"Harry, sungguh aku bingung. Ada apa denganmu?"
"Diam, aku ingin sendiri."
"Tidak, tidak bisa. Aku butuh penjelasan. Sudah seminggu ini aku mendengarmu pergi ke pub dan mabuk. Aku mengenalmu, kau tidak mungkin—"
"Tidak ada yang tidak mungkin! Ya! Aku pergi kesana! Sekarang tutup mulutmu atau pergi dari sini."
"Tapi untuk apa? K-kau minum? Kau berjanji padaku untuk tidak menyentuh larutan haram itu lagi!"
"Lalu kau mau apa kalau aku mengingkari janjiku? Mengakhiri hubungan kita? Terserah! Aku yang pergi."
Tubuhku hanya bisa duduk membeku melihat dari jendela Harry masuk ke dalam mobilnya dengan membanting pintu. Ia memundurkan mobilnya, memutar dan melaju dengan kecepatan tinggi sehingga berhasil membuatku cemas. Untungnya, jalanan malam ini tidak terlalu ramai.
Aku memutar bola mataku ke arah cangkir teh di atas meja. Pun aku mengambil dan menyesapnya. Musim dingin dan Harry membuatku beku. Lihat tadi? Wajah Harry terlihat muram saat awal aku bertemu dengannya. Ketika aku menyinggung kegelisahanku tentangnya, ia marah dan meninggalkanku seperti ini.
Sudah seminggu.
Harry berubah. Dimana Harry yang lembut, ceria dan penyayang? Harry yang tidak pernah mengingkari janjinya? Sekarang, ia selalu pergi ke pub ditemani oleh seorang gadis yang tidak kukenal. Sungguh, Niall memberitauku seperti itu.
Harry Styles. Sudah tiga tahun kami bersama sebagai sepasang kekasih. Aku sangat mencintainya dan aku tau ia juga mempunyai perasaan yang sama. Ia orang yang sangat lembut dan tidak pernah menyakiti perasaan seseorang— terutama aku tentunya. Di masa lalu, sebenarnya ia adalah seorang pemabuk dan pemakai.
Aku serius.
Sampai suatu saat, aku hadir dalam kehidupannya. Dan ia berhenti, benar-benar berhenti total.
***
Hari ini aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Oxford Street untuk refreshing. Sudah lima hari setelah kejadian di café itu aku tidak bertemu ataupun berbicara dengan Harry. Entah ia kemana, atau sedang apa. Tetapi bukan Harry namanya kalau tidak membuatku khawatir.
Sore ini jalanan ramai, sangat ramai. Orang-orang kebanyakan berjalan kaki di trotoar jalan dengan menjinjing kantung tas belanja. Karena aku sedang tidak tertarik untuk menghabiskan uang untuk benda tidak berguna, pun aku berbelok dan memasuki restoran yang sangat terkenal disini— MixFlav.
Sungguh, aku tidak sering kesini karena, yah, harganya terlalu mahal. Tetapi itu wajar karena pemandangan, tata desain dan pelayanannya sempurna. Lihat saja robot yang berjalan sangat cepat bertebaran di sisi-sisi restoran.
Dengan cepat aku menduduki satu tempat di pinggir restoran. Kulihat satu robot yang memakai jas dan dasi kupu-kupu bergerak menghampiriku. Keren.
"Or-der?"
"Yes, please."
"Here- is- the- me- nu." ia menyerahkan satu buku hitam di mejaku.
Kau tau kan suara robot? Yah, agak terputus-putus.
Dan serak.
Oh, aku jadi ingat si pemilik suara serak indah yang kukenal.
"Strawberry millefuille and orange squash."
"O- kay. Do- you- want- to- add- more?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot [by request]
FanfictionIm taking a request for this One Shot! Go request in the comments column :) "You can make anything by writing." [ FINISHED ]