Es krim goreng, yuk! Gue traktir. Bete di rumah ini :(
Dika yang semula hanya bermalas-malasan di atas ranjang langsung bangkit untuk duduk saat membaca pesan yang baru saja masuk ke ponsel yang tengah digunakannya dalam bermain games. Hari ini hari Sabtu dan Dika gak tau harus ngapain. Ichbal masih molor dan gak ada tanda-tanda mau main ke luar padahal udah jam setengah dua belas.
Cowok itu memutuskan untuk melakukan panggilan dengan Tania, via WhatsApp biar lebih hemat soalnya mereka beda operator.
"Dikaaa,"
Suara manja Tania langsung terdengar di telinga Dika beberapa saat setelah Dika melakukan panggilan. Itu berarti Tania emang lagi pantengin ponselnya. Mungkin nunggu balesan dari Dika atau nunggu balesan yang lain?
"Kenapa, Melo? Kok, tumben ngajak gue jalan duluan. Biasanya harus gue yang ngajak." Dika menyindir sambil duduk di tepi ranjang. Dika belum mandi dari pas dia bangun, jam sembilan tadi. Rasanya males banget dia buat mandi.
"Ayo, jalan! Gue yang traktir, deh. Di rumah gue gak ada orang. Nyokap-bokap arisan di rumah sodara. Bete."
Suara Tania terdengar sangat berbeda saat di telepon dan di dunia nyata. Di telepon, suara cewek itu terdengar mirip anak-anak menurut Dika. Lucu dan ini juga kali pertama dia teleponan sama Tania.
"Kenapa gak ajak Ichbal aja? Yang pacar lo, kan, Ichbal."
"Gue betenya sekarang dan Ichbal pasti masih molor. Gue tau dia begadang main COC. Jadi, percuma ngajak dia. Pasti HP-nya dimatiin biar gak ganggu tidurnya."
Seratus buat Tania. Ichbal emang masih molor dan kemungkinan besar baru bangun sore nanti, mengingat dia baru tidur pas banget adzan Subuh. Kalo untuk orang yang beriman, adzan Subuh sebagai pengingat buat sholat Subuh, untuk Ichbal, adzan Subuh itu pengingat dia kalo udah saatnya dia tidur. Emang begitu orangnya.
Dika ngehela napas. "Oke, deh. Berhubung gue juga bete, bingung mau ngapain. Abis sholat Dzuhur, ya? Lo mau gue jemput atau ketemuan di sana?"
"Cie Dika mau sholat Dzuhur dulu, ya?"
Dika memutar bola matanya dan tersenyum atas godaan Tania tadi. "Gini-gini, gue paling rajin sholat Dzuhur, Melo. Sholat kesukaan gue itu."
"Anjir, sholat kesukaan? Kok gue ngakak, ya?" Lalu, terdengar tawa Tania dari seberang sana di telinga Dika. Dika senyum.
"Jadinya mau gue jemput atau ketemuan di sana?" Dika mengulang kembali pertanyaannya, menghentikan Tania dari tawanya.
"Jemput aja, deh. Biar hemat ongkos, hehe."
"Oke, sip. Jam satu mungkin gue sampe di rumah lo. Dandan yang cantik. Jangan malu-maluin soalnya lo tau, kan, kalo gue ganteng. Jadi, lo bisa ngimbangin gue." Dika berkata penuh percaya diri yang ditanggapi dengusan Tania.
"Suka-suka lo, deh, Dik. Ya, udah. Sampe ketemu, ya!"
"Iya."
Kemudian, panggilan berakhir begitu saja. Perlahan, Dika bangkit berdiri sambil melempar asal ponselnya ke ranjang. Cowok itu meraih cepat handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya dan melangkah memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
*****
Dika cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat Tania yang sibuk memakan es krim gorengnya dengan gaya bak model iklan. Dia nikmatin tiap detik berharga makan es krim goreng itu. Ekspresinya juga gak nahan. Kayaknya nikmat banget itu es krim goreng. Dika yang juga masih punya es krim goreng di tangannya gak senikmatin Tania. Menurut Dika, rasanya sama aja kayak es krim biasa. Gak ada bedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebut
Ficção Adolescente"Gue suka cewek lo, Bro. Gak papa, kan, kalo gue rebut dia dari lo?" Awalnya, Ichbal mengira kehadiran sang sepupu, Dika, di sekitarnya tak akan merubah hubungannya dengan sang kekasih, Melody. Siapa sangka, kehadiran Dika membawa banyak keraguan da...