...Happy Reading...
***
-Kantor Polisi-
"Lewat sini tuan." ucap salah seorang sipir kepolisian yang tengah berjalan sebagai penunjuk arah kepada pria tua dengan setelan jas mewah di belakang.
"Karena pelaku masih dalam masa penyelidikan, tuan hanya boleh mengunjunginya selama 30 menit." Ucapnya kembali setelah mereka sampai di sebuah ruang isolasi yang kedap suara.
"Itu sudah lebih dari cukup bagiku."
"Baiklah. Tuan bisa menunggu di sini."
"Hm." Pria itu bergumam sembari mengangguk ringan.
Setelah itu sang sipir meninggalkan pria tua bermata biru safir itu sendirian di ruang kunjungan yang memiliki sekat kaca antara pengunjung dengan sang penghuni sel, orang yang akan dia kunjungi.
Lima menit berselang, pria tua itu melihat seseorang masuk dari arah pintu yang berlawanan. Seorang pria paruh baya muncul dengan lingkaran hitam di bawah mata. Bahkan dia bisa melihat pria itu tampak letih, seolah dia memiliki beban berat di punggungnya.
"Kau..." Michael tampak terkejut melihat kemunculan Alfa di selnya.
"Apa kau akan tetap berdiri di sana? Duduklah, Michael."
"Kenapa kau ada di sini?" Michael berkata sinis. Tidak ada kehangatan di setiap kata yang dia ucapkan.
"Aku cukup terkejut, orang secakap dirimu bisa begitu mudah dibodohi oleh sekretarismu sendiri. Kau mau saja menandatangani dokumen yang bahkan tidak kau baca. Itu sangat ceroboh, Michael."
"Apa maumu?" Michael menggeram dengan yangan mengepal.
"Aku memiliki tangan kanan yang dapat kapan saja kuperintahkan untuk mengorek informasi tentang perusahaanmu, Michael. Termasuk tentangmu. Itu bukan hal yang sulit."
"Kenapa tidak langsung saja ke inti masalah. Untuk apa seorang Alfa mengunjungiku?"
Alfa menyadarkan punggungnya di kursi. Dia menarik sebelah sudut bibir ke atas, sehingga memunculkan sebuah senyum misterius di wajah.
"Kau tahu aku memiliki koneksi yang bisa kapan saja aku gunakan, termasuk mengeluarkanmu dari tempat ini."
"Apa kau mencoba membuat kesepakatan denganku?" ucap Michael dengan wajah kembali datar.
Alfa tersenyum kecil mendengarnya.
"Ck, kau tak pernah berubah, Michael. Aku ke sini memang ingin memberikan penawaran kepadamu."
"Apa maksudmu?"
****
"Mau sampai kapan kamu akan berdiri disitu?" Kenzo menarik tangan Angel dan membawanya masuk untuk melihat rumah barunya.
"Disini gelap. Angel tidak suka."
"Kalau gelap, kita bisa memasang beberapa lampu di sini."
"Di sini juga panas. Angel tidak tahan kalau gerah." Angel merengek sekali lagi.
"Kalau panas, kamu bisa hidupkan kipas angin atau pendingin ruangan, Sayang. Mudah kan?"
"Ranjangnya juga keras..." Angel berkata lirih dengan raut muka sedih.
"Aku akan membelikanmu ranjang yang lebih nyaman kalau kamu mau, hm?" Kenzo membelai pipi Angel dengan sapuan hangat.
Angel mengangguk lemah tanpa semangat.
"Kalau begitu, Bagaimana kalau kita sekarang belanja?"
"Belanja?"
"Iya, belanja untuk perlengkapan rumah barumu."
"Iya."
***
"Kenapa kita beli itu?" Angel menunjuk beberapa alat masak yang Kenzo taruh di troli.
"Untuk kamu gunakan nanti, Sayang."
"Untuk Angel? Tapi Angel kan tidak bisa memasak." ucap Angel yang masih setia membuntuti Kenzo dari belakang, seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
"Kalau begitu, ini saatnya kamu untuk belajar memasak."
"Tapi Angel tidak bisa..."
"Kalau belum mencoba bagaimana kamu bisa tahu."
"Nah, sepertinya ini sudah cukup. Ayo, ke kasir." ajak Kenzo seraya menggandeng tangan Angel yang sedari tadi berjalan di belakangnya.
-06.10 PM-
Setelah sibuk mengisi beberapa perlengkapan di rumah barunya, Angel yang sedari tadi belum mengisi perutnya mulai merasa lapar. Tangannya yang kosong terus saja mengusap perutnya yang keroncongan.
Kenzo yang menyadari hal itu, kemudian meminta Angel untuk segera membersihkan diri.
"Sekarang mandilah, aku akan menyiapkan makan malam untukmu."
Ketika Kenzo hendak mengupas beberapa sayuran, lagi-lagi Angel merengek untuk memintanya menunggu di depan pintu kamar mandi. Ini ketiga kalinya gadis itu menghentikan kegiatan memasaknya. Pertama Angel merengek karena banyaknya kecoa yang dia temui di bathtub. Kedua, dia kembali merengek karena suhu airnya yang begitu dingin. Lalu sekarang?
"Apa lagi?!" Kali ini Kenzo benar-benar gemas mendengar rengekan Angel.
"Lampunya mati. Angel tidak mau mandi kalau gelap!"
Kenzo kemudian mengecek saluran listrik pada kamar mandi. Memang tidak ada aliran listrik di sana. Sepertinya Kenzo harus menelpon ahli listrik untuk menangani hal ini.
"Kalau begitu kamu bisa mandi dengan pintu terbuka. Dengan begitu cahaya akan masuk di sela-sela pintu."
"Tapi tetap saja gelap. Angel tidak mau!"
"Lalu kamu maunya apa?" Kenzo memutar kedua bola matanya, jengah dengan sikap manja Angel.
"Kamu tungguin Angel di sini. Tidak boleh kemana-mana. Baru Angel mau mandi."
Kenzo melotot tidak percaya.
"Ya Tuhan!"
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Angel [21+] | END
Romance⚠ Warning: 21+, yang dibawah umur menjauh. Privat Story ⚠ *** Kisah cinta seorang gadis manja *** --Angel-- ✔ Cantik ✔ Manja ✔ Egois ✔ Angkuh ✔ Pemaksa ✔ IQ di bawah rata-rata --Kenzo-- ✔ Tampan ✔ Dingin ✔ Kalem ✔ Cerdas ✔ Posesif *** Sebagai anak...