempat kerja. Rencananya, aku mau naik angkot saja. Karena jarak dari kosanku dengan tempat kerja tidak terlalu jauh. Mungkin 2-3 km. Lumayanlah kalau jalan kaki bisa gempor.
Well, aku berjalan ke jalur yang dilalui mikrolet tersebut. Kemudian aku menunggu di tepi jalan. Dengan sabar. Dengan hati yang riang. Namun, hampir 30 menit waktu berlalu angkot yang kutunggu tak kunjung tiba. aku jadi resah dan gelisah. Cemas dan was-was. Takut terlambat dan sebagainya. Pokoknya pikiranku jadi tidak tenang. Jantung berdebar-debar lebih kencang.
Akhirnya mikrolet yang aku tunggu muncul juga. Akan tetapi, pada saat aku hendak mau memasukinya. Sang driver berkata kepadaku, ‘’Mas, punya kartunya, nggak?’’
‘’Kartu apa, Pak?’’ jawbaku balik bertanya.
‘’Kartu trip oke oce!’’ ucap sang driver.
‘’Oh, kalau kartu itu aku tidak punya, Pak.’’
Tanpa ngomong apa pun, sang driver itu langsung tancap gas dengan muka yang masam. Dia ngacir bersama angkotnya, meninggalkan aku yang masih berdiri terbengong.
Aduh ... aku jadi semakin kalut. Tidak tahu harus bersikap bagaimana? Mau naik apa? Tanpa berpikir panjang, aku langsung membuka smartphone-ku dan meng-klik aplikasi gojek. Aku berniat untuk naik ojek online. Namun, sialnya ... aku harus re-log-in pada aplikasi tersebut. ID dan password-nya aku sudah lupa. Mau tidak mau aku terpaksa membuat akun baru.
Setelah aplikasi gojek-nya terbuka, aku langsung membuat orderan go ride. Dan tak seberapa lama orderan-ku diterima oleh salah satu driver-nya. Aku mulai lega. Akan tetapi, setelah waktu berjalan 15 menit. Aku kembali dilanda keresahan. Karena driver ojol itu tak kunjung menjemputku. Dilihat dari skemanya, orang itu masih mutar-muter tak jelas di jalanan yang sangat jauh. Aku masih bersabar walaupun rasa cemas menyelimuti perasaan dan pikiranku. Berkali-kali aku telepon dan SMS driver-nya, tetapi tak pernah diangkat ataupun dibalas. Aku jadi kesal. Di saat aku sedang mengejar waktu, tetapi ada saja rintangannya. Aku jadi putus asa dan pasrah. Apalagi aku sudah terlambat hampir 1 jam.
Akhirnya aku membatalkan orderanku. Dengan wajah yang muram, aku pulang ke kosan. Aku sedih dan menangis. Karena aku diperhentikan dari pekerjaan. Musnahlah harapanku. Ini kisahku hari ini. Apa kisahmu?
Dari kejadian ini, aku menyadari sematang apa pun rencana kita, tetap Tuhanlah yang berkehendak. Seindah apa pun keinginan kita, hanya Tuhanlah yang menentukan. Semoga bisa diambil hikmahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sang Perantau
Short StoryCatatan ringan seorang pria yang hidup di Jakarta.