06 : Kenalan

564 89 9
                                    

Bel tanda pergantian mata pelajaran sudah berbunyi sejak lima belas menit lalu, tapi si guru pengajar yang harusnya sudah masuk belum juga masuk ke dalam kelas. Meninggalkan kelas yang gak kalah ribut sama pasar. Bahkan bacot beberapa orang di kelas ini bisa mengalahkan bacot emak-emak kalau lagi nawar belanjaan.

"Woi, jangan berisik! Entar kelas sebelah keganggu dan lo semua mau diambekin Bu Wendah lagi sebulan?!"

Si Ketua Kelas alias Denny Kurniawan yang sebenarnya kalem dan gak peduli dengan keadaan sekitar mulai jengah ketika melihat beberapa anak cowok yang mulai gitaran sambil nyanyi lagu dangdut Cita Citata dengan suara hardcore. Ganggu pendengaran banget.

Seruan Denny gak dihirauin sama anak-anak. Denny suka gak habis pikir. Katanya kelas 12 MIPA 1 itu kelas unggulan. Tapi ada aja anak-anak kayak begini. Yang hobinya bikin malu dan mencemarkan kelas unggulan itu sendiri.

Denny bangkit dari mejanya dan menghampiri meja Dika yang tengah asyik mengobrol dengan Tania. Obrolan mereka pasti gak jauh-jauh tentang musik. Keduanya sama-sama music addict dan wajar saja mereka bisa sedekat ini meski, semua orang tahu jika dua-duanya adalah orang yang gak akan buka percakapan terlebih dahulu dengan orang lain.

"Dika."

Dika yang mendengar namanya dipanggil buru-buru menoleh dan mengangkat satu alis melihat kedatangan sang Ketua Kelas di dekat mejanya. Perhatian Tania juga teralihkan oleh suara Denny.

"Kenapa, Den?"

"Ikut gue cari Pak Budi, yuk? Gue bingung ngajak siapa lagi. Sohib gue, si Hardi gak masuk. Sakit dia." Denny menjelaskan dengan wajah malas-malasan.

Dika bangkit berdiri dan menganggukkan kepala. "Ya, udah ayo cari."

"Tapi lo jalannya jangan sejajar sama gue. Di belakang gue aja, oke?" Denny berkata cepat sebelum melangkah terlebih dahulu meninggalkan kelas. Dika menoleh ke Tania memasang wajah seakan bertanya: Maksudnya apa, sih? dan Tania menjawab dengan mengedikkan bahu gak mengerti.

Dika akhirnya buru-buru jalan buat nyusul Denny dan saat Dika hendak menyamai langkah dengan Denny, Tania terkekeh geoi ketika baru sadar alasan kenapa Denny gak mau jalan sejajar dengan Dika: Denny keliatan kayak kurcaci jalan di samping Dika yang tinggi menjulang kayak menara Eiffel.

Dika yang menurut untuk berjalan di belakang Denny mengangkat alis bingung saat Denny melangkah melewati ruang guru begitu saja.

"Eh, bukannya kalo nyari guru, ya, di ruang guru?" Dika bertanya bingung, menyamai langkah kaki dengan Denny.

Denny buru-buru menghentikan langkah dan menatap Dika tajam. "Kan, gue bilang jangan jalan sejajar sama gue!"

Dika memutar bola matanya. Denny melangkahkan kakinya lagi, baru kemudian Dika menyusul supaya langkah mereka gak sejajar.

"Biasanya, Pak Budi suka nyasar masuk kelas gitu, Dik. Tiba-tiba dia ngajar di kelas lain dan..nah! Tuh, kan, salah masuk lagi!" Denny menghentikan langkahnya ketika melihat Pak Budi masuk ke kelas 12 IPS 1. Denny nepuk dahinya sendiri sambil lanjut menggerutu, "Capek gue punya guru kek gitu."

Dika terkekeh geli sebelum melangkah mengikuti Denny menuju kelas di mana Ichbal berada tersebut. Sesampainya di depan pintu kelas, Denny ketuk pintu beberapa kali dan membukanya sambil tersenyum. Terus cowok yang kurang tinggi itu narik tangan Dika biar ikut masuk sehingga, dia gak malu sendiri karena masuk ke kelas lain.

Dika masuk, kelas langsung heboh. Terlebih lagi anak-anak cewek IPS yang emang mulutnya gak bisa dijinakkan.

"Dika, minta pin BBM, dong!"

RebutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang