Stabing Ronald

1.8K 163 46
                                    

Ronald

 

Hari ini Flora yang nampak, ia memutuskan sesi kita hari ini adalah pelajaran merajut. Dan aku tidak menolak, siapa pula yang mampu menolaknya!  Ia begitu mahir dan terampil, jari-jari kecilnya seperti sedang menari diatas untaian benang warna-warni, sesekali ia melirik lalu tersenyum. Berbeda dengannya, merajut memang bukanlah bidangku! Berulang kali aku merajut jari sendiri, Flora dan anna tersenyum kecil atau terkekeh pelan tiap kali tanganku tertusuk jarum pintal. Umpatan-umpatan meluncur tiap kali hal tersebut terulang. Ini sungguh menyiksa, batinku.

“Anna bisa tolong ambilkan plester untukku!” ini adalah plester ke empat yang akan kupasang dalam sehari. Bukankah ini menyenangkan?

“Baiklah dok, bagaimana jika saya ambilkan satu kotak plester untuk berjaga-jaga?” anna meledekku. Senyumnya bahkan tak kunjung hilang untuk waktu yang lama. Ia berjalan dan mengambilkan sekotak plester!

“Ron, bisakah kamu kesini sebentar? Aku ingin menunjukkan hasil rajutanku padamu!” Flora melambaikan tangannya seolah menarikku.

“Baiklah” aku berdiri dari kursiku dan menghampirinya, syal rajutan Flora hampir selesai. Syal itu berwarna hijau lumut dengan kesan lembut, warna kesukaannya!

Ia, FLORA. Dengan sekejap merubah arah tiba-tiba, tanpa kusadari ia mengeluarkan sebuah gunting  yang digunakannya untuk memotong benang rajut dan menusukkannya kearah jantungku. Refleks yang lambat atau kepercayaan besarku lah yang membuat pisau tersebut menghujam pada sasarannya. Seketika itu dengan perlahan cairan pekat hangat merembes dan membanjiri bajuku, disertai dengan bau amis yang begitu kuat, dan waktu seakan melambat. Tuhan kurasa aku sedang sekarat..!!!

Kejadian tersebut berlangsung begitu cepat, bahkan aku tidak memiliki kesempatan untuk terkejut. Pandanganku perlahan mulai mengabur, namun masih dapat kutangkap sekelebatan gambar anna yang sedang berlari kearahku dengan terburu-buru, jaraknya masih jauh. Namun tangannya menggapai-gapai seolah berusaha menangkapku agar tak terjatuh. Banyak orang berlarian kearahku, seperti film zaman dahulu yang diperlambat, semua bagai bergerak tersendat-sendat.

Ia leyya, hanya berdiri disana mematung! Tangan mungilnya gemetar hebat, ia bukan lagi flora, bukan lagi sosok yang menikamku..!!! entah mengapa aku tahu sekarang ia leyya, otak kadalku yang bicara. Ada tetesan air mata berlinang dipipinya, warnanya begitu bening, mengingatkanku akan mata air dipuncak semeru. Aku ingin berdiri dan menyekanya, namun kaki ini begitu lemah tak berdaya dan sungguh aku telah berupaya, entah mengapa aku hilang tenaga!

Tenang Leyya.. Tenang Flora..  aku percaya yang barusan itu bukan kalian..!!! Berjuang agar tidak pingsan ketika pandanganku mulai kabur dan meredup. Namun sekarang ijinkanlah aku terlelap sekejap, karena semua mulai menjadi gelap.....

Leyya

Aku menyadari kehadiran benak yang yang menelusup keseluruh ruangan, kehadiran dengan pikiran-pikiran tidak teraih serta kedalaman yang tidak terselami. Bentuk kehadiran yang memancar, mengancam dan bergelombang, bagai badai di musim panas.

Sekerumunan orang bergegas berlarian kearah Ron. Anna berteriak-teriak histeris, namun aku tak bisa mendengar apa yang dikatakannya, semua seperti gambar hitam putih dari era Film bisu.. Kata-kata mereka tidak berarti apa-apa saat tatapanku beralih pada tubuh Ron yang tergeletak. oooh apa yang baru saja kulakukan, didepanku Ron sedang sekarat, didadanya terdapat lubang tempat pisau ini sebelumnya tertambat! Ini bukan ulahku, bukan pula ulah Flora.. dadaku terasa sesak, seperti mau meledak, aku tersedak oleh nafasku sendiri! Pandanganku buram, ada genangan air menghalanginya, genangan itu terasa hangat ketika melintas dipipiku, lalu berlari menuju dagu dan akhirnya tak kuasa iapun terjatuh. Kehangatan  itulah yang menyadarkanku bahwa ini benar terjadi. RON MAAFKAN AKU...!!!

2  minggu kemudian

Leyya

Setelah kejadian itu, kurasa dunia tak mampu menoleransi kesalahanku. Diberangus seperti anjing gila dan diikat dengan jaket pengekang, namun itu semua pantas untukku...! Mereka hanya berjaga-jaga agar aku tidak dapat mencelakai orang lain lagi, memastikan CUKUP Ron saja! Namun Ron bukan sebuah kata CUKUP, ia lebih dari itu bagiku.... Kusadari apapun yang Astro lakukan adalah sebuah candaan, candaan dari seorang psikopat tentunya! Percayalah bila ia serius, bukan gunting ataupun seperangkat jarum pintal yang akan ia gunakan, tanyakan hal itu pada 5 saksi bisu yang kalian PAHAM maksudku. Astro hanyalah memberiku peringatan, bahwa kenyamanan bukanlah tempat kami. Ini hanyalah sebuah peringatan kecil darinya, awal dari sesuatu kurasa.

Anna datang padaku sehari tiga kali, untuk mengantarkan makanan dan memastikan bahwa aku baik-baik saja. Dan sungguh bagaimana mungkin aku bisa merasa baik? Perasaan ini menggerogotiku, perlahan menghapuskan jejak atas kesadaran dan keberadaanku, kesadaran yang menahan ia tetap jauh didalam, menahan ia sipenikam...!!! Walaupun aku tidak memiliki selera makan. Makanan tersebut harus tetap kutelan itu semua demi flora, flora yang tidak pernah lagi muncul kepermukaan. Flora menyurut mundur jauh kedalam benak, tempat dimana suara-suara sumbang itu tidak lebih keras daripada deburan ombak dikejauhan. Sebuah benteng pelindung berlapis-lapis yang kuciptakan untuknya, tempat aman untuk  mengendap jauh didalam! Anna dengan telaten menyuapiku ditiap harinya, raut wajahnya berduka dan aku tahu mengapa! Aku yakin ada pertentangan hebat didalam batinnya, antara benci dan iba terhadapku. Cintanya telah kulukai dan kutikam hingga ia hampir mati. Iya hanya “HAMPIR”, dan itu kabar suka cita untukku.

“Anna.. aku minta maaf” suaraku terdengar begitu pelan, tidak seperti yang kuharapkan!

“untuk apa Leyya?” wajah dan suaranya begitu datar dan hambar, seolah ia tidak peduli atas permohonan maaf yang kulayangkan.

“untuk apa yang telah kulakukan pada Ron! Dan kau tidak perlu memaksakan diri mengantarkan makanan untukku setiap hari, kamu bisa menukar tugas jagamu”

Anna menghela nafas panjang...

“Hatiku memang sakit Leyya, namun aku tahu pasti bukan kamu pelakunya dan aku yakin dokter juga menyadarinya! Lagi pula aku berjanji untuk selalu menjagamu ketika dokter tidak ada!” suaranya serak seperti tangisnya hendak meledak. “kamu bahkan telah memperingatkan kami sebelumnya” ia berhenti bicara, seolah tiap kata memiliki duri tajam pada tiap sisinya.

“Lalu bagaimana keadaan Ron sekarang? Aku membutuhkannya untuk tetap disisiku, seolah hanya ia yang dapat membuatku berada digaris waras! Apakah menurutmu aku terlalu serakah Anna?” nada cemas dan penyesalan yang tak dapat lagi kutahan, semua akhirnya kumuntahkan!

“Saat ini dokter telah melewati masa kritisnya, namun hingga kini ia masih belum sadarkan diri. Percayalah leyya, bukan hanya kau yang membutuhkannya untuk tetap waras, dan keserakahanku atasnya jauh melebihimu.” air matanya tumpah, aku tak sanggup lagi memandang anna. Sudah 2 minggu sejak kejadian itu dan Ron belum juga tersadar! Sungguh aku ingin menghilangkan kutukan yang melekat ini, namun hal itu seperti menahan angin dan menghentikan hujan, semua hal tersebut tak mungkin kulakukan.

Shards Of GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang