Chapter 34 : Missing You...

221K 14.2K 651
                                    

Happy Reading

******

Satu jam.

Selama satu jam Angel duduk di sofa rumah sakit. Angel menyandarkan kepalanya yang terasa begitu pening. Sejak kedatangan kakek Alfa dua minggu yang lalu, Kenzo tidak lagi muncul untuk menjenguknya. Berbagai pertanyaanpun mulai berkecamuk di dalam kepalanya.

Apakah terjadi sesuatu dengan Kenzo?
Kenzo... kamu dimana?

"Angel, kau sudah siap?"

Lamunan Angel terputus ketika suara hangat yang terdengar berat itu datang dari arah pintu masuk dan menyapanya.

Angel melihat wajah tua sang ayah yang baru saja keluar dari penjara datang untuk menjemputnya.

Entah apa yang telah terjadi dengan keluarganya. Setelah mengetahui kebenaran tentang sang ayah yang sempat mendekam dalam jeruji besi, rasa sakit di jantungnya tiba-tiba datang melanda. Kepalanya bahkan berdenyut keras seolah ditusuk oleh benda tajam yang tak kasat mata. Harta benda yang selama ini menjadi fasilitas utamanya, sirna tanpa sisa.

Angel menatap lekat wajah Michael yang telah semakin tua. Kerutan dan lingkaran di bawah mata menjadi bukti nyata bahwa selama ini ayahnya telah banyak menderita, yang secara langsung disebabkan oleh dirinya.

Meskipun ingatannya belum sepenuhnya kembali, tetapi dia bisa melihat ayahnya telah cukup lelah atas peristiwa yang telah menimpanya ... dan Angel tidak ingin menambah luka ayahnya. Tidak.

"Iya, Angel siap."

Angel tersenyum dan berusaha menormalkan suaranya yang bergetar. Dia tidak ingin melihat wajah sedih Michael. Sudah saatnya bagi Angel untuk mandiri dan membantu meringankan bebannya.

"Kau yakin, Sayang?" Tanya Michael dengan sedikit ragu.

"Angel baik-baik saja. Ayo kita pulang." Angel bangkit dengan senyum ceria di wajah.

Angel berjalan menghampiri Michael, lalu melingkarkan kedua tangannya di lengan Michael.

Mereka keluar dari rumah sakit dan Angel menyambut matahari yang menyinari wajahnya yang pucat.

Sejak saat ini, Angel bertekad untuk memulai kehidupan barunya.

***

[5 bulan kemudian]

[09.00 PM - Restoran]

"Angel, sudah waktunya pulang!"

Seorang gadis dengan rambut kucir kuda sepunggung menoleh. Bulu matanya yang lentik menghiasi matanya yang teduh.

"Iya, sebentar." sahut Angel sembari menyeka bulir keringat di dahi.

Angel kemudian memusatkan perhatian kembali ke arah tumpukan piring yang baru saja selesai dicuci bersih olehnya.

"Akhirnya selesai juga." Angel tersenyum manis.

Angel berlari ke ruang ganti dan kembali mengenakan blouse dan rok di atas lututnya. Rambutnya yang basah karena keringat kembali dia gerai hingga terjuntai anggun.

Terhitung sudah lima bulan sejak kepulangannya dari rumah sakit, Angel akhirnya kembali melanjutkan  studinya yang tertunda. Untuk membantu meringankan beban Michael, Angel harus meluangkan waktu senggangnya untuk kerja part time sebagai pelayan restoran.

Hampir setiap hari, Angel mendapat jadwal lembur. Mau tidak mau Angel harus menyiapkan mental dan fisik. Mental, karena dia harus menahan ego-nya ketika tidak sedikit para pelanggan yang berani menggodanya, termasuk para pegawai pria pun ikut andil di dalamnya. Dari segi fisik, Angel menjadi lebih mudah lelah. Tidak jarang dia mendapat teguran dari Profesor Carlos karena ketahuan tertidur di kelas. Mungkin karena itu pulalah, dia kembali mendapat celaan dan hinaan dari teman-temannya.

Teman?

Angel selama ini kesulitan mendapat sosok teman ataupun sahabat. Karena selama ini pula, dia hanya bergantung pada laki-laki itu. Lelaki yang kini telah menghilang. Menghilang tanpa sedikitpun jejak.

Angel menghembuskan nafasnya, pelan. Matanya kembali terbuka saat semilir angin malam datang menerpa kulit wajahnya.

"Kenzo..." Air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. Air mata kerinduan yang begitu lama tersimpan di lubuk hatinya yang terdalam harus jatuh pada malam yang sunyi ini. Berdiri di depan halte yang tidak jauh dari restoran membuatnya terlihat semakin merana.

"Malam-malam seperti ini tidak ada bus. Ayo, aku antar." Seorang pria datang mendekati Angel.

Jimmy, pegawai senior yang tingkatannya berada di atas Angel, yaitu chef.

"Tidak perlu, Angel bisa pulang sendiri." tolak Angel, risih.

"Gadis sepertimu tidak baik pulang malam-malam. Ayolah, aku antar." Jimmy kembali memaksa, namun kali ini, pria berusia matang itu terlihat semakin agresif.

Beruntung dari arah jalan raya, sebuah mobil datang. Angel melambaikan tangan untuk menghentikan taksi yang sedang berjalan ke arahnya.

"Angel naik taksi saja. Terima kasih." Angel meninggalkan Jimmy yang masih berdiri dengan wajah kesal dan kecewa.

"Tapi.."

"Jalan, Pak." pinta Angel, takut jika Jimmy tetap memaksanya.

Setelah menyebutkan alamat kepada sang supir, Angel kembali memejamkan mata. Angel benar-benar lelah... Angel ingin istirahat...

Begitu lelah sampai Angel tidak menyadari bahwa taksi yang dia tumpangi telah berhenti di sebuah pemukiman kumuh.

Angel masuk ke dalam rumah yang jauh dari kata layak.

Michael menyambut kedatangan anak semata wayangnya dengan wajah yang diselimuti rasa cemas.

"Kenapa baru pulang, Angel?"

"Ehm... Angel baru saja dari... dari rumah Jessica, Pah. Sebentar lagi kampus akan mengadakan prom night." Angel berubah kikuk dengan jemari tangan saling bertaut.

"Lalu, ada apa dengan tanganmu? Kenapa tanganmu terluka?" Michael meraih tangan kiri Angel. Luka gores yang cukup dalam menghiasi telapak tangannya yang halus.

"Ini.. tadi Angel terjatuh.... Ehmm.. Angel ke kamar dulu ya, Pah! Angel capek." Angel buru-buru mencium pipi Michael sebelum akhirnya pergi meninggalkan Michael yang masih berdiri diam.

Angel menutup pintu kamar dan bersandar dengan sedih.

"Maaf... Angel bohong."

***

Sudah tiga jam sejak laki-laki jangkung bermata biru safir itu berdiri diam di depan sebuah rumah sederhana dengan pagar besi berkarat. Pemuda itu setia memandangi jendela kamar yang dihuni oleh seorang gadis. Dia berusaha menyembuhkan kerinduan yang tertahan di ruang hatinya yang dipenuhi oleh duka.

Beberapa jam yang lalu... dari jauh, pemuda itu sempat melihat garis pucat dan kelelahan sang gadis pujaan. Dia ingin berlari dan memeluk tubuhnya, lalu mengatakan betapa dia sangat mencintainya.

Bahkan ketika pemuda itu melihat seorang pria asing dengan agresif mendekati gadis-nya, dia ingin sekali menghajarnya. Namun semua itu dia tahan karena permintaan seseorang.

Ya... seseorang telah melarang untuk menemui-nya.

"Sudah kuduga kau ada disini, Kenzo."

Completed only order to playatore ya

Completed only order to playatore ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Spoiled Angel [21+] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang