Bagian 21

4.6K 305 0
                                    

Syukurlah pasien bisa kami selamatkan, dia kekurangan darah untungnya rumah sakit mempunyai stok darah, ada retak dibagian tangannya, dan kakinya terkilir" penjelasan singkat dokter mampu membuat semuanya sedikit lega.

"Apa ada masalah lainnya yang berbahaya dok?" tanya Rizal

"Untuk itu, keluarga pasien ikut saya keruangan" ucap dokter

"Om?" panggil Ali, Rizal menoleh ke arah Ali.

"Boleh Ali ikut kedalam?" tanya Ali, sesaat Rizal hanya diam, namun sedetik kemudian dia tersenyum kemudian menganggukan kepalanya.

...

"Bagaimana dok, apa ada yang berbahaya dengan putri saya?" Rizal langsung membondong dokter itu dengan pertanyaan.

"Begini pak, karena benturan yang keras dikepala pasien, kemungkinan besar itu akan menyebabkan pasien koma"

"Jadi anak saya sekarang koma dok?" dokter mengangguk. Ali diam, rasanya dia tidak lagi mampu untuk berdiri, Orang yang dicintainya koma.

"Satu lagi pak, anak bapak akan koma dalam waktu yang tidak ditentukan, dan saat dia sadar kemungkinan putri anda akan mengalami kebutaan" badan Ali melemas saat itu juga, sedangkan Rizal merasa sangat terpukul mendengar itu, kini rumahnya pasti sepi karena tidak ada suara cempreng gadis itu lagi untuk waktu yang tidak ditentukan.

"Tapi bapak tidak perlu khawatir, kita akan berusaha mencarikan donor mata untuk putri bapak, kami hanya membutuhkan kepercayaan dan bantuan kalian, kita sama sama membantu putri bapak" ucap Dokter itu.

"Ambil mata saya saja dok" ucap Ali tiba tiba

"Kamu apa- apaan sih Li, gak!!, ayah gak akan pernah membiarkan kamu mendonorkan mata kamu!" tolak Rizal tegas.

"Tapi yah? Prilly gini karena Ali, dan Ali akan lakukan apapun untu kesembuhan Prilly, walaupun Ali harus korbanin nyawa Ali pun, Ali ikhlas" ucap Ali

"Nggak!!, sekali ayah bilang nggak! Maka nggak!, dok, jika dia berani menemui dokter diam diam untuk mendonorkan matanya, dokter tolong larang dia dan segera laporkan pada saya" pesan Rizal, dokter itu menganggukan kepalanya.

"Tapi yah......."

"Ayah gak terima penolakan!, atau kamu mau nggak ayah ijinkan bertemu Prilly!" Ali diam, bagaimana mungkin Ia mampu tidak bertemu prilly, ini sudah 5 tahun, jika sekarang dipisahkan lagi demi Tuhan Ali tidak akan sanggup untuk itu.
...
"Pagi sayang, betah banget sih tidurnya, kamu emangnya gak kangen ya sama aku" ucap Ali saat tiba diruangan Prilly, ini sudah hari ke 6 Prilly koma, dan ini hari ke 6 pula Ali cuti dari kantornya, untungnya ada Kevin yang mau menggantikannya untuk sementara.

"Aku bawain mawar putih kesukaan kamu loh, memangnya kamu gak mau nyium baunya, udah aku kasihin parfum aku biar kamu tetep bisa nyium bau aku dimana aja dan kapan aja" Ali terkekeh sendiri atas tingkah anehnya.

"Kamu kok betah banget sih disana, kamu sekarang lagi dimana?, disana pasti indah banget ya sampai kamu lama banget tidurnya. Aku boleh ikut kesana gak?" Ali terus saja berbicara seolah olah Prilly menjawab semua perkataannya, Ali tidak akan menyerah, dokter pernah bilang Prilly mendengar apa yang kita ucapkan, itu artinya Prilly pasti mendengar apa yang Ali katakan.
Ali menggenggam tangan Prilly, dan menciumnya. "Aku boleh minta sesuatu Prill?, plis kamu bangun ya, kita semua kangen kamu, kita semua butuh kamu. Aku tahu kamu pasti benci sama aku setelah kejadian dikantor itu kan?, kamu harus tahu sayang, aku kaya gitu karena aku cemburu lihat kamu sama Dimas, aku juga sih seharusnya tanya dulu ya sama kamu"

"Tapi ya mau gimana lagi, hati aku udah terlanjur panas soalnya hehehe. Aku janji setelah kamu sadar nanti, aku akan pergi dari sini dan gak akan muncul dihadapan kamu, sesuai dnegan apa yang kamu bilang, kalau kamu nyesel udah cinta sama aku, dan kamu benci sama aku. Kalau nanti kamu sadar aku akan buat seolah olah kamu nggak kenal sama aku, aku akan buat kamu lupakan cinta itu, aku janji sayang, asalkan kamu sadar ya, aku kangen kamu" air mata Ali menetes, sudah 6 hari Ia seperti ini, mengajak gadis dihadapannya bicara, namun tetap saja tidak ada respon darinya.
Ali mencium lembut kening Prilly.

"Kalau kamu denger aku, plis kasih aku tanda sayang" bisik Ali pelan, sesaat jari tangan Prilly tampak bergerak.

"Kamu denger aku, kamu respon aku sayang, Ya Tuhan makasi, kamu tunggu aku panggilin dokter dulu" sepeninggal Ali dari ruangan itu, air mata Prilly menetes.

Together with you✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang