Chapter 17: Dad, Pub and Accident

1.2K 103 10
                                        

Annabeth menekan-nekan tombol remot tv tak jelas. Menukar channel satu ke channel lainnya. Sementara itu ayahnya duduk disampingnya sambil membaca koran. Ya, ayahnya masih berada di London untuk beberapa minggu kedepan. Katanya ia ingin menemani putrinya dan sekaligus berlibur dari pekerjaannya di Indonesia. Didepannya sudah terdapat secangkir kopi hangat yang menemaninya. Suhu kota London pagi itu dingin karena hujan lebat turun tanpa henti dari semalam. Annabeth gelisah menunggu Niall yang sedari tadi tak kunjung tiba.

"Kau kenapa gelisah begitu, Ann?" tanya ayahnya heran. Ia menatap putrinya dari balik kacamatanya.

"Eh..anu..itu..."

Annabeth tak dapat menjawab pertanyaan ayahnya. Ia ingin bercerita tentang hubungannya dengan Niall, tapi ia tak tau caranya. Selama ini ia tidak pernah membicarakan laki-laki dengan ayahnya karena ia tidak pernah punya pacar sebelumnya. Tapi kini ia punya Niall.

Bel rumah tiba-tiba berbunyi disela-sela bunyi rintik hujan yang semakin melebat. Annabeth langsung meloncat dari sofa dan pergi membukakan pintu. "Biar aku yang aku buka." katanya cepat.

Begitu membukakan pintu, Niall sudah menunggu dengan menggigil. Baju dan rambutnya basah terkena air hujan. Ia memarkir mobilnya didepan rumah Annabeth dan harus berjalan beberapa meter hingga akhirnya sampai di depan pintu rumah.

"Niall oh my God kau menggigil! Ayo masuk babe," kata Annabeth merangkul Niall. Lelaki itu diam saja dan memeluk dirinya sendiri. Kemudian Annabeth berbisik pelan, "ayah dirumah."

Niall mengangguk dan mengerti. Ia segera duduk di ruang tamu. Diusapkannya kedua tangannya pelan lalu ditempelkannya ke pipi. Setidaknya itu membuatnya sedikit hangat.

"Bajumu basah, kau harus menggantinya. Tapi aku tidak punya baju laki-laki. Kau mau pakai baju kausku dulu?" tanya Annabeth. Ia mengaduk segelas cappucino yang masih hangat untuk Niall. Lelaki itu menjawab, "baiklah, tidak apa-apa."

Tanpa bersuara Annabeth beranjak ke kamarnya dan mengambil sebuah baju kaus tebal berwarna merah miliknya. Berhubung gadis itu bukanlah gadis yang feminim, jadi ia punya banyak sekali baju kaus seperti lelaki.

"Ini," katanya sambil menyerahkan baju itu. Niall menerimanya dan hendak mengganti bajunya tapi tiba-tiba ditahan oleh Annabeth, "Whops, tidak disini juga, Ni. Ayo ganti dikamar mandi sana." katanya sambil mendorong tubuh Niall ke kamar mandi. Lelaki itu hanya bisa nyengir mendengar ucapan gadisnya.

Setelah beberapa saat akhirnya Niall keluar dari kamar mandi dan kini ia sudah tidak kedinginan lagi. Ia pun berjalan kearah ruang nonton bersama Annabeth untuk menemui ayahnya. Ya, Annabeth bermaksud memperkenalkan Niall pada ayahnya.

"Yah..."

Thomas menoleh dan menatap putrinya. Lalu pandangannya jatuh kepada Niall. Ia memperhatikan lelaki berambut pirang itu. "Siapa ini, Annabeth?"

Niall langsung menyalami Thomas. "Saya Niall Horan, om."  lalu ia pun duduk bersamaan dengan Annabeth.

Thomas tersenyum. "Apa kalian...ehm?" ia menunjuk Annabeth dan Niall bergantian. Keduanya langsung senyum-senyum tak jelas. Thomas pun tertawa. "Ha-ha, okay I get it."

"Jadi kalian mau kemana hujan-hujan begini?" tanya Thomas lagi.

"Aku akan menemani Niall membeli sepatu baru. Tak apa kan, aku pergi ya yah?" jawab Annabeth.

Thomas mengangguk. "Anything for you, Mrs. Horan."

"Dad!!" protes Annabeth namun pipinya bersemu kemerahan. Niall tertawa mendengarnya, "not now, Mr. But someday she will."

"Ah yeah. Take care of my daughter. If you hurts her I'll kick your ass" canda Thomas lagi.

"I will," Kata Niall sungguh-sungguh.

Perfect StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang