"Am, bisa bicara sebentar?"
"Tidak."
"Kumohon?"
"Tidak."
"Ini tentang kita."
"Oh."
"Kau tidak peduli?"
"Tidak."
"Am!"
Aku memutar bola mataku kekiri dan mendapati Louis dengan wajah kesalnya bersandar di tembok dan menatapku nanar. Karena aku sedang tidak ingin bertengkar dengannya, pun aku mematikan laptopku dan berangsur menghampiri Louis yang langsung menghempaskan dirinya ke atas kasurku.
"Cepat, tugas-tugasku menunggu untuk diselesaikan." ujarku bergeser sedikit menjauhi Louis yang menurutku mengeluarkan aura geram dari tubuhnya.
Louis mengambil nafas dari hidungnya dan melipat tangannya di depan dada, "kau mengerjai Eleanor lagi?"
Lagi-lagi Eleanor. Aku muak mendengar nama itu. Kalau bisa, bolehkah aku mengatakan apa yang sebenarnya Eleanor lakukan dibelakang Louis?! "Kurasa begitu."
"Kau tau tidak bagaimana kondisinya setelah kau ceburkan ia ke kolam renang? Kau mau bertanggung jawab jika ia sakit? Dan lebih parahnya, bagaimana kalau ia memutuskan hubungan kami?!"
"Aku tidak tau, aku tidak perlu tau dan aku tidak ingin tau." balasku acuh, membuat Louis mengumpat di tempatnya. "Mungkin kau bisa mendapatkan perempuan lain yang lebih baik untukmu sebagai pengganti Eleanor. Atau mau kucarikan? Hampir seluruh gadis di kelasku adalah penggemar beratmu, Louis Tomlinson."
"Shit." umpatnya. Ia menarik tanganku mendekat dan menatapku tajam, entah ini yang keberapa ratus-- bahkan ribu di sepanjang hidupku. "Kau kenapa sih?! Aku salah apa padamu sampai aku sangat membenciku?!"
"Aku tidak membencimu." aku memilih untuk tidak menatap matanya yang memerah saat ini. Oh, kutebak ia habis menangis. Cengeng. "Aku menyayangimu."
"Oh? Lalu kenapa kau menghancurkan hidupku? Hidup teman-temanku? Hidup kekasihku? Bahkan hidup semua orang yang dekat denganku? Hidup orang yang tidak kau sukai? Kenapa kau dilahirkan menjadi anak egois sekali? Sejak orangtua kita meninggal, aku tidak pernah mengajarimu seperti itu dari kecil 'kan? Kenapa? Kau kurang perhatian? Tidak ada yang mau berteman denganmu? Kau merasa mereka yang ingin berteman denganmu hanya ingin mendapat keuntungan untuk bertemu denganku? Kau ingin mendapat perhatianku? Jawab, Am!"
Oh, ayolah Amalina. Kau bisa menahan air matamu, jangan keluarkan air matamu! "Ya karena mereka tidak pantas untukmu! Mereka mengambil keuntungan darimu! Mereka mengambil dan memanfaatkan uangmu! Mereka mengambil waktumu dariku. Eleanor mengambil kasih dan cintamu dariku. Mereka semua mengambilmu dariku! Mereka merusakmu! Aku ingin Louis yang dulu kembali, seseorang yang sangat menyayangiku, selalu menghabiskan seluruhwaktunya bersamaku, seseorang yang tidak pernah habis memberi cintanya padaku, kau sembunyikan dimana Louis yang dulu, hah?!"
"Tidak, ini bukan salah mereka. Everybody's changing and they're not trying to be same!" bentak Louis membuat tubuhku tersontak.
"Made a lot of changes, but you should not forgetting who you were!" butiran ini sudah tidak kuat bertahan lagi. Mereka meluncur dengan bergandengan bersama-sama membasahi pipiku.
"Kurasa kau tidak mengerti." kali ini Louis menghaluskan nada suaranya dan merangkul tubuhku. "Aku ingin menyayangimu seperti dulu, tetapi aku tidak ingin menyayangi kau yang egois seperti sekarang."
"Aku begini karenamu!" kutepis tangannya dan bergerak menjauh darinya. "Kau yang tidak mengerti, Louis!"
Ia menggeram dan bangkit dari kasurku, "ya! Aku tidak mengerti karena kau tidak pernah memberitauku apapun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot [by request]
Fiksi PenggemarIm taking a request for this One Shot! Go request in the comments column :) "You can make anything by writing." [ FINISHED ]