AUTHOR

1.4K 188 58
                                    

Ini hanyalah sebuah chapter bonus...  Tidak ada kaitannya dengan isi cerita, namun bisa menjadi gambaran setiap karakter. Sebuah percakapan antara dokter dengan pasiennya.

ASTRO

“Hei Dok.. kamu pernah mendengar  tentang Studi Harlow? Dimana bayi kera lebih memilih kulit ibunya dibandingkan asi yang ia berikan. Begitu pula kita! Suatu Primal instinct mengenai kulit, darah, dan daging.”

“Mereka menganggap mu monster Astro, kau tahu itu kan?”

All monster is human Doc! i’am monster and so do you. We all Monster... Kita memiliki hal tersebut  dalam diri kita! Namun sebagian orang lupa berkaca, dan lupa akan bentuknya sendiri.  Kamu percaya akan iblis yang berada didasar neraka dok?”

“Iblis tidak di neraka! Ia berada pada –GYRUS FRONTAL, LOBUS OKSIPITAL- tepat dibawah tulang tengkorakmu, bagian pada otakmu!”

“Sekarang kamu mengerti maksudku, bukankah kita satu pemahaman Dok. Itulah mengapa kita begitu cocok!”

“Bagaimana mungkin kita sama, kau adalah seorang psikopat manipulatif”

“Dan kau seorang Narsistik Antisosial ambisius! Kalau bukan karena tuntutan pekerjaan, sudah pasti kau jijik dengan kami para  penghuni BANGLI”

 

 

FLORA

 

“Selamat pagi Flora”

“Pagi Ron”

“Bagaimana harimu”

“Kumulai dengan senyum tentu”

“Apakah yang ingin kau lakukan disesi kita kali ini?”

“Berpuisi”

“Ide bagus, jadi kau akan membuatkan sebuah puisi untukku?”

“Tidak”

“Lalu?”

“Kita    SALING   membuat puisi”

“Untukmu akan kucoba Flora.”

 =======================================================

Sungguh  Aku lupa rupa Dahlia

Maka, usah kau ajak aku tuk mencarinya

Apa lagi tuk cium baunya

Yang menurutmu wangi semerbak

 

Lalu kau tawarkan Anggrek putih

Untuk apa menyukai bunga? Tanyaku

 

Ketika berbagai bunga tumbuh dipekarangan

AKU BARU TERPIKAT, tapi bukan pada dahlia maupun anggrek

Namun pada angin yang menampar dedaunan berkilauan dengan embun

Shards Of GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang