Icip-icip

2.6K 37 12
                                    

Sebut saja dia, Toni. Salah satu pembaca wattpad-ku. Kami kenal sudah cukup lama melalui aplikasi kesayangan kita ini (dunia orange).

Berawal dari saling berbalas komentar di salah satu cerita yang ku published. Kemudian berlanjut di pesan personal. Kami pun bertukar nomor kontak telepon genggam. Lalu saling mengenal lebih jauh lewat chatting di WA.

Aku dan Toni ternyata bertempat tinggal di suatu tempat yang cukup berdekatan. Bahkan sangat dekat, karena kurang dari 1 KM jaraknya.

Seiring berjalannya waktu, aku dan  Toni semakin akrab. Hingga suatu hari kami memutuskan untuk ketemuan. Kami bertemu di tempat kontrakanku.

Awalnya kami ngobrol. Ngalor-ngidul. Cuap-cuap buat basa-basi. Namun, lama kelamaan obrolan kami semakin intens dan menjurus hal yang berbau seksualitas.

Singkat cerita, Toni jadi horny. Dia menginginkan aku untuk melayani. Tanpa ragu aku pun menyanggupi. Dan akhirnya sesuatu itu terjadi.

Aku meremas-remas puting dan selangkangan Toni. Membakar gairah Toni hingga nafsunya semakin membara. Putingnya mengeras. Kontolnya panas. Kaku dan berdenyut-denyut.

Perlahan aku melorotkan celana dan sempaknya hingga batang kontolnya yang sudah ngaceng tampak berdiri tegak seperti tombak. Cukup besar. Batangnya agak bengkok dan berurat. Kepala kontolnya merona menggiurkan. Lubang kencingnya penuh cairan percum yang meleleh. Benar-benar membuatku ngiler. Ingin segera mencicipinya. Jembutnya sangat lebat seperti padang rumput alang-alang. Hitam pekat dan tajam.

Langsung saja aku menjulurkan lidahku dan mulai menjilati kedua telornya yang tampak menggantung indah bagai dua bola pingpong dengan warna hitam kecoklatan. Saat ujung lidahku menyentuh biji-biji kontolnya, tubuh Toni serentak bergidik seakan merasakan sensasi nikmat yang paling asik.

Aku terus menjilat perkakas kejantanan Toni. Mulai dari telur-telurnya, lalu batangnya, lehernya dan terakhir kepalanya. Aku menyepong kontolnya. Menyeruputnya. Mengulumnya. Menyedotnya. Hingga sekujur badan Toni menggelinjang hebat tak karuan.

Toni hanya mendesah dalam kenikmatan setiap kali aku menghisap kuat-kuat kontolnya. Tubuhnya menggeliat manjah. Merasakan enak yang tak terkira.

Di saat aku sedang asik memanjakan kontolnya, tiba-tiba jembutnya nyelip di mulutku. Nyangkut di sela-sela gigiku. Untuk sementara aku menghentikan aksiku.

Aku menyukur jembutnya terlebih dahulu hingga rapi. Kemudian, setelah jembutnya terpotong, aku melanjutkan kembali aktivitas nakalku.

Aku kembali mengulum dan menghisap kontolnya. Terus menerus tanpa henti sampai mulutku pegal. Selain kusepoong, aku juga mengocok kontol Toni sebagai selingan.

Kontol Toni bagai sebuah mainan. Kucium. Kuseruput. Kuhisap. Kusedot. Kukocok. Hingga crot ... Croot ... Croot.

Pejuh Toni tumpah ruah. Membanjiri perut dan dadanya. Napasnya ngos-ngosan. Sekujur tubuhnya lemas. Namun dia merasa puas.

Toni tersenyum lega, karena gairahnya keluar tuntas. Aku hanya tersenyum simpul melihat rona ceria di wajahnya.

Catatan Sang PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang