Talking Leyya
Banyak hal di dunia yang tak pernah kupahami, diri ini contohnya. Merasa lebih mudah berdamai dengan mereka yang bukan aku, ketimbang denganku yang satu ITU...! Ron datang lagi hari ini, memang jadwal rutinnya mungkin.... Ia tertarik pada kisah-kisahku, seperti balita yang minta di dongengkan pada tiap malam-malamnya, dengan mata berbinar dan senyum mengembang. Tenang Ron.. Ku akan berkisah hingga kantukmu tiba...!!
“Leyya, bagaimana kabar mu hari ini..?” sambil membetulkan letak duduk, dan dengan cekatan menyiapkan alat tulisnya.“Baik Ron... Kamu?” basa-basi yang biasa mereka sebut sebagai tegur sapa!
“Sama dengan mu,.. semua terasa baik” Ron bersandar pada kursinya dan bersenandung. Moodnya sedang baik, efek dari sarapan puding sepertinya?
Mana mungkin apa yang kurasakan sama dengan mu, pasien dan dokter dirumah sakit jiwa menjadi sama dalam satu rasa.. Maka definisi kita akan berbeda..!! tapi aku hargai usahamu dalam menghiburku, toh hanya kamu pengunjung setiaku.
Sesi kami dimulai, Ron nampak seperti pendengar setia. Mengamati dengan seksama –KATA PERKATA-. Terkadang ia mengangguk-anggukkan kepala! Entah tanda setuju, tanda ia tahu atau sedang menyimpulkan sesuatu. Aku mulai menyukai Ron, kuputuskan ia sahabat pertamaku. Sejujurnya aku sedikit iba pada sahabatku yang satu ini. Ia si pengamat, si pemeriksa, sibukan GILA! Namun mengapa ia harus terperangkap disini bersamaku si schizoprenia? Dimataku ia yang terpenjara! Setiap hari ia harus kembali pada rutinitas yang sama, pada jam yang sama, seragam yang sama, TAK ADA BEDA... Mungkin ada satu tempat yang bisa ia kunjungi dengan cara berbeda, nuansa berbeda, semua BEDA. Dan hanya ia yang bisa ada disana. Mencuri-curi waktu ditengah jadwal padatnya, disela kejengahannya, tepat diantara jeda helaan nafasnya.. Suatu tempat yang biasa kita sebut UNCONSCIOUS AREA, oleh sebab itu aku berniat menghiburnya! Akan kuceritakan kisah para raja, tanah dewata dan sang naga, namun rupa-rupa ia tak pernah suka dengan semua dongeng purbakala. Maka aku ubah sedikit isi cerita, Ku mulai bercerita tentang “SAYA”. Mungkin akan merubah sedikit harinya, hadiah dari sahabat untuk si obat, GARIS MIRING dari pasien untuk dokternya. Cerita tentang ‘LIKA-LIKU LUKAKU’.....
“Bagaimana..??” Ron bertanya padaku lagi..
“Apanya?” Leyya yang biasa akan melakukan hal ini hanya untuk bermain-bermain dengan pikiran dan emosi Ron, berpura-pura tidak mengerti namun Leyya yang kali ini memang tidak mengerti mengenai apa maksudnya?
“kamu melamun Leyya?" wajah ron sedikit terganggu, ia mulai mengernyitkan dahinya.
"Sedikit.. mungkin karena lagu yang sedang kau putar." aku berkilah, sesi hari ini begitu.... MEMBOSANKAN.
"Ooh.. in my life, by the beatles. Seharusnya lagu ini membuatmu relaks bukan melamun" ia berdecak, lalu mematikan lagunya.
"maaf Ron"
"Kembali kepertanyaanku tadi, siapakah di antara kalian yang menulis ini? Anna yang menemukannya!” Ron mengacungkan selembar kertas, kertas yang berisi puisi-puisi gelap menurutku.
