Mimpi

447 11 0
                                    

Suatu malam aku bermimpi. Aku berada di dalam hutan yang penuh pepohonan rindang dan semak belukar. Aku berjalan menyusuri setapak hingga aku menemukan sebuah gubuk tua. Atapnya terbuat dari anyaman daun bambu. Pagarnya terbuat dari anyaman batang bambu. Pintunya juga sama terbuat dari bambu dan dalam keadaan setengah terbuka. Aku mendekati gubuk tua itu. Perlahan aku mendorong pintunya hingga terbuka lebar. Di sudut ruangan aku mendapati seperangkat meja dan kursi kayu. Meja itu bentuknya bulat. Di atasnya terdapat vas bunga yang terbuat dari kaca. Dalam vas bunga tersebut terisi air hingga separuhnya. Tak ada siapa-siapa di tempat ini. Hanya debu dan barang rongsok yang berserakan di sana sini.

Aku keluar dari gubuk tua itu, kemudian melanjutkan perjalanan untuk keluar dari rimba belantara ini. Sekian lama berjalan akhirnya aku tiba di sebuah air terjun yang sangat indah. Airnya jernih dan alirannya cukup deras. Kesan segar yang aku rasakan.

Aku mengikuti aliran airnya hingga aku tiba di sebuah bangunan kastil kuno. Bangunan tinggi menjulang berdiri kokoh seolah atapnya hendak menyundul langit. Aku heran, mengapa ada bangunan semegah itu di tempat seperti ini.

Aku berjalan melewati jembatan kayu untuk menjamah bangunan kastil itu. Pelan tetapi pasti kaki ini melangkah hingga aku berada di depan pintu gerbang kastil yang ukurannya sedang. Saat aku memasuki gerbang itu, hal pertama yang kulihat pemandangan taman bunga yang berwarna-warni. Aromanya semerbak wangi. Di tengah taman, tampak seekor kuda putih bersih seperti kapas. Badannya tegap. Ekornya panjang hingga menyentuh rerumputan.

Aku terpana menyaksikan keindahan yang menenangkan kalbu ini. Namun, tiba-tiba saja aku merasakan ada tiupan angin dingin yang menyentil tubuhku. Aku terperanjat seketika. Aku tak tahu harus bagaimana saat angin itu berputar-putar membentuk gelombang yang super dahsyat. Semakin lama angin itu memporak-porandakan seisi taman ini.

Aku berlari. Mendekati kuda putih itu lalu menungganginya. Dengan kasar aku menggedor punggung Kuda hingga ia bergerak cepat lalu lari tunggang langgang meninggalkan angin badai yang sedang mengamuk.

Aku ngos-ngosan. Dan akhirnya aku terjaga dari mimpi itu.

Catatan Sang PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang