Bunyi dari game yang dimainkan Nazriel terdengar jelas begitu Feno memasuki area kantin kantor. Beberapa temannya ada yang sudah makan. Feno melangkahkan kakinya menghampiri Nazriel, seketika orang yang dihampiri mengubah posisi duduknya, membelakanginya. Nazriel benar-benar marah.
"Ajil, maafin om. Lain kali, om ajak Ajil." bujuk Feno dengan suara yang terdengar sangat lembut. Tak ada jawaban apapun dari Nazriel. Bocah 6 tahun itu tetap fokus pada ponsel dalam genggamannya.
"Jil, ayo dong jangan marah." bujuk Feno lagi. Diulurkan tangannya hingga menyentuh lengan Nazriel, tapi Nazriel langsung menjauhkan tangannya.
"Nanti, om beliin ice cream, coklat, terus apa lagi, ya? Ah, kue kesukaan Ajil juga."
"Nggak mau!" jawab Nazriel sewot.
Feno menghela nafas lelah, tak tau apalagi yang harus ia lakukan supaya bisa membujuk Nazriel untuk makan. Pasalnya, sejak tadi pagi, perut kecil Nazriel hanya terisi sebuah roti saja. Senyum Feno tiba-tiba terkembang, ia punya ide yang sangat bagus. Dan sangat yakin, kalau Nazriel akan berhenti marah. Dikeluarkannya ponselnya dari dalam saku.
"Ah iya, semalam kan baru download episode power ranger terbaru." ucap Feno dengan suara yang sedikit ia keraskan, supaya Nazriel mendengar dengan jelas apa yang ia katakan.
"Terserah!" Nazriel masih saja sewot.
"Yee, siapa yang ngomong sama kamu." ledek Feno sembari mengembangkan senyumnya. Saat ini, Nazriel masih saja membelakanginya.
Feno memutar videonya, ia berteriak heboh saat ada adegan-adegan kecil yang sebenarnya biasa saja. Ia sengaja melakukannya untuk menarik perhatian Nazriel. "Huaa keren!" seru Feno dengan senyuman lebar.
Ekor mata Feno melirik Nazriel, dan berhasil. Saat ini Nazriel tengah menoleh kearahnya. Pandangan mata Nazriel tertuju pada layar ponselnya. Feno sedikit merubah posisi ponselnya hingga Nazriel tak dapat lagi melihatnya.
"Kenala digerakin, sih?" protes Nazriel dengan wajah kesalnya yang menggemaskan.
"Suka-suka, dong. Orang aku yang nonton." jawab Feno sembari menahan tawanya.
"Tapi, aku mau lihat! Sini hpnya!" protes Nazriel.
"Nggak bolehlah! Kan kamu lagi marah, nggak boleh pinjem."
"Ya udah aku nggak marah. Sini hpnya!" Nazriel mengulurkan tangannya.
Feno tersenyum senang. Nazriel memang sangat suka menonton power ranger. Setiap meminjam ponselnya, pasti selalu itu yang ditonton. Feno memasukan ponselnya kedalam saku. Membuat mata Nazriel terbuka lebar.
"Kok malah dikantongin?" tanya Nazriel.
"Makan dulu, baru nanti om pinjemin." ucap Feno sembari menyodorkan piring berisi makanan kehadapan Nazriel. "Nggak boleh protes! Atau, nggak om kasih pinjem!" sambung Feno saat menyadari Nazriel akan protes.
Nazriel menghela nafas kasar. Dengan malas ia meraih sendok dihadapannya. Lalu mulai memasukan makanan kedalam mulutnya. Feno hanya bisa tertawa melihat tingkah menggemaskan Nazriel. Benar, rasanya ia sudah seperti memiliki seorang anak. Tapi, apakah ia benar-benar siap untuk menjadi ayah yang sesungguhnya?
Selama makan, pandangan Orys tak lepas dari Feno dan juga Nazriel. Sesekali ia juga tertawa kecil melihat tingkah lucu Nazriel, ataupun kekonyolan yang dilakukan dua orang beda usia itu. Orys meletakan sendoknya di atas piring. Lalu, ia keluarkan ponselnya dari dalam tas. Setelahnya, ia mengarahkan ponselnya ke arah Feno. Ia ingin mengabadikan gambar Feno saat tertawa.
Daren berhenti mengunyah dan menatap Orys yang ada disampingnya. Ia terdiam beberapa detik sembari memandangi Orys yang mengambil gambar Feno secara diam-diam. Detik berikutnya, Daren mengalihkan pandangannya dan kembali memasukan makanan kedalam mulutnya. Padahal, makanan yang masih ada dalam mulutnya belum ia kunyah habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Days
Dla nastolatków#19 General, 01/08/2018 'Dia.... tertawa.' batin Orys. Sungguh, Orys tak menyangka Feno bisa tertawa. Tidak-tidak, semua manusia memang bisa tertawa. Tapi, untuk ukuran orang seperti Feno, rasanya itu sangat sedikit sulit. Tapi, hari ini, ia melihat...