Where am I..?

1.3K 156 59
                                    

RONALD

Berlari bergegas secepat yang kubisa, dan terhenti didepan sebuah pintu kamar bernomor 4A Anggrek. Kutenangkan diri seraya berusaha menangkap nafas satu persatu yang berlarian keluar dari paru-paru tanpa meminta izinku terlebih dahulu.

Rasa nyeri menjalari luka lama yang menganga, meninggalkan bekas yang mungkin tidak terobati, bukan secara fisik memang! Air mata menyengat mataku, namun ia tidak tertumpah. Kuusap sedikit luka itu dari bagian luar bajuku, seraya mengucap mantra “Setidaknya wanita itu yang menorehkannya, tak apa aku rela”.

Kuhirup nafas dalam dan mengumpulkan keberanian untuk membuka pintu dihadapanku. Pertama kali memasuki ruangan langkah ini begitu berat, seolah grafitasi bumi berubah berkali lipat. Namun seperti kopi yang kucandu, meski pahit tetap kuulangi. Hingga Langkahku terhenti pada ujung sebuah ranjang. Dimana terdapat seorang wanita terbaring diatasnya, tertidur pulas. Masih muda sekitar awal dua puluhan, rambut berombaknya acak-acakkan. Walau begitu tidak mengurangi sedikitpun persen kecantikannya.

Bagaimana bisa hal ini terjadi? Dapat kulihat jejak darah yang dibersihkan secara asal dari bibir pecahnya. Lebam disekujur tubuh dan lecet akibat gesekan, meninggalkan kepahitan dari rasa nyeri.

“Dokter apa yang sedang anda lakukan disini?” Suara anna menyadarkanku dari lamunan atasnya, apakah kehadiranku mengusik tidur pulasnya?

“Aku telah mendengar berita tersebut, bagaimana keadaan mu sekarang?” aku khawatir, benar-benar khawatir.

“Saya baik-baik saja dok, hanya luka ringan. Anda yang harusnya beristirahat, sekarang anda masih dalam masa pemulihan.” Ia berdusta, mana mungkin gegar otak ringan hanya hal kecil. Tipikalnya yang terlalu memikirkan orang lain terkadang menyulitkan bagiku.

“Kamarku hanya berjarak satu lantai darimu, tenanglah.” Aku berusaha meyakinkannya.

“Maafkan saya soal Leyya dok” Anna mulai lagi menggigiti bibirnya, sebuah kebiasaan lama.

“Kamu yang berada diruangan ini, bukan Leyya. Kamulah yang perlu dirawat sekarang. Biarkan polisi-polisi itu melaksanakan tugasnya tuk mencari Leyya.” sebuah senyum mengembang dari bibirnya. Sebenarnya ada jutaan pertanyaan dikepalaku tentang kejadian itu. namun anna sedang  terluka, dan saat ini akupun tak ingin melukai hatinya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Sosok itu begitu mungil, kulit pucatnya berkilau keperakan saat tertimpa cahaya rembulan. Berlari dijalan sempit yang dibarisi pepohonan. Daerah tersebut bukanlah kawasan pertanian maupun peternakan. Ini lebih mirip komunitas pedesaan, dengan rumah-rumah didirikan jauh dari jalanan, tersembunyi dibalik pagar, dinding dan pohon-pohon besar.

 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------

DEBRAN

Sosok apa itu yang sedang menerjang keluar dari hutan? Berambut hitam panjang dengan pakaian putih, seolah bergegas kabur dari sesuatu? Loh, Loh... Loh.. mengapa ia banting setir berlari kearah rumahku. Apakah ia kuntilanak dikejar masa? Okke aku mulai over reacting.

Dengan cekatan ia memanjat pintu pagar depan yang sebenarnya tidak terkunci, mirip seperti ninja hanya dengan sekali lompatan. Dan hal tersebut menyadarkanku untuk menambah ketinggian dari pagar tersebut esok hari, agar kejadian ini tidak terulang lagi. Harus kuhapus kata ninja tadi, itu terlalu berlebihan. Tapi  kuakui ia memang cekatan! Sekarang ia sudah memasuki pekarangan, berdiri tepat ditengahnya. Hanya diam dan mendongak memandang rembulan, apa dia warewolf yang mau berubah? Sekali lagi itu berlebihan, tapi apakah ia sadar rumah ini ada penghuninya? Dan ia.. ia.. eh.. eh.. PINGSAN?????

Shards Of GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang