"Wait, wait. Tunggu dong, kau ini kenapa sih?"
Aku menyentakkan langkahku. "Kau tidak bosan apa terus mengikutiki seperti ini?"
"Tentu saja tidak." jawabnya dengan suara seksi yang keluar dari mulutnya itu. Err.
Aku mengambil nafas dalam dan melepasnya. Kakiku kuhentikan untuk melangkah. Tanganku membawa buku-buku berat ini. Mataku menatap matanya yang hijau.
"Ada urusan apa denganku, pangeran?" tanyaku mencoba untuk sarkastik, padahal hatiku sudah berdegup di tempatnya.
Ia terkekeh, "Kau seperti tidak tau saja. Kan sudah biasa, aku mengikutimu."
Aku menatapnya frustasi, "Maksudku untuk apa kau mengikutiku?"
Ia— Harry tersenyum dan menggeleng-geleng, "seperti biasa. Memintamu untuk pergi bersamaku."
Aku tersenyum dalam hati, tetapi wajahku tetap saja menampilkan 'scowl face'. Tiba-tiba, teman Harry, sang pangeran nomor dua menghampiri kami.
"Lagi-lagi kau mengurusi si nerdy ini, Haz." ujarnya sambil menatapku tidak suka. "Kau ditunggu Alice daritadi."
"Aku segera kesana, Zayn." jawab Harry tetap tersenyum, kearahku. "Jadi bagaimana? Kau mau?"
Lagi-lagi Zayn menatapku sinis, dan aku hanya bisa mengacuhkannya, "No as always. Im gotta go."
Aku berjalan cepat meninggalkan Harry dan Zayn. Masih bisa samar-samar kudengar Zayn mengumpat padaku.
Siapa perempuan teraneh di universitas ini? Fatma! Siapa perempuan terkutu buku di universitas ini? Fatma! Siapa perempuan terpintar di universitas ini? Fatma, juga!
Itulah aku.
***
Harry-harry, oops. Maksudku, hari-hari selanjutnya kejadian yang sama tetap terulang. Pria bodoh ini, terus mengikutiku sampai aku pulang. Err.
Bukannya aku tidak suka. Bagaimana bisa seseorang tidak suka jika orang yang ia suka selalu mengikutinya secara blak-blakan? Aku hanya takut.
Kau benar. Aku menyukai dia. Harry. Ya, Harry yang selalu mengikutiku. Aku sangat menyukainya.
Hanya saja, ada yang membuatku harus menolak Harry. Maksudku menolak kehadiran Harry didekatku. Aku punya alasan untuk itu.
Lagi-lagi, hari ini tetap saja pria bodoh ini mengikutiku. Tepat berjalan dibelakangku sambil bersenandung namaku. Aku mencoba sebisa mungkin untuk mengacuhkannya.
"Fatma.. Oh lala Fatma.. Yea yea Fatma.. Please go out with me, yeah, Fatma.."
Aku menggelengkan kepalaku dan tetap berjalan lurus ke depan. Aku mau ke perpustakaan, sebenarnya. Si pangeran tampan itu kuacuhkan, betapa hebatnya aku.
Aku mencoba membuka pintu perpustakaan dengan kakiku, karena tanganku memegang 5 buah buku tebal. Tetapi ternyata kakiku tidak mempunyai cukup energi, dan alhasil pintunya hanya terbuka sedikit lalu tertutup lagi. Err.
"Silahkan masuk, Fatma." ujar seseorang dengan suara seraknya mendorong pintu untukku. Hatiku senang sekali, tetapi lagi-lagi aku hanya tersenyum datar dan mengucapkan terima kasih pelan.
"Doo, aku mengembalikan ini." aku menaruh buku-buku berat itu di atas meja Doo, penjaga perpustakaan.
Kau tau kenapa Harry tidak membantuku membawa buku itu? Aku melarangnya, sudah pasti.
Pertama, aku tidak mau ia disusahkan. Kedua, ada yang melarangku.
Doo hanya mengangguk, dan sebisa mungkin aku keluar dari tempat ini saat aku melihat Harry sedang menghampiri temannya, Liam, pangeran nomor lima di salah satu meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot [by request]
FanfictionIm taking a request for this One Shot! Go request in the comments column :) "You can make anything by writing." [ FINISHED ]