Bab 04 : Hari Ini

138 15 3
                                    

Pigeonhole, memang sering dipilih menjadi tempat untuk menghilangkan penat dan juga menenangkan diri dari keramaian kota Jakarta yang bisa dibilang tak pernah tidur. Cafe yang memiliki art space itu banyak dikagumi oleh pengunjung. Tempatnya yang bersih, rapi dan desain yang sangat menarik membuat siapapun yang berada ditempat itu benar-benar bisa menenangkan pikirannya. Di beranda cafe pun sudah ramai dengan berbagai macam art yang menarik. Tanaman hijau yang ditata sangat rapi disetiap sudut cafe itu membuat suasana cafe terlihat sangat asri.

"Coklat dua!" Feno memesan.

"Dingin atau hangat?" tanya waiters.

"Hangat!" "Dingin!" ucap Orys dan Feno bersamaan. Membuat waiters bingung, mana yang harus ia tulis di kertas pesanan.

"Hangat!" ucap Feno yang langsung merubah pesanannya.

"Baik, mohon tunggu sebentar." ucap waiters lalu undur diri untuk memberikan pesanan kepada barista yang siap membuatkan pesanan.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu pesanan. Hanya butuh waktu sekitar 7 menit, minuman yang dipesan sudah diletakkan diatas meja dan siap untuk dinikmati. Aroma coklat terasa sangat harum dan menggoda siapa saja yang berada didekat coklat itu.

Entah disengaja atau tidak, Feno dan Orys mengulurkan tangannya bersamaan untuk meraih gelas yang ada dihadapan masing-masing. Keduanya saling menatap sejenak, lalu menarik gelasnya secara bersamaan pula. Keduanya bungkam, menikmati coklat masing-masing. Kecanggungan itu kembali datang. Dan rasanya sulit untuk kembali memulai pembicaraan.

Feno meletakkan gelasnya dimeja. Matanya memandang dinding cafe yang dihiasi dengan beragam gambar yang menarik hati. Perpaduan warna antara satu gambar dengan yang lainnya juga terlihat sangat klop.

"Emm.. boleh aku tanya sesuatu?" tanya Orys sembari meletakkan gelasnya diatas meja.
Feno mengangguk-anggukan kepalanya dan perlahan kepalanya menoleh, menghadap Orys.

"Apa ada yang coba kamu tutupi?" tanya Orys dengan sangat hati-hati. "Maksudku, kamu tiba-tiba kehilangan konsentrasi saat aku bicara tentang ibu. Aku tau itu adalah privasimu dan aku lancang menanyakan ini. Tapi... aku penasaran ada apa dengan ibumu sampai membuatmu kehilangan konsentrasimu." lanjut Orys.

Orys menatap Feno yang saat ini hanya memasang wajah datar. Damn.. bodoh! Pasti Feno akan marah padanya. Ia dan Feno kan baru kenal, kenapa ia malah menanyakan hal seperti itu. Orys merutuki kebodohannya sendiri. Saat ini, ia benar-benar takut Feno memarahinya karna perkataannya barusan. Apalagi wajah Feno sangatlah dingin, itu terlihat lebih menyeramkan dari pada apapun.

"Ee.. baiklah, kamu nggak perlu menjawabnya, kok. Itu privasimu, nggak seharusnya aku menanyakan itu. Maafkan aku. Maaf." ucap Orys kebingungan seperti orang kehilangan arah. Kepalanya ia tundukan, tak berani menatap Feno. Takut kalau-kalau Feno memelototinya.

"Wajah panikmu itu sangat lucu."  ucap Feno dengan senyuman lebar, bahkan sedikit tertawa.

Orys mendongakkan kepalanya secara perlahan dan terpaku begitu melihat senyuman Feno. Ini bukan sebuah mimpi, kan? Ini kali pertamanya melihat Feno tersenyum dihadapannya. Senyuman yang sangat lebar, momen yang sangat langka.

"Hei!" seru Feno sembari menggerakkan tangannya dihadapan Orys. Membuat Orys langsung tersadar dari lamunannya.

"Ee.. maaf." ucap Orys gugup.

"Kamu terlihat sangat takut aku marah. Kenapa?" tanya Feno memandangi wajah gugup Orys.

Orys menggelengkan kepalanya. "Aku cuma takut kamu marah. Aku nggak punya alasan pasti." ucapnya.
Feno menganggukkan kepalanya mengerti.

"Maaf! Harusnya kamu menenangkan pikiranmu disini. Tapi, aku malah membuatmu memikirkan hal itu lagi." ucap Orys menyesal.

"Cepat habiskan coklatmu! Kita harus segera ke Hotel." ucap Feno dengan pandangan matanya yang tertuju pada arloji hitam yang dengan indahnya melingkar di pergelangan tangannya.

Our DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang