Chapter 1 : Manja vs Dingin

612K 24.8K 503
                                    

--Happy Reading--

****

"Bi, Bibi!" Angel berteriak dari atas tangga spiral. Mata hazelnya tertuju ke arah gazebo, tempat sang pengasuh sekaligus kepala pembantu rumah tangganya saat ini berdiri. Dialah Marta.

Marta yang tengah asyik dengan bunga Gardenia—bunga yang dahulu dipelihara oleh mendiang ibu Angel, Mariana Keanu Russell—menghentikan aktivisnya untuk sejenak.

Marta menoleh dan melihat wajah cantik nona mudanya diselimuti kabut gelisah.

"Ada apa nona?" Marta sangat mengenal sifat Angel. Marta sudah mengasuh putri dari mendiang Mrs. Russell hampir belasan tahun, tepatnya sejak Angel berusia 6 tahun. Usia di mana nonanya kehilangan sosok seorang ibu. Mungkin dari situlah, sikap manja, keras kepala, pemaksa, dan cengeng mulai terbentuk dalam diri Angel, yang notabene adalah anak tunggal dari pasangan Mariana dan Michael. Putri satu-satunya dari pemilik Russell School.

"Nona butuh sesuatu?" Tanya Marta seraya memandang penampilan majikannya dengan perasaan gusar.

Penampilan Angel kali ini sangat berbahaya. Masih memakai dress tidur satin di atas lutut, berhasil mengeskspos tangan dan kaki jenjangnya yang indah. Meskipun begitu, bukannya tampak buruk, saat ini penampilan nonanya malah semakin menawan dan pastinya akan mengundang gairah bagi kaum adam yang melihatnya.

"Kenzo mana, Bi?!" tanya Angel dengan suara yang sedikit tersenggal, karena dia baru saja lari dari kamar tidurnya yang berada di lantai dua menuju ke Gazebo. Angel terkejut karena tidak mendapati sosok laki-laki itu di kamarnya.

"Oh, Kenzo ada di halaman, nona Jessica..."

"Jessica?!" Wajah Angel berubah padam. Tanpa mencoba untuk mendengar penjelasan dari Marta, Angel berlari meninggalkannya sendirian.

"Nona! Tunggu!"

Angel mengabaikan teriakan Marta. Baginya mencari Kenzo adalah fokus utamanya.


Angel mempercepat larinya saat indera pendengarannya menangkap percakapan dua sampai tiga orang di halaman.

Kenzo?!

***

"Sore ini?" Kenzo mengerutkan dahinya, bingung.

"Iya, pelatih meminta kami memberitahumu, sparing basket akan diadakan besok. Apa kau bisa ikut latihan sore ini?" Ajak Jessica.

"Entahlah Jessica, aku..."

"Ayolah, Zo, latihan tidak akan asyik kalau kau tidak hadir." Sahut pemuda berambut cokelat.

"Aku tidak janji Tom. Aku kira sparing masih beberapa minggu lagi." Kenzo mengusap tengkuknya.

"Iya, tapi Rey ingin memajukan waktunya. Kau mau tim kita dipermalukan oleh si brengsek Rey?" Tukas Tom dengan nafas memburu. Jika melihat reaksi Tom, Kenzo yakin Tom masih menyimpan dendam pada Rey, laki-laki berwajah oriental yang pernah mengalahkan tim basket kampusnya, tepatnya sebelum dia bergabung dalam tim.

Kenzo menyisir rambut pirangnya ke belakang dengan bimbang. Padahal sore ini dia ada janji dengan Angel.

"Bagaimana, Zo?" Tanya Jessica sekali lagi.

"Tidak bisa!"

Suara Angel membuat Kenzo dan dua orang lainnya menoleh. Kenzo mengerutkan dahi, melihat penampilan Angel. Jessica bergumam tidak suka, sementara Tom tampak terpana melihat Angel. Matanya bahkan tidak berkedip.

"Jaga matamu, Tom." Kenzo mendorong bahu Tom.

"So-sorry." Tom menarik sudut bibir ke atas sehingga membentuk sebuah senyum gugup. Tom lupa Kenzo ada disampingnya. Kalau tidak segera memalingkan wajah, bisa-bisa Tom dibunuh olehnya.

Kenzo kembali mendaratkan matanya pada Angel yang masih berdiri di depan pintu.

"Jangan ikut campur. Masuklah." Perintah Kenzo dengan suaranya yang dingin.

Angel menggigit bibir bawahnya, tersinggung. Dia menghentakkan kakinya dengan kesal. Entah atas dorongan apa, Angel kemudian mengaitkan kedua tangannya ke lengan laki-laki yang kini tengah menatapnya dengan sinis.

"Ini rumah Angel, jadi terserah Angel mau apa!" Angel berusaha melawan.

"Oh ya? Dan ayahmu memintaku untuk menjagamu." Kenzo melepaskan pelukan gadis itu di lengannya.

"Tapi Angel sudah besar!" Angel mengangkat dagunya ke atas, meskipun dalam hati dia sedikit takut.

"Ya, cuma tubuhmu saja yang berkembang, tapi otakmu tidak."

Angel kembali menggigit bibirnya. Tidak tahu lagi apa yang harus dia ucapkan. Kenapa di depan orang lain Kenzo selalu bersikap cuek dan dingin kepadanya, sementara dengan orang lain sikapnya selalu hangat.

Angel menoleh ke arah Jessica dan Tom. Mereka berdua menatap dirinya dengan tatapan iba. Lalu dia kembali menatap Kenzo, yang kini kembali melihatnya dengan ekspresi tidak terbaca.

Tidak ingin dipermalukan untuk kedua kalinya, Angel berlari dan meninggalkan mereka.

***

Angel menghempaskan tubuhnya di ranjang. Dia memeluk boneka teddy, boneka pemberian mendiang ibunya, Mariana.

"Hiks.. pembohong! Angel benci! Benci!"

Mata hazelnya kemudian berhenti pada sebuah lampu tidur. Lalu dengan satu raihan kasar, Angel melemparnya.

Prang!

Suara pecahan itu datang bersamaan dengan suara pintu terbuka.

Ceklek!


"Nona? Nona kenapa?" Marta mulai khawatir karena nonanya tidak berhenti melempar barang.

Prang!

Angel melempar vas bunga di samping tempat tidur, hingga pecahan kaca berserakan di lantai marmernya.

"Nona, awas!"

"Ah!" Angel mengaduh ketika kaki polosnya menginjak pecahan kaca.

Angel akhirnya jatuh lemah di lantai. Tangisnya pecah dan berhasi membuat rasa cemas Marta bertambah tiga kali lipat dari sebelumnya.

"Hiks, sakit Bi!"

"Mana yang sakit, nona?" Marta melihat luka gores di kaki Angel dengan khawatir.

"Inilah buktinya. Kau sama sekali tidak dewasa."

Kenzo?

Angel buru-buru mengusap air mata di pipi. Dia melihat Kenzo berdiri dengan santainya di depan pintu. Kedua tangan terlipat di dada dengan sikapnya yang pongah.

Lama terdiam, Kenzo akhirnya berjalan menghampiri Angel. Kenzo berjongkok seraya melihat luka di kakinya. Mata lelaki itu kemudian kembali jatuh pada wajahnya yang dipenuhi air mata.

"Bibi, tolong siapkan air hangat dan kotak P3K." Perintah Kenzo tanpa mengalihkan matanya pada Angel.

-TBC-

My Spoiled Angel [21+] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang