26 : Egois

331 64 5
                                    

Tahun baru, semangat baru. Itu pasti yang diharapkan banyak orang ketika memasuki tahun baru. Termasuk bagi Ichbal dan kawan-kawan yang nyatanya masih tepar di dalam kamar Ichbal sejak acara semalam.

Mereka baru tidur pukul 3 pagi dan sampai sekarang pukul 9 pagi, belum ada tanda-tanda kalau salah satu dari empat orang yang tidur di kamar itu bangun. Sebenarnya mereka gak langsung tidur setelah acara selesai. Kalo cowok ngumpul mereka ngapain, sih? Yap. Nonton bokep koleksinya Ichbal dan Dika cuma berharap kalo Helena yang tidur di kamarnya yang berada tepat di samping kamar Ichbal bisa tidur dengan tenang tanpa dengar suara-suara laknat film yang dia tonton.

Anisa, Ines dan Tania tidur di kamar tamu dan Helena tidur di kamar Dika. Kenapa? Karena Dika yang maksa Helena buat tidur di kamarnya. Tadinya, Dika juga nawarin Tania buat tidur di kamarnya, tapi Tania langsung nolak saat tau dia bakal sekamar sama Helena. Tania benci banget sama Helena.

Di antara semua cewek, Tania juga yang bangun lebih awal. Tania bangun beberapa menit lalu dan saat dia ke luar kamar, hidungnya sudah menangkap aroma nikmatnya sebuah makanan. Tania ngikutin aroma itu sampai nemuin Mami Sekar lagi masak di dapur.

Kedatangan Tania langsung dirasakan oleh Mami Sekar yang noleh dan senyum ramah ke Tania. "Selamat pagi, Tania."

Tania senyum canggung. "Pagi, Tante."

Mami Sekar menghidangkan banyak makanan di meja makan dan sukses bikin Tania ngiler saking pengennya. Tapi Tania gak mau makan sendiri. Lagian gak enak juga kalo dia yang pertama makan di saat yang lain nanti-nanti makannya.

"Sarapan aja dulu, Tan. Yang lain nyusul. Pasti pada kecapekan. Tidurnya malem." Mami Sekar seperti dapat membaca raut kelaparan Tania.

Tania ragu-ragu buat makan duluan, tapi masa bodoh. Aroma masakan Mami Sekar benar-benar menggoda. Nasi goreng plus telor plus ayam plus sosis. Tania ambil piring dan nyendok porsi buat sarapannya sendiri bersamaan dengan munculnya seseorang di pintu dapur.

"Pagi."

Tania dan Mami Sekar noleh, mendapati Andika Mahendra Putra yang berdiri bersandar pada kusen pintu dengan hanya mengenakan kaus putih oblong dan celana pendek berwarna hijau.

"Pagi, Dika. Ayo, sini. Sarapan dulu sambil nunggu yang lain bangun. Mumpung masih anget." Ajak Mami Sekar dan Dika nurut.

Dika melangkah menuju meja makan dan menarik kursi yang berhadapan dengan Tania. Dika ngambil piring dan nyendok nasi goreng untuknya sarapan. Mami Sekar berpamitan untuk ke luar setelah mendengar seruan tukang sayur yang biasa kelililing di kompleks tempat tinggalnya.

"Tidur nyenyak?"

Tania menghentikan makannya mendengar suara Dika itu. Dika bertanya sambil menyendok nasi dan meletakkannya di atas meja, tanpa melihat Tania sedikitpun. Tania menghabiskan nasi goreng di mulutnya dulu sebelum menjawab, "Sedikit."

Kali ini, Dika noleh dan Tania bisa lihat mata sayu cowok itu yang tertuju padanya. "Kan, gue udah nawarin lo buat tidur di kamar gue bareng Helena. Daripada harus pepet-pepetan di kamar tamu sama pacarnya Indra dan Dito. Kasur gue juga lebih lega dari kasur di kamar tamu dan ruangan gue bersih."

Tania menggeleng. "Enggak. Makasih."

Dika menyuap suapan pertamanya, mengunyah dan menelan, baru kembali berkata, "Lo benci banget sama Helena, ya? Cuma karena masalah sepele yang bahkan udah jadi masa lalu?"

Mata Tania melotot mendengar pertanyaan Dika. "Lo gak tau apa-apa, Dik!"

Dika senyum tipis dan ngangguk. "Iya, gue gak tau. Gimana kalo lo kasih tau gue sekarang, apa alasan yang buat lo benci banget sama Helena?"

RebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang