"Terimakasih." kata itu terus terdengar sesaat setelah membaca sidik jari dari setiap karyawan. Jam pulang telah tiba, satu persatu karyawan bergantian untuk absen. Beberapa yang pekerjaannya belum selesai, masih tetap berada dimeja kerja masing-masing untuk menyelesaikannya.
Orys menggantungkan tas miliknya pada pundak kirinya. Ia memandang ke meja kerja Aira, tidak ada orang. Pandangannya sedikit bergeser ke sisi kiri. Dilihatnya Aira mengambil satu tumpukan kecil kertas dari meja kerja Feno dan membawanya ke meja kerjanya. Bukan hanya Aira, tapi Zara, Daren, Gian juga melakukan hal yang sama. Indah yang terkesan sangat jutek pun ikut mengambil satu tumpukan kertas yang tersisa di meja Feno. Semuanya kembali fokus pada layar komputer masing-masing, sesekali mata orang-orang itu melirik ke kertas yang ada dihadapan masing-masing.
Feno berhenti meng-input data pada komputernya dan mengalihkan pandangannya ke Orys yang berdiri diam dengan arah pandangan mata yang tertuju ke arahnya. Sejenak, diliriknya jam pada dinding, pukul 17.05.
"Pulanglah! Ini sudah waktunya pulang." ucap Feno membuat kelima orang lainnya jadi menatap Orys.
"Ah iya, pulang aja. Nggak papa, kok. Kita masih lama, ini. Mungkin, sekitar sampai jam delapan." sahut Daren sembari melirik jam di dinding.
Orys mengembangkan senyumnya, diletakkan kembali tasnya, lalu melangkahkan kakinya menuju meja kerja Aira. Ia duduk ditempat biasanya. Aira menatap Orys bingung.
"Loh, kok, malah disini? Pulang aja!" ujar Aira.
Orys menggelengkan kepalanya. "Aku pengen ikutan lembur juga. Jadi, pas kerja nanti sudah terbiasa." Orys berucap disertai senyuman.
"Ya, s udah, terserah kamu, aja." ujar Aira yang kembali fokus pada pekerjaannya.
Orys melirik kertas yang ada di sisi kiri Aira. Itu bukan kertas seperti biasanya, maksudnya, isinya bukanlah tentang pembukuan. Dari format yang ada pada layar komputer juga sudah berbeda. Jadi, itu adalah bagian pekerjaan Feno. Tapi, semuanya membantu untuk menyelesaikannya.
"Fiiuuhh.. Seminggu lebih nggak masuk. Banyak banget data yang belum dimasukin." eluh Zara sembari terus bekerja.
"Kalian pulang dulu juga nggak papa." Feno bersuara dengan memandang teman-temannya secara bergantian.
"Kalau kita pulang, kamu mau pulang jam berapa? Subuh?" tanya Zara.
"Slow aja, sih, Fen. Yang penting, setelah ini traktir kita, ya nggak?" sahut Daren yang meminta persetujuan teman-temannya. Tentu saja teman-temannya langsung menyetujuinya. Siapa yang tidak mau makan gratis. Sementara Feno, hanya memasang wajah cengo yang membuat temannya tertawa.
"Sudah, nggak usah bercanda! Nanti, nggak selesai-selesai!" protes Indah.
"Ya ampun, Ndah. Bercanda dikit, biar nggak stress." jawab Daren.
"Nggak ada bercanda-bercandaan, ini sudah malam!" tegas Indah.
"Nah, loh. Indah marah!" sahut Aira.
"Biasanya nih, ya. Kalau di pagar rumah 'kan ada tulisan, 'awas anjing galak'." Feno bersuara. Semua mata kini fokus menatapnya. "Kalau di rumah indah, di pagarnya ada tulisan, 'awas cewek galak'." sambung Feno yang langsung membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
"Feno!!!! Awas kamu, ya." ancam Indah.
"Awas cewek galak!" Teriak Gian yang kembali membuat yang lain tertawa.
"Gian, kamu ikut-ikutan?" tanya Indah dengan wajah kesal.
"Sudah-sudah. Kalau Indah marah, terus nggak dibuatin slip gaji, baru tahu rasa kalian." lerai Aira.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Days
Подростковая литература#19 General, 01/08/2018 'Dia.... tertawa.' batin Orys. Sungguh, Orys tak menyangka Feno bisa tertawa. Tidak-tidak, semua manusia memang bisa tertawa. Tapi, untuk ukuran orang seperti Feno, rasanya itu sangat sedikit sulit. Tapi, hari ini, ia melihat...