BONUS : Dika & Helena

1.1K 65 16
                                    

Jakarta, Desember 2014

Andika Mahendra Putra menghela napas tanpa berbuat apapun saat cewek berambut panjang kecokelatan yang kerapkali ditemuinya di UKS, sedari tadi benar-benar mengabaikan keberadaannya. Sudah hampir setengah jam Dika berada di sana, berharap agar Helena mau mengajaknya bicara sekaligus menghibur Dika mengingat cowok itu baru saja sembuh sakit dan sudah diberi lagi sakit hati karena kebersamaan Ichbal dan Tania. Meskipun Dika setengah mati mengelak jika dia patah hati. Dia selalu bilang, dia akan mendukung Ichbal dan Tania, apapun yang terjadi.

"Abriana."

Helena memejamkan mata sekilas sebelum kembali sibuk dengan kegiatan membersihkan ranjang UKS-nya. Sebenarnya itu bukan pekerjaan Helena, tapi dia benar-benar harus melakukan sesuatu sehingga dapat mengabaikan Dika.

Terdengar childish memang, tapi Helena mulai jengah mendengar kabar burung tentang Dika yang menjadi perusak hubungan Ichbal dan Tania. Entah kenapa, Helena kesal dengernya. Enggak, Helena gak pernah ngerestuin Ichbal dan Tania, tapi jikapun mereka harus berakhir, Helena rada risih jika yang membuat hubungan mereka berakhir adalah Dika.

"Helena."

Lagi, Dika memanggilnya dan ini sudah hampir ke-lima belas kalinya. Iba, akhirnya Helena membalikkan tubuhnya yang memunggungi Dika sambil berkacak pinggang.

"Kenapa lagi?" Helena bertanya jutek.

Bibir cowok itu mengerucut. "Kamu kenapa, sih? Ngabaiin aku dari tadi. Aku berasa gak dihargain dateng ke sini. Padahal, niatnya aku nemenin kamu."

Helena memicingkan mata. "Ada yang nyuruh kamu nemenin aku?"

Dika menggeleng polos. "Enggak ada. Kemauan sendiri."

Helena memutar bola mata dan kembali dengan kegiatan melipat semua seprai yang ada di ranjang UKS. Suasana hening, Dika gak lagi manggil-manggil nama Helena selama beberapa saat sampai suara cowok itu kembali terdengar.

"Kamu kenapa suka sama Ichbal?"

Pertanyaan itu membuat Helena membeku sesaat. Cewek itu diam dan jantungnya berdebar gak karuan. Helena menggigit bibir bawah dan menggeleng kecil, memilih untuk mengabaikan pertanyaan Dika dan melanjutkan kegiatannya. Tapi tiba-tiba tangan Dika jatuh di bahu Helena dan membuat Helena mau gak mau menoleh. Cowok itu sudah berdiri di hadapannya.

"Karena Ichbal ganteng? Karena dia jago olahraga? Karena dia lucu? Karena dia supel? Atau karena apa? Aku pingin tau."

Mata mereka bertemu dan Helena gak paham kenapa detak jantungnya semakin gak karuan. Cewek itu mengatur pernapasan sebelum menggelengkan kepala. "Gak tau. Gak paham. Gak ngerti."

Dika tersenyum miring. "Ganteng, gak usah ditanya. Sekali kedip juga aku bisa dapetin cewek dengan mudah. Aku mantan atlet basket di Bandung. Aku juga lucu, beberapa kali bisa bikin kamu ketawa. Tapi kalo soal supel, ya emang aku akuin, aku gak bisa dengan mudah berteman sama orang lain kayak Ichbal gitu."

Helena mengangkat satu alis. "Terus?"

Senyuman Dika bertambah lebar. "Kamu mau punya cowok yang kayak gimana? Emang aku belum masuk klasifikasi, ya?"

Helena baru mau buka suara menjawab pertanyaan Dika, cowok itu sudah kembali lanjut berkata, "Aku capek digosipin jadi PHO-nya Ichbal sama Tania. Aku juga bosen denger pernyataan cinta adek-adek kelas yang aku kenal aja enggak. Aku bosen malem mingguan di rumah mulu, kalo gak ada yang ngajak jalan."

Dika mengatupkan bibirnya rapat-rapat sebelum berkata pelan, "Helena Abriana Seran, why don't you be my girlfriend?"

"Capek aku, tuh, dialusin mulu sama kamu." Helena menjawab cepat, menghela napas.

RebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang