17 : Nunggu Reda

347 66 8
                                    

Melodi Nathania Chandra menggosok-gosokan telapak tangan, sambil sesekali memanaskan telapak tangannya itu dengan napasnya sendiri. Beberapa teman satu tempat les dengannya juga melakukan hal yang sama, mereka kedinginan. Hujan turun dengan deras tepat saat kelas mereka selesai dan mereka terpaksa harus berteduh di teras gedung tempat les mereka.

Sebuah mobil berhenti dan salah satu teman les Tania menepuk bahu Tania sambil berkata, "Tan, gue duluan," sebelum masuk ke dalan mobil yang langsung membawanya menjauh dari tempat tersebut.

Tania merekatkan pelukan untuk dirinya sendiri. Cuaca kota Jakarta jelas bukan sesuatu yang mudah diprediksi. Padahal, pagi hari tadi Tania nonton perkiraan cuaca yang katanya bakal cerah sampe sore. Tapi realisasinya? Jam 5 hujan turun dengan deras.

Cewek itu mengedarkan pandangan ke sekeliling sebelum memilih untuk duduk di anak tangga teratas menuju pintu masuk tempat lesnya. Tania duduk sambil masuk menggosok-gosokkan telapak tangannya. Wajah gadis itu yang sedari awal memang pucat tambah pucat karena dinginnya angin yang berhembus. Ditambah percikkan air yang beberapa kali mengenai kulit tubuhnya.

Tangan Tania mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Baterai ponselnya masih tersisa dua puluh persen dan jika dia memainkan ponselnya itu sambil menunggu hujan reda, bagaimana jika ponselnya mati sehingga, dia gak bisa pesan GoJek buat antar dia pulang?

Masa bodoh, Tania nyalahin ponselnya dan mendapati beberapa pesan masuk yang muncul di layar. Dari sang Ibu.

Tania, kamu pulang sama siapa? Ujan deres, ya? Mama sms Papa, ya. Biar sekalian pulang dia jemput kamu.

Tania memejamkan mata dan menggeleng. Bukannya dia gak mau dijemput Papanya—Papanya itu baik, kok, hanya saja Tania benci dengan jenis percakapan yang akan dihadapinya tiap ditinggal berdua dengan pria paruh baya yang bukanlah ayah biologisnya. Papanya pasti akan melakukan pembicaraan berat yang intinya meminta Tania biar bisa ngikutin jejak dia menjadi dokter. Tania gak mau jadi dokter.

Tania membalas singkat pesan sang Ibu: Gak usah, Ma. Aku naik GoJek aja.

Cewek itu men-scroll pesan selanjutnya yang masuk. Dari sang pacar, Ichbal. Tapi sekitar dua jam lalu yang berarti pas Tania lagi belajar dan pesannya gak pernah bener. Selalu bikin Tania gondok sendiri bacanya.

Lagi apa, Yang? Kangen, nih.

Tania memutar bola matanya dan mendengus. Ichbal itu kepinteran atau sangat pinter, ya? Tiap mau berangkat les, Tania selalu kasih tau dia. Entah ketika mereka ketemuan di kantin ataupun via sms atau telepon kalo kelupaan ngomong pas di kantin. Ichbal juga tau durasi les Tania. Ngapain pake nanya lagi? Duh.

Baru mau bales pesannya Ichbal, line Tania bunyi. Menandakan ada pesan masuk dan nama Andika tertera di sana. Tania mengurungkan niatannya buat bales pesan Ichbal dan langsung buka line dari Dika, seenggaknya pasti lebih berfaedah dari pesannya Ichbal.

Melodi
• Lo masih di tempat les?
• Mau bareng gak? Gue baru balik nih.

Mata Tania menyipit membaca line yang baru saja Dika kirimkan kepadanya. Dia baru balik? Darimana? Bukannya tadi pas bel pulang sekolah dia langsung balik?

Tania yang penasaran segera membalas line dari Dika.

• Darimana lo?
• Kok baru balik?

Gak sampe semenit, Tania udah dapet balasan dari Dika yang berarti itu cowok lagi bener-bener stand by mantengin ponselnya.

• Ada, deh.
• Mau bareng gak jadinya?

Tania mendengus kesal membaca balasan dari Dika sebelum langsung membalas pesannya. Dika ngerahasiain sesuatu dari Tania dan entah, kenapa Tania kesal. Padahal, emang kenapa kalo Dika punya rahasia? Emang Tania harus tau semua rahasia Dika? Siapa Tania?

RebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang