Catatan Si Dion

1.2K 37 4
                                    

Catatan Si Dion 1

Menjadi seorang gay itu menyakitkan. Apalagi kalau Kita mencintai pria yang normal.
Namaku Dion. Aku menyukai sahabatku sendiri yang bernama Agung. Dia sangat baik, berwajah tampan, bertubuh atletis, dan juga pintar main gitar. Aku dan Agung tinggal sekamar di sebuah kost.

Aku adalah pengidap penyakit leukemia atau kanker darah. Namun, tak ada satu pun keluarga atau temanku yang tahu. Bahkan Agung sendiri pun tak tahu, karena aku memang selalu merahasiakannya.

Aku dan Agung adalah seorang karyawan. Kami bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.

Setiap hari Aku hanya bisa memendam hasrat setiap kali kedua mata ini menyaksikan keindahan tubuh jantan Si Agung. Apalagi saat Agung sedang terlelap tidur. Ingin rasanya aku menjamahnya. Memeluk tubuhnya. Menggerayanginya. Menyentuh gundukan di selangkangannya. Meremas dada bidangnya. Mengelus-elus senjata kelelakiannya. Akan tetapi aku tidak mempunyai nyali. Aku tidak berani. Karena Aku tahu, Agung adalah lelaki tulen. Straight.

Catatan Si Dion 2

Agung itu orangnya kurang mandiri. Cuek dan agak pemalas. Semua pakaian kotornya tergeletak di sembarang tempat. Dia suka membuat kekacauan dan membuat tempat jadi berantakan. Tidak rapi. Sedangkan aku kebalikannya. Aku suka kerapian dan menjaga kebersihan.

Setiap saat aku pasti membantu merapikan barang-barang Agung. Bahkan tanpa segan Aku kerap mencucikan pakaian kotornya karena sudah terlalu kelamaan terendam di ember.

Semakin lama Agung jadi tergantung dengan Aku. Dia merasa nyaman dan senang tinggal sekamar dengan diriku ini. Karena Aku yang selalu memperhatikan dia. Merawat dia dan juga memanjakannya.

Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu, Karena Aku sendiri memang suka dan ikhlas melakukan itu semua. Walaupun batinku tersiksa karena menyembunyikan perasaan sayangku terhadap Agung. Rasa sayang yang aneh. Rasa sayang yang terlalu getir untuk dinikmati.

Aku dan Agung seperti biji peler. Kemana-mana selalu berdua. Karena Agung juga masih jomblo. Dia belum memiliki pacar perempuan. Dan aku memanfaatkan baik-baik saat aku jalan berdua bareng dia.

Selain baik hati, tidak sombong dan suka menabung. Agung itu mempunyai sifat yang humoris. Berada di dekatnya selalu membuatku tertawa. Hal inilah yang menjadikan Aku nyaman bersamanya. Dan aku semakin jatuh hati kepadanya. Walaupun perasaan ini menyakitkan tetapi aku selalu happy. Agung is my moon. Selalu menebarkan keceriaan yang terang meskipun tidak memberikan kehangatan.

Catatan Si Dion 3

Hari-hariku bersama Agung begitu menyenangkan. Canda tawa selalu menghiasi perputaran hidup kami. Namun, keceriaan itu berubah menjadi kesedihan ketika aku mendapatkan kabar bahwa Agung telah menjalin hubungan cinta dengan seorang gadis. Diam-diam aku cemburu. Diam-diam aku kecewa. Akan tetapi aku menutupinya dengan sikap yang wajar. Aku pura-pura turut bahagia walaupun sebenarnya aku menyimpan luka.

Gadis itu bernama Rani. Dia salah satu karyawati di perusahaan kami. Cantik. Cerdas. Berkulit putih. Keturunan Indochina.

"Dion ... Ntar malam ikut gue, yuk!" ujar Agung suatu hari.

"Ke mana?" tanyaku heran.

"Ke cafe ..."

"O, ya? Tumben ... dalam rangka apa?"

"Gue baru jadian sama Rani. Dan kami ingin merayakan ini di cafe bareng lo, Dion ...."

Aku hanya terbengong. Mendapatkan kabar mereka jadian benar-benar membuatku sedikit shock.

"Gimana, Dion ... Lo mau ikut bareng kami, 'kan?"

"I... Iya, Gung ... Gue ikut!" jawabku dengan nada gugup. Berpura-pura senang.

Agung merangkul bahuku dan tersenyum lebar. Aku turut tersenyum meskipun menelan rasa kecewa. Sungguh, aku sangat sedih. Namun, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Catatan Sang PerantauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang