"Ali gak tahu kenapa mama masih sanggup bertahan, tapi yang jelas Ali gak akan maafin papa". Ali kemudian pergi meninggalkan rumah. "ALIII!!". Panggil Risma, Kaia menghampiri Risma dan mengusap bahunya pelan.
******
"Sudah ma, Alya yakin Ali bisa jaga dirinya". Ucap Kaia berusaha menenangkan Risma. Ali hanya ingin menenangkan pikirannya yang sedang kacau, emosi nya tersulut saat melihat Rey hampir menampar Kaia, ditambah lagi dengan telepon dari anak dari istri keduanya membuat hatinya perih, terlihat sekali bahwa papa-nya kini sudah bahagia dengan keluarga barunya. Dan sekarang, ditambah lagi dengan mama-nya yang masih bersikeras mempertahankan rumah tangganya, yang menurut Ali sudah tidak ada harapannya lagi. Ia bukannya ingin egois, tapi Ali tidak bisa melihat orang yang dia sayangi terus terusan bersedih, dia hanya ingin ini semua berakhir dan keluarganya kembali bahagia, walaupun Ia tahu nantinya kebahagian itu tidak akan selengkap dulu.
"Arghhhhh!!!". Ali mengacak rambutnya kasar, ingin rasanya dia meneriakan pada dunia, bahwa Ia ingin bahagia, Ia ingin keluarganya kembali, kenapa Tuhan selalu memainkan takdirnya seperti ini. Salah jika Ia ingin keluarganya kembali utuh, walau Ia tahu ini mustahil. Georgio Ali Arnoldi, ya ini dia Ali, tidak sekuat yang kalian bayangkan, dia hanya berusaha membentengi dirinya dengan prisai yang sangat kuat, dia tidak ingin seorang pun bisa menghancurkan prisai itu, karena Ia tidak ingin dianggap lemah, Ia ingin orang orang melihatnya sebagai orang yang kuat dan keras, tidak perduli apa yang orang pikirkan, karena bagi dirinya keamanan orang orang yang dicintainya sangatlah penting.
Kini Ali berada ditaman dekat rumahnya, dia berlari begitu kencang tanpa mempersiapkan tujuan, entah kenapa kakinya membawa Ia ketaman ini, dimana disinilah kenangan terakhir keluarganya berkumpul."Gue Cuma mau hidup tenang dan bahagia, kenapa kebahagian seakan akan bermusuhan dengan gue". Gumam Ali, menangkup wajahnya dengan tangan.
"Kebahagian bukannya musuh lo, tapi kalau lo gak pernah mau berdamai sama hati lo, maka lo akan terus terusan merasa takut dan resah, sampai akhirnya lo merasa bahwa kebahagiaan seolah olah menjauhi kehidupan lo". Kata kata itu membuat Ali mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang mengatakan hal hal yang sedikit mampu membuat hatinya lebih tenang.
"Maaf.. bukan maksudnya ikut campur, Cuma tadi gak sengaja ngelihat cowok lagi ngacak ngacak rambutnya, gue pikir dia stress". Ucap orang itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah Prilly. Ali hanya diam tanpa sedikit pun berniat membalas ucapan Prilly.
"Owh iya, thanks ya, kata mama, kemarin lo udah gendong gue ke kamar"
"Hmm" hanya itu jawaban yang terdengar dari bibir Ali.
"Lo lagi ada masalah ya?. Eh hmm.. bukan maksudnya lancang, Cuma heran aja, biasanya lo suka banget nyarik masalah sama gue"
Bruk!! Prilly tersentak, Ali dengan tiba – tiba memeluknya, dan menenggelamkan kepalanya dicekukan leher Prilly, awalnya Prilly kaget, namun dia paham pemuda di hadapannya kini tengah membutuhkan seseorang untuk dijadikannya sandaran.
"Biarin gini sebentar". Ucapan Ali membuat Prilly yang tadinya berniat melepaskan pelukan ini menjadi mengurungkan niatnya, dengan lembut Prilly mengusap perlahan rambut Ali, berharap hal ini bisa memberikannya sedikit ketenangan. Ali memejamkan matanya merasakan kehangatan yang disalurkan dari gadis yang baru beberapa hari dikenalnya namun mampu membuatnya uring uringan.
Setelah merasa tenang, Ali melepaskan pelukannya."Sekarang mau cerita sama gue?". Tanya Prilly pelan, karena takut perkataanya menyinggung Ali.
"Gak masalah besar, Cuma lagi bingung aja tante gue gak mau tanda tangan surat perceraian, gue heran kenapa dia gak mau tanda tangani itu, padahal udah jelas jelas suaminya selingkuh". Ali sekarang hanya ingin membagi bebannya, walaupun masih ada yang ditutup tutupi namun mungkin setidaknya dengan bercerita pada Prilly bisa membuat hatinya sedikit tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Together with you✅
Teen Fictionhappy reading cerita pertama pengalaman pertama semoga suka yak ****** Aku tidak tahu apa itu cinta, tapi setelah mengenalmu aku belajar, jika cinta tidak selamanya menyakitkan -Ali- Aku pernah merasakan kehilangan, dan kini aku merasakannya kembali...