(8) Honeymoon (a) : Punishment (1)

213K 9.1K 170
                                    

🛑 WARNING 🛑

Versi wattpad dan ebook di playstore beda ya. Kalau kalian beli ebooknya, silahkan baca dari awal ya :)

*****

"Angel itu hanya masa lalu. Sejak awal hanya kamu yang kucintai. Tidak ada yang lain."

Suara Kenzo disertai dengan gedoran pintu yang begitu keras hingga memenuhi ruangan.

Angel menutup kedua telinganya. Matanya terpejam, penuh air mata.. Tak ingin mendengar lebih jauh ucapan Kenzo. Tidak!

Kalau Angel ada di hati kamu, kenapa dulu kamu melakukannya dengan wanita lain?

"Kenapa kamu bohong."

Angel memeluk kedua lututnya dengan air mata luruh tak terbendung di wajahnya. Dinginnya lantai marmer tak mampu menghapus kesedihan di hatinya.

Gadis itu menangis sesenggukan. Setegar apa pun Angel, dia tetaplah gadis yang rapuh. Dia terlalu mencintai Kenzo. Pria yang kini telah resmi menjadi suaminya.

Entah sudah berapa Angel bersandar di depan pintu, tetapi perlahan-lahan pandangannya mulai mengabur dan tampak begitu berat untuk terbuka. Kesadaran telah meninggalkan gadis bersurai pirang sepinggang itu, lalu membawanya ke dalam mimpi--alam bawah sadarnya.

****

Angel merasakan seberkas cahaya kecil datang dari balik jendela. Silau menerpa kornea matanya. Matanya berkali-kali mengerjap untuk menyesuaikan cahaya itu dengan indra penglihatannya. Angel merasakan ranjang empuk menyentuh kulitnya yang sensitif. Namun, lebih dari itu, Angel merasakan sesuatu. Sesuatu yang membuat kedua matanya tiba-tiba terbuka lebar. Sebuah tangan kokoh kini memeluk tubuhnya dengan posesif. Deru nafas beraturan berhembus di tengkuk dan lehernya. Aroma yang dikenalnya tercium di hidungnya.

Angel menoleh dan seketika itu pula matanya terbelalak. Dia melihat tengan Kenzo berbaring di sampingnya.
Bagaimana Kenzo bisa masuk? Seingatnya dia telah mengunci pintu kamarnya. Saat itu dia tengah menangis, lalu ... Angel tidak ingat lagi ....

"Kamu sudah bangun, Sayang?"
Angel merasakan kemampuan bicaranya lenyap. Dia hanya bisa menatap Kenzo, melekatkan pandangannya pada mata biru safirnya yang kini telah terbuka, menatapnya.
Kenzo menatapnya begitu dalam. Matanya seolah menunjukkan bahwa dia telah terbangun cukup lama dibandingkan dirinya.

"Apa kau masih marah padaku?" Buku jarinya mengusap pipi pucat Angel. Rona merah gadis itu tak lagi menghiasi wajahnya, tidak nampak seperti biasanya. Pertanda bahwa gadis itu masih sakit hati padanya.

***

Kenzo memijat keningnya yang terasa pening. Dua hari ini, Angel tiada henti untuk mengabaikannya. Bahkan setiap sentuhannya selalu Angel tolak mentah-mentah. Mulutnya setia membisu ketika Kenzo mengajaknya bicara. Seperti pepatah, ketika sebongkah es krim yang lezat tepat di depan matamu, begitu inginnya kau untuk memakannya, tetapi kau tidak bisa merasakannya. Seperti itulah kondisi Kenzo saat ini. Berada dalam satu atap dengan Angel, tetapi dia tidak bisa sehelai pun menyentuhnya.

Benar-benar menyesakkan.

Kenzo mengusap wajahnya. Dia kembali berdiri dari kursi, lalu meraih kaleng beer dari dalam lemari pendingin. Baru satu tegukan, matanya kemudian tertarik lurus ke arah jarum jam sepuluh.

Kenzo hampir saja tersedak.

"Malam-malam seperti ini, kamu mau ke mana?" Kenzo yang berada di mini bar meletakkan kaleng kecil minuman itu dari tangannya ke atas meja. Dia berjalan menghampiri Angel yang baru saja keluar dari dalam kamarnya dengan penampilan berbeda.

Kenzo melihat penampilan Angel dari atas ke bawah dengan mata memicing tajam. Rok mini di atas lutut warna pink soft yang di padukan dengan atasan tanpa lengan warna putih. Perpaduan antara warna pakaian dengan kulit Angel yang memberikan kesan sexy, nakal, dan cantik bersamaan. Rambut pirang yang sengaja Agel ikal di ujungnya tergerai indah ke depan, menutupi dadanya yang membusung.

Rahangnya tiba-tiba mengeras. Baru melihat penampilan Angel saat ini saja, sudah membuat juniornya tegang. Bagaimana kalau dia sudah membuat tubuh gadis itu telanjang.

Tanpa sadar tangan Kenzo terkepal. Ini bukan waktunya memikirkan hal itu!

"Dengan pakaian seperti ini, kamu mau ke mana?" Kenzo menarik langkahnya ke kiri mengikuti langkah kaki Angel.

Angel membalas pertanyaan Kenzo dengan mulut terkatup rapat. Dia berjalan ke kanan, tetapi diikuti oleh Kenzo. Begitu pun sebaliknya, hingga gadis itu kesal.

"Ish minggir!" Angel mengerecutkan bibinya, lalu mendorong dada Kenzo untuk menyingkir dari hadapannya.

"Katakan dulu, kamu mau ke mana, Sayang?" Kenzo kini berbalik menahan lengan Angel. Suaranya mendesis penuh ketegasan ketika pria itu memanggil 'sayang'.

"Bukan urusan kamu!" Angel mendongak karena high heels-nya tak mampu menyamai tinggi Kenzo.
Matanya bertemu pandang dengan mata biru safir Kenzo yang tampaknya tengah menahan sesuatu. Amarah?

"Aku suamimu. Aku berhak mengetahui dan menyetujui kapan, di mana, dan dengan siapa kamu boleh pergi," desis Kenzo begitu dekat dengan bibir Angel. Nafasnya menyapu wajah cantik Angel.
Angel menggigit bibirnya. Tubuhnya yang sempat menegang, dengan sekuat tenaga menarik diri ke belakang.

Entah mendapat keberanian dari mana, Angel kemudian mengangkat sebelah kakinya dan menginjak kaki Kenzo yang telanjang tanpa lilitan sepatu.

"Argh!" Kenzo mengaduh kesakitan. Tangannya mengusap permukaan kakinya yang mulai membengkak.
Angel yang sempat tertegun, kembali tersadar. Dengan langkah lebar gadis itu berjalan cepat meninggalkan Kenzo, menuju ke arah pintu utama. Dia meraih kenop dan memutarnya, lalu membuka pintunya lebar-lebar.

"Angel!"

Angel menghiraukan teriakan Kenzo. Dia berjalan cepat, nyaris berlari ke arah lift. Tangannya memencet tombol berkali-kali. Angel tidak berani menoleh ke belakang. Dia takut. Sampai beberapa detik berikutnya pintu lift terbuka untuknya.

Angel masuk dengan langkah tergesa. Saat dia memencet tombol penutup, dia melihat Kenzo tengah berlari menuju ke arahnya. Angel menarik kakinya mundur hinga punggungnya menyentuh dinding. Kedua tangannya memeluk dadanya rapat-rapat.

"Angel! Jangan pergi!"

Sebelum Kenzo dapat menginjakkan kakinya ke dalam, pintu lift telah terlebih dahulu tertutup.

Baru kali ini Angel merasa takut dengan Kenzo.

***

"Anjing!"

Baru kali ini Kenzo mengumpat dengan kata makian kasar. Diliriknya jam pada pergelangan tangan kanannya. Pukul sembilan malam. Cukup larut untuk seorang gadis seperti Angel keluar tanpa pengawal atau dirinya.

"Angel, kamu benar-benar ...." Kenzo mengeram.

Ting!

Pintu lift kembali terbuka. Kenzo masuk dan memencet tombol pada basement.

"Lihat saja nanti. Aku akan menghukummu, Angel."

My Spoiled Angel [21+] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang