Tania memutar bola matanya kesal karena Dika gak berhenti nanya hal yang sama dari selesai dia potong rambut. Rambut yang semula belah tengah mirip sama rambut-rambut aktor telenovela tahun sembilan puluhan, kini tergantikan dengan rambut pendek yang mungkin hanya berukuran sekitar dua centimeter dari kulit kepala.
"Serius gak kependekan, kan? Ini potongan rambut terpendek gue, sumpah."
Pertanyaan-pertanyaan itu diabaikan oleh Tania. Saat ini, mereka berdua ada di Kota Kasablanka alias Kokas buat nonton film. Ini juga sudah hampir setengah jam mereka keliling Kokas yang emang luasnya minta ampun buat nyari di mana letak bioskop. Tania jarang ke Kokas dan ini kali pertama Dika ke Kokas.
"Dik, mending tanya ke satpam, bioskopnya di mana," Tania menyarankan karena mulai lelah mencari, tapi gak ada tanda-tanda kalo mereka akan nemuin itu bioskop.
"Dika!" Tania menoleh dengan kesal karena gak ada respon dari cowok itu. Tania mendengus kesal mendapati Dika yang sibuk menatap pantulan wajahnya di layar ponsel. Bukan, bukan wajah sebenarnya. Yang dia lihat adalah potongan rambutnya yang sekarang menurutnya sangat aneh.
"Seriusan, gue cocok gak, sih, pake gaya rambut kayak gini? Gue ngerasa aneh banget."
Tania memutar bola matanya. "Enggak aneh, Dika! Lo jadi keliatan lebih macho dan lebih dewasa. Suwer, deh!" Tania berusaha meyakinkan, mengangkat dua jari membentuk huruf V dan memasang wajah serius yang dibuat-buat.
Dika memicingkan mata. "Gue nyesel nyuruh lo yang milihin gaya rambut baru gue. Kalo tau kayak gini, mending gue nyukur sendiri."
"Lagian siapa suruh nyuruh gue milihin gaya rambut lo tadi? Kan, gue udah bilang berkali-kali kalo gue gak paham sama rambut cowok dan lo malah bilang kalo lo suka sama pilihan gue tanpa ngeliat gambar modelnya. Beginilah jadinya." Tania melipat tangan di depan dada sambil mengerucutkan bibir.
Sekali lagi, Dika melihat pantulan bayangan wajahnya di layar ponsel lalu, menata sedikit rambut barunya. Cowok itu akhirnya, memilih buat pasrah dan mengikhlaskan kekerenannya berkurang karena gaya rambut yang menurutnya terlalu pendek. Padahal, biasa aja. Gak pendek-pendek banget. Dika-nya aja yang terlalu sayang sama rambut gondrongnya.
"Ya, udah. Ayo, nonton. Ngapain berhenti di sini?" Dika bahkan baru sadar kalo dia sama Tania malah berhenti tepat di depan toko yang menjual mainan anak-anak.
Tania mendengus kesal. "Lo tanya satpam, deh. Bioskopnya di mana. Di lantai berapa. Patokannya apa. Soalnya gue gak tau dan gue yakin, lo juga gak tau."
Tania gak tau harus ngomong apa lagi pas Dika faktanya kembali mengaca dan memastikan rambutnya dalam keadaan baik-baik saja. Tania gak habis pikir, seorang Andika Mahendra Putra bisa sepanik ini hanya karena rambutnya yang dipotong kependekan. Salah Tania juga, sih. Habisnya, waktu dikasih katalog, Tania langsung nunjuk yang modelnya adalah Big Boss alias Song Joongki waktu main di Descendant of the Sun alias model rambut pendek ala tentara Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebut
Teen Fiction"Gue suka cewek lo, Bro. Gak papa, kan, kalo gue rebut dia dari lo?" Awalnya, Ichbal mengira kehadiran sang sepupu, Dika, di sekitarnya tak akan merubah hubungannya dengan sang kekasih, Melody. Siapa sangka, kehadiran Dika membawa banyak keraguan da...