🍁
🍁
🍁
Sasuke POV
Kepalaku terasa pusing sekali. Rasanya tadi aku sempat pingsan sebentar. Uh, hujan ini bahkan membuat badanku seakan menggigil.
Biarkan saja. Setidaknya hujan ini juga membantuku membersihkan luka diwajahku tanpa aku harus melakukannya sendiri.
Rasanya ingin begini saja, rasanya aku ingin terus menutup mataku lebih lama lagi. Terpaan hujan diwajahku ini setidaknya menyamankanku. Lihat bahkan kelakukanku sudah seperti orang gila, eh?
Deras sekali.
Tunggu dulu. Kenapa airnya berhenti menjatuhiku? Apa hujannya sudah berhenti? Tidak! Tidak! Telingaku bahkan masih cukup berfungsi untuk mendengar suara rintiknya. Lalu apa ini?
Lebih baik kubuka mataku meski enggan sekali. Eh? Ada siluet yang melindungiku..
“Apa yang kau lakukan?”
Suara itu..
“Kau mau mati disini?”
Sekarang mataku dengan jelas melihat wajah dibalik payung itu. Oh, ternyata payung itu yang meneduhiku ya.
“Kau.. “
💧💧💧💧*****
🌾🌾🌾🌾
Di UKS. Sakura terlihat sedang mengobati luka-luka diwajah Naruto.
“Aww sakitnya.” Pekik Naruto saat Sakura menempelkan plaster kepelipis mata kiri Naruto.
“Sudah selesai.”
“Arigatou, Sakura-chan.”
Sekarang mereka hanya berdua saja di UKS, karena Kiba dan Chouji yang membawa Naruto kesana sudah terlebih dulu pamit pulang saat dikira langit sudah mulai mendung. Kedua teman sekelasnya itu tidak ingin pulang kehujanan.
Sedangkan para murid yang lain juga sudah pulang dari tadi. Karena sekolah mengadakan class meeting jadi otomatis setelah semua pertandingan berakhir semua siswa Konoha Gakuen menghambur keluar untuk pulang.
Bahkan Ino dan Sai tadi sempat menjenguk Naruto diUKS dan memutuskan untuk ikut menunggu hingga Naruto selesai diobati. Setelahnya mereka berdua pergi kekantin terlebih dulu dan berjanji akan kembali setelah mereka selesai mengisi perut mereka.
“Oleskan salep ini keperutmu, Naruto.” Ucap Sakura. “Kau bisa melakukannya sendiri, kan?”
“Tentu saja ttebayo.” Naruto langsung meraih salep dari tangan Sakura.
Sakura mengalihkan pandangannya ketika Naruto hendak mengangkat kaos basketnya hingga menampakkan perut dengan abs-nya. Naruto mengolesi salepnya dengan cepat, dan segera menutup kembali perut memar itu.
“Naruto..” gumam Sakura yang matanya mengarah keluar jendela.
“Iya Sakura-chan?” Naruto tersenyum tipis.
Menghelas napas sekali, Sakura lalu melanjutkan perkataannya. “Jangan ulangi lagi.”
“Apa?” Ucap Naruto agak bingung.
“Jangan ulangi untuk berkelahi dengan Sasuke lagi.”
“Kenapa Sakura-chan?”
Sakura menoleh menatap kedua mata Naruto lekat-lekat. “Karena aku tidak ingin melihatmu terluka seperti itu.”
“Atau lebih tepatnya tidak ingin melihat kalian berdua terluka.” Batinnya menambahkan.
“Hahaha jangan khawatir ttebayo. Ini belum ada apa-apanya.”
“Aku serius, Naruto. Kau tidak tahu betapa aku merasa bersalah?”
Naruto mulai mengernyitkan kening saat Sakura mulai membentaknya. “Aku sudah bilangkan, Sakura-chan?”
Sakura tersentak melihat perubahan ekspresi wajah Naruto.
“Aku mencintaimu dan aku tidak ingin orang yang kucintai disakiti oleh orang lain. Apalagi.. orang itu adalah Sasuke.”
Sakura semakin tersentak. Bukannya ia tidak suka dengan pernyataan Naruto hanya saja hatinya bukan untuk pria rubah itu.
“Sakura.. jadi apa jawabanmu untukku?”
Dan saat pertanyaan itu mulai memenuhi kepala Sakura tepat disaat Naruto mengatakannya, ia menunduk pelan dan berniat menjawabnya saat itu juga. “Naruto... Maaf. Aku tidak bisa.”
Raut kecewa seketika muncul diwajah Naruto sebelum Sakura melanjutkan kalimatnya lagi.
“Bukannya aku tidak menyukai Naruto, hanya saja aku ingin sendiri untuk saat ini.” Bahkan raut wajah Sakura sekarang ikut sedih.
Meski hatinya hancur, Naruto masih bisa tersenyum saat ini. Dipaksanya senyum lebar itu keluar dihadapan Sakura, sebagai bukti kalau dirinya baik-baik saja. “Kalau begitu membuat Sakura-chan bahagia, tidak masalah bagiku ttebayo.”
Melihat semangat pada diri Naruto, akhirnya Sakura pun ikut merasakan semangat itu turut menyalur dalam dirinya. Senyum yang mengembang pun tidak bisa dihindari menghiasi wajah Sakura.
Diluar tampak masih hujan deras, Sakura menyuruh Naruto untuk tidak pulang sendiri. Bahkan dengan senang hati Sai akan mengantar Naruto pulang dengan mobil miliknya sekalian mengantar kekasihnya Ino pulang juga. Sebenarnya Sai juga mengajak Sakura, hanya saja gadis itu bilang ingin pulang 30 menit lagi. Alasannya ia harus menemui Ibiki-sensei untuk membayar biaya administrasi sekolahnya untuk semester ini.
Setelah selesai dengan urusannya diruang guru, Sakura yang sudah membawa payung tertutup ditangan berhenti saat berada didepan jendela. Pikirannya menerawang pada kejadian beberapa menit yang lalu saat pertengkarannya bersama Sasuke. Sasuke dengan Naruto, dan Sasuke dengan Hinata sedang.. ‘Umh’ dengan cepat Sakura menggeleng untuk menepis ingatan itu.
Disana diparkiran yang terlihat dari jendela tempat Sakura berdiri, masih ada satu motor ninja berwarna hitam yang terpijak disana. “Sasuke-kun belum pulang juga..” dalam hatinya Sakura mengingat sang Uchiha. Meski ingin sekali ia mengacuhkan orang itu, nyatanya ia masih peduli. Buktinya sekarang Sakura malah melangkah menaiki tangga menuju atap sekolah. Entah kenapa saat ini juga Sakura ingin mengecek tempat itu. Entah untuk melihat atau memeriksa apakah Sasuke ada disana atau tidak.
Pintu terbuka, matanya membulat mendapati sang tuan muda Uchiha yang terbaring ditengah hujan. Tanpa pikir panjang langkah kaki Sakura berhenti disamping tubuh Sasuke yang sedang berbaring.
“Kau mau mati disini?” Sakura bertanya dengan nada paling dingin yang ia miliki.
Meski matanya tertutup ternyata, Sasuke menyadari kehadirannya. “Kau.. Sakura.”
“Cepat bangun sekolah akan ditutup.”
“Kenapa kau kemari?” Sasuke berucap lemah.
“Cepat berdiri. Kau mau mati kedinginan disini?” Meski nadanya ketus, tapi Sakura mengkhawatirkan pria tampan didepannya ini. Buktinya dalam hati Sakura meringis melihat bekas luka diwajah Sasuke yang masih basah ditambah air hujan.
Sasuke memalingkan wajahnya kesisi kiri menghindari tatapan Sakura. “Biarkan saja.”
“Ternyata seorang Uchiha Sasuke itu bisa bodoh juga ya?” Setelah mengucapkan itu tangan mungil Sakura mengulur kedepan. Mengajak tubuh Sasuke untuk bangkit. Dan langsung saja dalam hati Sasuke keheranan, kenapa Sakura masih perhatian padanya.
Diraih oleh Sasuke tangan itu membawa tubuhnya berdiri. Sekarang mereka berdua berada dalam payung yang sama. Saling diam dan menatap. Keduanya sama-sama menatap kosong kearah pandang manusia dihadapan mereka. Tidak ada yang bicara hingga suara rintik hujan semakin mendominasi suasana. Sampai pada akhirnya Sakura menyerahkan payung itu kedalam genggaman tangan Sasuke, yang sukses membuat hatinya keheranan. Hingga akhirnya Sakura mengeluarkan suara juga.
“Kau lebih membutuhkannya.”
Dan setelah mengatakan itu Sakura beranjak pergi untuk meninggalkan Sasuke didalam payung. Baru saja satu kali melangkah, Sasuke menahan bahu Sakura. Membalik badan sekali, Sakura bahkan lebih keheranan dibanding Sasuke tadi.
Tanpa bicara Sasuke mengembalikan payung itu kedalam genggaman Sakura lagi, lalu..
CUP
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTIN' | SASUSAKU FF✔
FanficKARYA KEDUA; PENULISAN MASIH BERANTAKAN ! [ENDING PRIVATE 22-24] Hanya cerita seorang gadis baik hati yang selalu tersakiti. Namanya Sakura. Semua cinta yang ia beri adalah sebuah lambang ketulusan. Tapi, seseorang yang selalu ia beri cinta itu sela...