First page:
Intiplah jauh kebawah, jauh kedalam
Ada jiwa yang terpilin dan slalu diam
Garuklah dan goreslah
Dalam pikiran yang lelah
Aku menunggu kau bangkitkan
Ada luka menganga dijiwamu
Yang kau susupi dosa hingga bengkak dan bernanah
Lalu membusuk dan jadilah AKU...!!!
Aku mengintai dibawah sadarmu
Menunggu untuk muncul ke permukaan
Ketika sadarmu di Tiadakan
Second page :
Aku adalah SEPI
Bentuk cinta yang tak kunjung bersemi
Menaburkan aroma luka dan rasa nyeri
Aku memang sunyi tanpa bunyi yang slalu kau ratapi
Akulah yang mengajarimu batas suatu harapan, tangisan dan berjuta kepedihan
Serta rangkaian luka dalam dan dendam terpendam
Akulah onak dalam otak
Suatu tempat dimana kau selalu memberontak
Namun setidaknya aku tidak hina, bukan pura-pura!
Tanyaku untukmu,
Pernahkah kau temukan dirimu utuh seluruh, saat kau berdiam diri?
“apakah itu surat cinta untukku?” aku menggoda.
“Bukan! serius Leyya.. kamu yang menulis ini kan?”
Wajah Ron nampak muram, seolah ada mahluk lain dalam dirinya yang berusaha keluar, ia marah! Namun aku memang tidak menulis itu, dan aku yakin Flora juga tidak. Apakah ini lelucon buruk Ron untuk bermain dengan pikiran kami? Atau Hal terburuk dari kemungkinan ini adalah dia yang ketiga, namun mana mungkin! Bila ia ada mana mungkin kami belum berkenalan, mungkin tidak dengan Flora, namun tidak berkenalan denganku itu terasa kASAR..!! sekarang Ron mulai mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja, tanda kesabarannya mulai habis. Pada awal pertemuan kami ia tidak pernah melakukan hal itu, namun semakin lama ia semakin sering melakukannya, dan jujur saja aku semakin SENANG melihatnya. Kuputuskan untuk jujur padanya, jika ada seseorang yang dapat menolong kami, maka Ron lah orangnya.
“oooh..! dan sekarang kemanakah telunjukmu mengarah? Kepadaku? Maaf mengecewakanmu, tapi itu Bukan aku..”
“Lalu Flora yang menulisnya?” Ada nada tak percaya diucapannya, seolah putri lembut dan lemah gemulainya takkan sanggup menulis satu hurufpun didalam kertas itu. Dan sebenarnya hal itu tepat sekali, Flora memang takkan mampu menulis hal tersebut.. namun rasanya menjengkelkan ketika ia berpikir seolah akulah sisi jahat, dan kelam dalam tubuh ini.. dan entah mengapa ada rasa sakit di hatiku..??
“Bukan, Flora takkan menulis hal itu” Ada raut aneh di wajah Ron, kupikir ia akan shock mendengar hal tersebut. Kurasa kukeliru,.. Yuupzzt raut suka cita, gembira atau apabila ada satu kata diatas bahagia, maka itulah yang terjadi pada Ron sekarang.
“Selamat, atas kelahiran anak pertamamu Ron” cibiran atau lebih tepatnya sindiran dariku.
“Hah..? apa..?” Ron bingung
“wajahmu seperti.. anak pertamamu baru lahir" kuarahkan telunjukku pada hidungnya.
“owh,.. maaf, aku hanya terkejut” ia cengengesan.
Ya raut kejut teramat sangat bahagia kurasa,.. selamat Ron, kami menggenapi orang aneh dimuka bumi dan populasi rumah sakit ini, dan kau merasa terberkati atas itu... SELAMAT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shards Of Glass
Misterio / SuspensoSemua luka ini tidak terlihat, ibuku pandai menutupinya! Dibalik gaun indah yang kukenakan, dibalik rambut kuncir dua yang ibu ikatkan, terdapat puluhan memar dan belasan sabetan yang ia torehkan. (pernahkah orang tua memikirkan, apa akibat perbuata...