"Good morning, babe!" sapa Harry, pacarku, saat aku masuk ke kelasku. Aku tersenyum membalasnya.
"Morning Harry" balasku. Ia menghampiriku dan mengecup dahiku cepat.
"Duh.. kalian ini romantis sekali sih? Ini sekolah tau!" ujar sahabatku, Sella, sambil menghampiri kami berdua dan duduk di atas meja.
"Then? Tidak apa kan? Aku kan pacarnya." ujar Harry sambil menjulurkan lidahnya. Aku tertawa.
"Bilang saja kau iri karena tidak mempunyai pacar, Sel." ledekku, yang langsung diikuti jitakan dari Sella.
"Sakit, bodoh!" ujarku. Harry langsung mengusap-usap kepalaku untuk mengurangi rasa sakitnya.
...
Harry.
Pria yang sangat kucintai. Ya, tentu saja ia adalah pacarku, masa aku tidak mencintainya?
Aku mengenalnya sejak kecil, ia teman kecilku lebih tepatnya. Saat umurku 15 tahun ia menyatakan perasaannya padaku. Karena aku juga menyukainya, jadi aku tentu menermanya. Ia pria yang sangat baik, sangat menyayangiku, sangat bertanggung jawab, sangat perhatian, sangat sangat sangat.
"Hey, guru kita sudah masuk kelas tau." ujar Harry mengusap kepalaku sebentar lalu kembali duduk di tempatnya.
Ms. Robert, guru drama kami berlenggang masuk ke kelas dan duduk di mejanya, "Good morning, students."
"Morning, Ms." jawabku dan teman-temanku malas. Kebanyakan dari kami tidak suka drama, itu mengesalkan untukku terlebih karena aku tidak terlalu bisa acting.
"As I told you yesterday, today we're going to make some group for play Shakespeare's drama. Hm, Romeo and Juliet." katanya sambil mengambil spidol papan tulis dan menuliskan grup 1 - 4 di papan tulis.
Aku menggerutu malas. Ini akan menjadi sangat menyebalkan jika aku tidak satu kelompok dengan Harry. Masalahnya, aku hanya khawatir. Harry adalah orang yang tampan, gagah, dan disukai banyak gadis. Memang aku beruntung, tapi aku cemburu. Ia sudah pasti dipilih menjadi Romeo dalam grupnya, kalau aku? Haha.
Tiba-tiba satu tangan ada dibahuku, "Kau tidak perlu gelisah, Jaslyn."
Aku tersenyum padanya, "Iya, Haz. Aku hanya hm, malas bermain drama." dustaku.
"Jangan bohong."
"Aku serius."
"Nah, each group has 7 members. And i'll choose it for you." semua anak dikelasku menggerutu. Ini akan menjadi lebih indah jika kami bisa pilih sendiri anggota kami. Bukankah ini lebih mempermudah drama jika kami akrab satu sama lain? Aku tidak mengerti.
***
Aku berjalan cepat untuk mencapai mobilku, melewati koridor panjang disekolahku.
"Jas! Tunggu!" seseorang mengejarku dan memelukku dari belakang. "Kau mau kemana?"
"Pulang."
"Biasanya kau mau pulang bersamaku." kata Harry. Ya itu memang Harry.
"Aku malas." jawabku sarkastik.
Harry memutar badanku menghadapnya dan mencubit hidungku, "Bilang saja kau cemburu kan? Tenang saja aku tidak akan berpaling pada Pam, kok, sayang."
"Tidak."
Ia mencium pipiku, "Kau ini bohong terus dari tadi."
"Maaf." aku memeluk Harry. "Kau harus berjanji ya."
"Iya, pasti."
Sebab aku kesal adalah aku tidak sekelompok dengan Harry, dan Harry malah satu kelompok dengan orang yang tergila-gila padanya dan sedang berusaha menyingirkanku, Pamela. Apesnya, ia menjadi Juliet dan Harry menjadi Romeo. Sial. Dan aku hanya menjadi Rosaline. Bisakah ini menjadi lebih buruk lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot [by request]
FanficIm taking a request for this One Shot! Go request in the comments column :) "You can make anything by writing." [ FINISHED ]