29 : Selesai UN

339 65 3
                                    

Ujian Nasional selesai per hari ini dan murid-murid kelas 12 SMA tentunya merayakan kebebasan mereka, termasuk murid-murid kelas 12 SMAN 365 Jakarta yang mengadakan pesta di lapangan kosong gak jauh dari sekolah. Pesta aneh bernama coret-coret seragam padahal, mah, baru kelar UN, bukan baru lulus sekolah. Lagipula, ngapain juga coret-coret seragam kalo seragamnya bisa disumbangin biar lebih bermanfaat. Itulah yang ada di otak Tania ketika duduk di saung bersama murid-murid lain yang gak mau ikutan coret-coret seragam.

"Kamu beneran mau masuk ITB atau UGM?"

Tania yang sedang duduk tenang menoleh dan mendapati Ichbal yang sudah duduk di sampingnya. Dengan seragam penuh piloks dan tanda tangan murid-murid lainnya. Tania memutar bola matanya.

"Lulus aja belom, udah coret-coretan."

Ichbal nyengir lebar sebelum merogoh saku celana abu-abu yang dia kenakan, mengeluarkan spidol papan tulis tinta merah yang terlihat masih dibungkus plastik alias masih baru. Ichbal membuka plastik pembungkusnya sambil berkata, "Aku udah nyiapin spidol khusus buat kamu, warna merah. Kamu tanda tangannya di sini, ya? Tepat di depan jantung aku." Ichbal menunjuk bagian kemeja di tengah dadanya dan menyodorkan spidol kepada Tania.

"Tapi letak jantung bukan di situ." Tania merah spidol yang sudah dibuka Ichbal sambil tertawa.

Giliran Ichbal yang memutar bola matanya. "Gak peduli. Yang penting kamu akan selalu punya tempat spesial di hati aku."

"Hati juga bukan di situ letaknya," Tania berkomentar dan kembali tertawa.

Ichbal mengerucutkan bibirnya. "Iya tau yang anak IPA. Aku mana tau wong aku anak IPS." Ichbal bersedekap dan Tania tersenyum sebelum menggerakkan tangannya untuk menjauhkan tangan Ichbal. Ichbal senyum lebar melihat Tania yang menulis sesuatu di bagian kosong seragam putih Ichbal yang memang sengaja dia disiapkan untuk Tania.

"Selesai." Tania menatap bangga tulisannya.

Ichbal tersenyum membaca tulisan Tania yang ada di seragam putihnya. Tulisannya adalah: Tania Ichbal Dekil.

"I love you, too, Imel." Ichbal berucap sambil monyong-monyong yang dihadiahi cubitan di pinggang oleh Tania. Ichbal minta ampun dan Tania berhenti. Keduanya saling menatap dalam diam sebelum Tania menundukkan kepala dan menghela napas.

"Kamu satu ruangan sama Dika gak, Mel? Gak keliatan itu anak dari tadi." Ichbal buka suara lagi dan Tania diam, gak menjawab.

Ichbal beralih menatap teman-temannya yang masih asyik bercengkrama riang sambil tersenyum tipis.

"Kamu sama Dika kenapa?"

Tania diam walau sejujurnya dia terkejut saat Ichbal menanyakan hal itu. Tahu darimana Ichbal jika Tania dan Dika sedang gak berada di hubungan yang cukup bagus?

"Jujur, emang aku gak suka ngeliat kamu terlalu dekat sama Dika. Sampe orang-orang mempertanyakan kamu itu pacaran sama Dika atau aku." Ichbal menundukkan kepala dan memejamkan mata lalu melanjutkan, "Tapi ngeliat kamu sama Dika sekarang..gak tau, deh aku salah liat atau apa. Kalian kayak orang asing yang ngehindarin satu sama lain."

Ichbal menoleh menatap Tania yang masih menundukkan kepala. "Aku gak suka ngeliat kamu deket banget sama Dika, tapi aku gak suka juga ngeliat tingkah kalian sekarang yang mirip orang asing. Bisa gak, sih, kalian bersikap normal? Maksudnya, gak deket banget kayak dulu, tapi gak kayak sekarang juga."

Akhirnya, Tania mengangkat wajah dan menoleh menatap Ichbal. Tania mau berkata sesuatu, tapi dia menahan diri dan menggelengkan kepala.

Ichbal menggerakkan tangannya meraih tangan Tania, menggenggamnya erat.

RebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang